PROPOSAL APLIKASI PUPUK CAIR HASIL FERMENTASI KOTORAN PADAT KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI

BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penggunaan pupuk di indonesia terus
meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk,
kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai
usaha peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan hidup khawatir dengan
pemakaian pupuk kimia akan menambah tingkat polusi tanah akhirnya berpengaruh
terhadap kesehatan manusia (Lingga dan Marsono, 2000).
Penggunaan pupuk kimia secara
berkelanjutan menyebabkan pengerasan tanah. Kerasnya tanah disebabkan oleh
penumpukan sisa atau residu pupuk kimia,
yang berakibat tanah sulit terurai. Sifat bahan kimia
adalah relatif lebih sulit terurai atau hancur dibandingkan dengan bahan
organik. Semakin kerasnya tanah dapat mengakibatkan :
1. Tanaman
semakin sulit menyerap unsur hara.
2. Penggunaan konsentrasi
pupuk lebih tinggi untuk mendapat hasil sama
dengan hasil panen sebelumnya.
3. Proses
penyebaran perakaran dan aerasi (pernafasan) akar terganggu berakibat akar
tidak dapat berfungsi optimal dan pada gilirannya akan menurunkan kemampuan
produksi tanaman tersebut (Notohadiprawiro, 2006).
Berdasarkan hal tersebut makin berkembang
alasan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia. Salah satu solusi dari
pengurangan pupuk kimia adalah melakukan pembudidayaan tanaman dengan sistem
pertanian organik. Pada sistem ini diharapkan tanaman dapat hidup tanpa ada
masukan dari luar sehingga dalam kehidupan tanaman terdapat suatu siklus hidup
tertutup (Budianta, 2004).
Salah satu jenis pupuk organik adalah pupuk kandang.
Menurut Syekhfani (2000) bahwa pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan
tidak merusak tanah, menyediakan unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium,
kalsium,dan belerang) dan mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium).
Selain itu pupuk kandang berfungsi untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas
mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah.
Menurut Setiawan (2002) pengaruh pemberian pupuk kandang secara tidak langsung
memudahkan tanah untuk menyerap air.
Kotoran padat kambing merupakan
salah satu jenis kotoran hewan yang pemanfaatanya belum begitu maksimal.
Masyarakat biasanya langsung menggunakan kotoran padat kambing sebagai pupuk
untuk tanaman tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu, sehingga tanaman yang
dipupuk dengan kotoran padat kambing tidak dapat tumbuh dengan maksimal karena
kotoran padat kambing memiliki tekstur yang cukup keras dan lama diuraikan oleh
tanah.Salah satu alternatif pengolahan kotoran padat kambing adalah dengan
dibuat sebagai pupuk cair.
Sampai saat ini belum begitu banyak
pemanfaatan kotoran padat untuk diolah menjadi pupuk cair, padahal dengan
diolah menjadi pupuk cair kotoran padat tersebut akan dapat disimpan dalam waktu
yang lama dan lebih efesien. Selain itu dengan diolah menjadi pupuk cair akan
mengurangi keluarnya unsur hara dari
kotoran padat hewan sehingga masih mengandung unsur hara yang tinggi bila
dimanfaatkan sebagai pupuk.
Tanaman sawi merupakan salah satu
jenis sayuran daun umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sawi hijau
sangat berpotensi sebagai penyedia unsur unsur mineral penting dibutuhkan oleh
tubuh karena nilai gizinya tinggi. Tanaman sawi kaya akan sumber vitamin A,
sehingga berdaya guna dalam upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin A atau
penyakit rabun ayam sampai kini menjadi masalah di kalangan anak balita
(Margiyanto, 2007).
Pertumbuhan tanaman sawi dipengaruhi
oleh jenis pupuk yang digunakan, petani biasa menggunakan pupuk cair kimia
untuk mendapatkan pertumbuhan yang maksimal dan cepat, tetapi efek dari
penggunaan pupuk kimia ini adalah pada kesehatan sehingga diperlukan pupuk yang
sesuai dan tidak memiliki efek bagi kesehatan, salah satu alternatif tersebut
adalah dengan menggunakan pupuk organik.
Dari uraian permasalahan diatas maka
peneliti mengajukan judul “ Aplikasi Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Padat
Kambing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica
juncea).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah pengaruh pupuk cair hasil fermentasi
kotoran padat Kambing dengan penambahan limbah buah dan daun mimba terhadap
pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea)?
2.
Bagaimanakah pengaruh konsentrasi pupuk cair hasil
fermentasi kotoran padat kambing terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea)?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat Kambing dengan
penambahan limbah buah dan daun mimba terhadap tanaman sawi sawi (Brassica juncea) dan mengetahui pengaruh
konsentrasi pemberian yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea).
Manfaat penelitian ini yaitu
memberikan informasi kepada masyarakat bahwa pupuk kotoran kambing dapat
dijadikan pupuk cair dengan cara difermentasikan dan menambah pengetahan bagi
peneliti maupun masyarakat tentang budidaya tanaman sawi (Brassica juncea) dengan menggunakan pupuk cair kotoran kambing.
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan
berbagai masalah yang ada harus dibuat pembatasan masalah supaya permasalahan
yang akandibahas tidak melebar. Oleh karena itu, peneliti membahas masalah
sebagai berikut:
1.
Obyek penelitian adalah tanaman sawi (Brassica juncea).
2.
Subjek penelitian adalah pupuk cair hasil fermentasi
secara semi aerob kotoran padat kambing tanpa
ditambah bahan lain (kontrol), ditambah limbah buah dan daun mimba dengan
konsentrasi pemberian 20%, 30% dan 40%.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pupuk Cair
Pupuk
merupakan bahan yang mengandung sejumlah nutrisi yang diperlukan bagi tanaman.
Pemupukan adalah upaya pemberian nutrisi kepada tanaman guna menunjang
kelangsungan hidupnya. Pupuk dapat dibuat dari bahan organik ataupun anorganik.
Pemberian pupuk perlu memperhatikan kebutuhan tumbuhan, agar tumbuhan tidak
mendapat terlalu banyak zat makanan atau terlalu sedikit karena dapat membahayakan
tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Sejak
zaman purba sampai saat ini pupuk organik diketahui banyak dimanfaatkan sebagai
pupuk dalam sistem usahatani (Sutejo, 2002).
Menurut
Sutiyoso (2003) pupuk cair adalah pupuk yang berbentuk cairan, dibuat dengan
cara melarutkan kotoran ternak, daun jenis kacang-kacang dan rumput jenis
tertentu ke dalam air.
Menurut
Purwowidodo (1992) bahwa pupuk organik cair mengandung unsur kalium yang
berperan penting dalam setiap proses metabolism tanaman, yaitu dalam sintesis
asam amino dan protein dari ion-ion ammonium serta berperan dalam memelihara
tekanan turgor dengan baik sehingga memungkinkan lancarnya proses-proses
metabolisme dan menjamin kesinambungan pemanjangan sel.
Menurut
Salisbury & Ross (1995) bahwa pupuk organik cair selain mengandung nitrogen
yang menyusun dari semua protein, asam nukleat dan klorofil juga mengandung
unsur hara mikro antara lain unsur Mn, Zn, Fe, S, B, Ca dan Mg. Unsur hara mikro
tersebut berperan sebagai katalisator dalam proses sintesis protein dan
pembentukan klorofil. Pupuk organik cair adalah jenis pupuk berbentuk cair
tidak padat mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting untuk
pertumbuhan tanaman.
Pupuk
organik cair mempunyai banyak kelebihan diantaranya, pupuk tersebut mengandung
zat tertentu seperti mikroorganisme jarang terdapat dalam pupuk organik padat
dalam bentuk kering. Pupuk organik cair apabila dicampur dengan pupuk organik
padat, dapat mengaktifkan unsur hara dalam pupuk organic padat (Syefani dan
Lilia, 2003).
2.1.2 Fermentasi
Fermentasi
berasal dari bahasa latin ferfece yang artinya mendidihkan, yaitu berdasarkan
ilmu kimia terbentuk gas-gas dari suatu cairan kimia yang pengertianya berbeda
dengan air mendidih. Gas yang terbentuk tersebut diantaranya karbondioksida
(CO2). Fermentasi terbagi dua tipe berdasarkan kebutuhan akan oksigen yaitu
tipe aerobic dan anaerobik. Tipe aerobik adalah fermentasi yang pada prosesnya
memerlukan oksigen. Semua organisme untuk hidupnya memerlukan sumber energy
yang diperoleh dari hasil metabolism bahan pangan, dimana organisme itu berada.
Sedangkan tipe anaerobik adalah fermentasi yang pada prosesnya tidak memerlukan
oksigen. Beberapa mikroorganisme dapat mencerna energi tanpa adanya oksigen.
Jadi hanya sebagian bahan energi itu dipecah, yang dihasilakan adalah sebagian
dari energy, karbondioksida dan air, termasuk sejumlah asam laktat, asam
asetat, etanol, asan volatile, alcohol dan ester (Anonim 2010).
Menurut
Supardi (1999), proses fermentasi yang melibatkan kemampuan mikroba sesuai
dengan kondisi proses dan hasilnya terbagi kedalam dua bentuk :
1.
Fermentasi alkoholis, kalau hasilnya didapatkan
alcohol, misalnya pada pembuatan ber, anggur, tuak, brem, sider dan sebagainya.
2.
Fermentasi non alkoholis, kalau hasilnya tidak
didapatkan senyawa alkohol, tetapi terbentuk asam organic, vitamin, asam amino
dan sebagainya.
Menurut Gumbiro (1997), hasil fermentasi dipengaruhi oleh teknologi yang
dipakai. Pemilihan mikroorganisme biasanya didasarkan pada jenis karbohidrat
yang digunakan sebagai medium. Misalnya untuk memproduksi alkohol dari pati dan
gula digunakan S. cerevisie dan kadang-kadang digunakan untuk bahan-bahan
laktosa dari whey (air yang digunakan setelah susu dibuat keju) menggunakan
candida pseudotropicalis. Seleksi tersebut bertujuan agar didapatkan mikroorganisme
yang mampu dibutuhkan dengan cepat dan mempunyai toleransi terhadap konsentrasi
gula yang tinggi mampu menghasilkn alkohol
dalam jumlah banyak dan tahan terhadap alkohol tersebut.
Menurut Riadi (2007), fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel
dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah
satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih
jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasidalam lingkungan
anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksterna.
2.1.3 Kotoran
Padat Kambing
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), pupuk kandang mempunyai beberapa
manfaat dari penggunaannya pada tanaman. Pupuk kandang dapat menyediakan unsur hara
makro (N, P, K) dan Mikro ( Ca, Mg, S, Na, Fe, Cu, Mo ). Daya ikat ionnya
tinggi sehingga akan mengefektifkan penggunaan pupuk anorganik dengan
meminimalkan kehilangan pupuk anorganik akibat penguapan atau tercuci oleh
hujan. Selain itu, penggunaan pupuk kandang dapat mendukung pertumbuhan tanaman
karena struktur tanah sebagai media tumbuh tanaman dapat diperbaiki.
Menurut Sarief (1995) Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari
campuran kotoran ternak dan urine serta sisa-sisa makanan yang tidak dihabiskan
dan umumnya berasal dari ternak sapi, ayam, kerbau, dan kambing.
2.1.4
Pertumbuhan
Menurut Suwasono (2001), pertumbuhan adalah suatu perubahan yang terjadi
pada suatu dimensi tertentu dan juga dapat dinyatakan secara abstrak hidup atau
ada. Pertumbuhan juga dapat dimaksudkan sebagai perubahan searah dalam ukuran,
bentuk dan jumlah.
Menurut Lakitan (1996), bahwa pertumbuhan merupakan proses kehidupan
tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman. Pada tanaman, pengertian
perkembangbiakan atau tingkat struktur kehidupan. Pertumbuhan yang sebenarnya
adalah konsep yang universal dalam bidang biologi dan merupakan resultan fisisk
dan proses fisiologis yang berinteraksi dalam tubuh tanaman bersama factor
luar.
Menurut Yulianti (2009) Pertumbuhan (Growth) adalah dapat diartikan sebagai
perubahan secara kuantitatif selama siklus hidup tanaman yang bersifat tak
terbalikkan (Irreversible). Bertambah besar ataupun bertambah berat tanaman
atau bagian tanaman akibat adanya penambahan unsur-unsur struktural yang baru.
Peningkatan ukuran tanaman yang tidak akan kembali sebagai akibat pembelahan
dan pembesaran sel. Misalnya, dalam ukuran sel, jaringan, organ perkembangan
(Development) diartikan sebagai : Proses perubahan secara kualitatif atau
mengikuti pertumbuhan tanaman/bagian-bagiannya. Proses hidup yang terjadi di
dalam tanaman yang meliputi pertumbuhan, diferensiasi sel, dan morfogenesis.
Misalnya, perubahan dari fase vegetatif ke generatif.
Pertumbuhan merupakan proses yang sangat terkoordinir. Pertumbuhan suatu
bagian biasanya dapat menggambarkan pertumbuhan pada bagian tanaman yang lain.
Pengukuran pertumbuhan harus menggambarkan adanya penambahan yang tidak dapat
balik misalnya pengukuran pertambahan panjang batang dan panjang daun
(Anggarwulan dan Solichatun, 2001).
2.1.5
Tanaman Sawi
Sawi (Brassica
juncea L.) merupakan tanaman semusim yang berdaun lonjong, halus, tidak
berbulu, dan tidak berkrop. Sawi dapat di tanam di dataran tinggi maupun di
dataran rendah. Akan tetapi, umumnya sawi diusahakan di dataran rendah, yaitu
di pekarangan, di ladang, atau di sawah. Sawi termasuk tanaman sayuran yang
tahan terhadap hujan. Sehingga ia dapat ditanam di sepanjang tahun, asalkan
pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman. Keadaan
tanah yang dikehendaki adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, dan
drainase baik dengan derajat keasaman (pH) 6-7 (Anonim, 2005).
Menurut Haryanto
(2003), klasifikasi dari tanaman sawi adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
Famili : crucifera (Brasscaceae)
Genus : brassica
Spesies : Brassica juncea
Menurut Rahayu (2003) secara umum tanaman sawi
mempunyai daun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani di
Indonesia mengenal tiga macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu sawi putih,
sawi hijau, dan sawi huma.
Menurut Rukmana (1994), tanaman sawi memiliki
ciri-ciri morfologi system perakaran tanaman memiliki akar tunggang dan
bercabang-cabang, akar yang bentuknya bulat panjang menyebar kesemua arah pada
kedalaman 30-50 cm. batang sawi pendek dan beruas-ruas berfungsi sebagai alat
pembentuk dan penopang daun.
2.2 Kerangka Penelitian
Fermentasi kotoran padat
kambing sebagai pupuk
cair.
|
Permasalahan :
1.Kelangkaan pupuk
anorganik dan kebutuhan
semakin meningkat.
2.Kotoran padat kambing
belum termanfaatkan
secara maksimal.
|
Kotoran Padat Kambing digiling dan dicampur.
|
1.Tanpa ditambah bahan lain sebagai control (C0)
2.Ditambah Limbah Buah(C1)
3.Ditambah daun mimba(C2)
|
Difermentasi secara semi aerob
dalam drum atau ember selama satu minggu
|
Disaring
|
Kompos padat
|
Kompos cair
|
Konsentrasi 20 %
|
Konsentrasi 30 %
|
Konsentrasi 40 %
|
Tinggi Tanaman
Jumlah daun
|
Lebar
daun dan Biomasa sawi.
|
Tanaman Sawi
|
2.3
Hipotesis
H0 :Tidak ada pengaruh pemberian pupuk cair hasil
fermentasi kotoran padat kambing dengan perlakuan yang berbeda dan konsentrasi
yang berbeda terhadap petumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea l.)
H1 :Ada pengaruh pemberian pupuk cair hasil
fermentasi kotoran padat kambing dengan perlakuan yang berbeda dan konsentrasi
yang berbeda terhadap petumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea l.)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tempat
dan Waktu
Penelitian
ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas
Cokroaminoto Palopo yang akan dilaksanakan pada Oktober 2017 hingga Desember
2017.
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1
Variabel bebas (Independent Variabel)
: Pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat kambing secara semi aerob.
3.2.2
Variabel terikat (Dependent variable) : Pertumbuhan
tanaman sawi (tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan biomassa).
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1
Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair adalah ember plastik volume
10 liter, gilingan pupuk, kain penyaring, alat pengaduk, timbangan dan plastik
penutup sedangkan alat yang digunakan dalam penanaman sawi meliputi plastik
olibag, cangkul, dan sprayer.
3.3.2
Bahan
Bahan penelitian untuk membuat
pupuk cair adalah kotoran padat kambing sebanyak 24kg, air
bersih secukupnya, limbah buah 2kg, daun mimba 2kg, EM-4 sedangkan bahan
penanaman sawi adalah Tanah, arang sekam, pupuk cair hasil fermentasi kotoran
padat kambing, air.
3.4
Metode
Percobaan
Dalam penelitian ini menggunakan
metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap Pola faktorial yaitu dengan dua
faktor. Faktor I adalah Penambahan bahan lain dalam pembuatan pupuk cair.
Faktor II adalah konsentrasi pemberian pupuk cair. Adapun taraf perlakuan
adalah sebagai berikut :
Faktor I: Pupuk Cair hasil
fermentasi
C0 : Kotoran kambing yang
difermentasi tanpa ditambahkan bahan lain (sebagai kontrol)
C1 : Kotoran kambing yang
difermentasi dengan ditambahkan limbah buah.
C2 :Kotoran
kambing yang difermentasi dengan ditambahkan limbah daun mimba.
Faktor II:
Konsentrasi pemberian .
K1 :
Konsentrasi 20%.
K2 :
Konsentrasi 30%.
K3 :
Konsentrasi 40%
3.5 Pelaksanaan Percobaan
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan tiga
tahapan, tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut
3.5.1
Tahap pertama :
a.
Pembuatan pupuk cair dari kotoran padat kambing.
b.
Mempersiapkan ember plastik sebanyak 3 buah dengan
volume 10 liter.
c.
Menimbang kotoran padat kambing seberat 18kg kemudian digiling
sampai lembut dan di ayak.
d.
Menyiapkan limbah buah sebanyak 2kg dan daun mimba
sebanyak 2kg kemudian digiling sampai lembut.
e.
Mencampur kotoran padat kambing dengan limbah buah dan
daun mimba, masing-masing dengan perbandingan 1 : 3. Mencampur campuran diatas
dengan air dengan perbandingan 1 : 1 untuk campuran kotoran kambing limbah buah
dan perbandingan 1 : 2 untuk campuran kotoran kambing daun mimba.
f.
Mengaduk kurang lebih selama 10-15 menit dengan
pengaduk kayu pada masing-masing campuran yang telah dimasukkan kedalam ember
plastik.
g.
Mengukur pH dan suhu awal dari campuran yang telah
dimasukkan dalam ember plastik.
h.
Campuran bahan yang telah dimasukan kedalam ember
plastik di inkubasi selama 14 hari dengan ditutupi plastik berlubang
i.
Setelah 14hari campuaran kotoran hewan tadi dipisahkan
antara yang cair dengan yang padat dengan menggunakan kain saringan.
j.
Bagian yang padat digunakan untuk kompos padat dan
yang cair digunakan sebagai pupuk cair.
3.5.2
Tahap kedua : Pembibitan tanaman sawi.
Membeli
benih sawi.
a.
Pembibitan dilakukan menggunakan wadah pembibitan
dengan ukuran yaitu lebar 20 cm dan panjangnya 30 cm, tinggi 10 cm.
b.
Media yang digunakan adalah campuran tanah, arang
sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1: 1: 1 kemudian didiamkan selama
1 minggu.
c.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut :
benih ditabur pada media yang telah dipersiapkan, lalu ditutupi tanah setebal 1
-2 cm, lalu dilakukan penyiraman air dengan sprayer, kemudian diamati 3 -5 hari
benih akan tumbuh.
d.
Setelah berumur 2-3 minggu sejak disemaikan atau
sampai berdaun 3-4 helai tanaman sawi siap dipindahkan kedalam polibag.
3.5.3
Tahap ketiga : Pelaksanaan Percobaan
a.
Menyiapkan pupuk cair hasil fermentasi yang telah
diuji kandunganya dengan konsentrasi yang berbeda-beda, yaitu 20%, 30%, dan
40%.
b.
Menyiapkan media tanam dalam plastic polibag ukuran 30
x 20 cm. media tanam yang digunakan terdiri dari campuran tanah, pupuk kompos
dan pasir.
c.
Menyiapkan tanaman sawi yang berumur 2-3 minggu atau berdaun
4 sebanyak 30 buah..
d.
Menanam tanaman sawi dalam polibag. Melakukan
pemeliharaan dengan cara disiram setiap pagi dan sore dengan air.
e.
Melakukan pemupukan dengan pupuk cair hasil fermentasi
setiap satu minggu satu kali.
f.
Melakukan pengamatan setiap dua minggu satu kali
sampai berumur 8 minggu.
3.6
Parameter
Pengamatan
Parameter dalam penelitian ini
adalah pertumbuhan tanaman sawi dengan perlakuan pupuk cair dengan konsentrasi
20%, 30%, dan 40% meliputi:
1. Tinggi
tanaman,
2. Jumlah daun,
3. Luas daun,
4. Dan biomassa.
DAFTAR PUSTAKA
Maulana, Yoga Nugraha. 2010. Kajian
Penggunaan Pupuk Organik dan Jenis Pupuk N terhadap kadar N tanah, serapan N
dan Hasil Tanaman sawi (Brassica juncea l.) Pada Tanah Litosol Gemolong.
Skripsi : Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Negeri Sebelas
Maret.
Notohadiprawiro, Soeprapto, dan E. Susilowati. 2006. Pengelolaan Kesuburan Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan.
Yogyakarta : Ilmu Tanah UGM.
Ratna, D.I. 2002. Pengaruh Kombinasi
Konsentrasi Pupuk Hayati Dengan Pupuk Organik Cair Terhadap Kualitas Dan
Kuantias Hasil Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O.Kuntze) Klon Gambung
4. Ilmu Pertanian.
Syekhfani. 2000. Arti penting bahan
organik bagi kesuburan tanah. Jurnal Penelitian Pupuk Organik.
Wijaya, Kelik. 2010. Pengaruh
Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Hasil Perombakan Anaerob
Limbah Makanan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea l.).
Skripsi : Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Sebelas Maret.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment