BIOTEKNOLOGI PERTANIAN BUDIDAYA SAWI HIJAU SECARA HIDROPONIK

No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Dalam dunia modern ini pertanian juga semakin maju untuk menjawab tantangan dari pada masalah-masalah yang muncul dimasa sekarang. Seperti masalah yang semakin sempitnya lahan pertanian dikarenakan alih fungsi lahan pertanian yang katanya lebih menguntungkan dari pada digunakan untuk pertanian, seperti pembukaan swalayan, tempat-tempat hiburan dan lain sebagainya. Padahal kita ketahui mayoritas masyarakat Negara kita hidup dari bertani sehingga ketika lahan yang digunakan untuk menghidupi mereka dan keluarganya di alih fungsikan, maka tidak ada yang dapat mereka andalkan untuk memenuhi kebutuhannya. Bercermin dari masalah itu maka solusi demi solusi muncul untuk membantu keadaan pertanian kita yang semakin terpinggirkan, khususnya para petani yang telah kehilangan sawah-sawah mereka.
Solusi tersebut salah satunya berupa sistem tanam yang tidak menggunakan media yang selama ini di anggap sebagai media satu-satunya untuk bertanam. Media tersebut berupa media non tanah, bias berupa air, udara, maupun jenis lain yang selain tanah, seperti arang sekang, pasir dan lain sebagainya. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya dan hanya dibutuhkan air yang ditambahkan nutrien sebagai sumber makanan bagi tanaman. Hidroponik sayuran saat ini telah banyak dikembangkan. Hasil yang diperoleh kualitasnya lebih baik, antara lain lebih bersih dan residu pestisida kecil, karena dalam budidaya hidroponik tidak menggunakan pestisida dalam mengendalikan hama dan penyakit, sehingga dapat memenuhi standar kualitas yang diinginkan.
Media tanam yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman hidroponik banyak jenisnya. Syarat media tanam hidroponik yaitu dapat dijadikan tempat berpijak tanaman, mampu mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, mempunyai drainase dan aerasi yang baik, dapat mempertahankan kelembapan disekitar akar tanaman, dan tidak mudah lapuk (Agoes, 1994).           
Tanaman hortikultura terutama tanaman sayuran daun memegang peranan penting karena lebih banyak mengandung vitamin dibanding sayuran jenis lain. Salah satu tanaman sayuran yang harganya tidak terlalu mahal, enak rasanya, cukup mengandung vitamin dan mineral adalah sawi hijau. Sawi hijau merupakan tanaman setahun atau lebih, yang banyak digemari oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia (Sunaryono,1984).
Salah satu jenis sayur yang mudah dibudidayakan adalah tanaman sawi. Sayuran berdaun hijau ini termasuk tanaman yang tahan terhadap air hujan, dan dapat dipanen sepanjang tahun karena tidak tergantung dengan musim. Masa panen pun terbilang cukup pendek, karena setelah 40 hari ditanam sawi sudah dapat dipanen. Di samping kemudahan dalam proses budidaya, sayur sawi juga banyak dijadikan sebagai peluang bisnis karena peminatnya yang cukup banyak. Permintaan pasarnya juga cukup stabil, sehingga resiko kerugian sangat kecil.
Beberapa jenis sawi yang saat ini cukup popular dan banyak dikonsumsi masyarakat, antara lain sawi hijau, sawi putih, dan sawi pakcoy atau caisim. Dari ketiga jenis sawi tersebut, sawi hijau merupakan jenis yang banyak dibudidayakan saat ini. Hal ini tentu memberikan prospek bisnis yang cukup cerah bagi para petani sawi pakcoy, karena permintaan pasarnya cukup tinggi.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan kegiatan praktikum budidaya tanaman sawi hijau secara hidroponik.
1.2    Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu:
1.        Untuk mengetahui proses budidaya tanaman sawi hijau dengan menerapkan sistem hidroponik.
2.        Untuk mengetahui faktor-faktor pertumbuhan tanaman sawi secara hidroponik.
1.3    Manfaat
Manfaat dilakukan praktikum ini yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai budidaya sayuran secara hidroponik dan dapat dijadikan bahan referensi di kalangan masyarakat luas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Taksonomi dan Morfologi Tanaman Sawi
Menurut Haryanto, dkk (2003) sistematika tanaman sawi adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisi              : Spermatophyta
Class               : Dicotyledonae
Ordo                : Rhoeadales
Famili              : Cruciferae
Genus              : Brassica
Spesies            : Brassica juncea L.
Tanaman sawi hijau berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua arah disekitar permukaan tanah, perakaranya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm. Tanaman sawi hijau tidak memiliki akar tunggang. Perakaran tanaman sawi hijau dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, tanah mudah menyerap air, dan kedalaman tanah cukup dalam (Cahyono, 2003).
Batang sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak keliatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 2007). Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop (Sunarjono, 2004). Tanaman sawi umumnya mudah berbunga secara alami, baik didataran tinggi maupun dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2007).
Benih sawi termasuk tipe benih bulat, yakni bentuknya bulat, berukuran kecil (Rukmana, 2007). Benih sawi hijau berbentuk bulat, berukuran kecil, permukaannya licin dan mengkilap, agak keras, dan berwarna coklat kehitaman (Cahyono, 2003). Sedangkan untuk penanaman sawi dilahan bisa menggunakan bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm. Untuk jarak tanam sawi dalam bedengan ini bisa menggunakan jarak tanam antara 40 x 40 cm , 30 x 30 cm dan 20 x 20 cm.
Ciri tanaman sawi hijau berakar serabut yang tumbuh dan menyebar ke semua arah disekitar permukaan tanah, tidak membentuk krops. Tanaman sawi hijau memiliki batang sejati pendek dan tegap terletak pada bagian dasar yang berada didalam tanah. Daun tanaman sawi hijau berbentuk bulat , tidak berbulu, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Pelepah-pelepah daun tersusun saling membungkus dengan pelepah daun yang lebih muda tetapi membuka (Cahyono, 2003).
2.2    Syarat Tumbuh Sawi
Sawi (Brassica sinensis L.) termasuk familia Brassicaceae, daunnya panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah sampai dataran tinggi, tapi lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan di daerah ketinggian 100 - 500 m dpl, dengan kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus, subur dan drainasenya baik (Edi dan Yusri. 2010).
Sawi dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah. Akan tetapi, umumnya sawi diusahakan orang di dataran rendah, yaitu di pekarangan, di ladang atau disawah, jarang diusahakan di daearah pegunungan (Anonimous, 2009). Daerah penanaman yang
 cocok untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai 1200 meter dpl. Namun, biasanya tanaman ini dibudidayakan di daerah ketinggian 100 - 500 m dpl. Sebagaian besar daerah-daerah di indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Haryanto, dkk, 2003).
Tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik memerlukan energi yang cukup. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis. Energi kinetik yang optimal diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi berkisar antara 350 - 400 cal/cmsetiap hari. Sawi hijau memerlukan cahaya matahari tinggi (Cahyono, 2003).
Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6 0C dan siang harinya 21,1 0C serta penyinaran matahari antara 10 - 13 jam per hari. Meskipun demikian, beberapa varietas sawi yang tahan terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik didaerah yang suhunya antara 27 0C – 32 0C (Rukmana, 2007).
Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau yang optimal berkisar antara 80% - 90%. Tanaman sawi hijau tergolong tanaman yang tahan terhadap hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untukpembudidayaan tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Daerah yang memiliki curah hujan sekitar 1000-1500 mm/tahun dapat dijumpai di dataran
tinggi pada ketinggian 1000-1500 m dpl. Akan tetapi tanaman sawi tidak tahan terhadap air yang menggenang (Cahyono, 2003).
2.3    Hidroponik
Hidroponik atau istilah asingnya hydroponics, berasal dari bahasa Yunani. Kata tersebut berasal dari gabungan dua kata yaitu hydro yang artinya air dan Ponos yang artinya bekerja, budidaya hidroponik artinya bekerja dengan air yang lebih dikenal dengan sistem bercocok tanam tanpa tanah. Dalam hidroponik hanyadibutuhkan air yang ditambahkan nutrien sebagai sumber makanan bagi tanaman (Irawan, 2003).
Penggunaan teknik budidaya tanaman secara hidroponik memiliki barbagai keuntungan. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan teknik ini adalah mengeliminasi serangan hama, cendawan, dan penyakit asal tanah sehingga dapat meniadakan penggunaan pestisida; mengurangi penggunaan areal tanam yang luas; meningkatkan hasil panen serta menekan biaya produksi yang tinggi. Selain itu teknik dapat mempercepat waktu panen, penggunaan air dan unsur hara yang terukur, dan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas hasil yang terjamin (Sudarmodjo 2008).
Sistem budidaya secara hidroponik sering diterapkan untuk mengatasi kekurangan lahan pertanian, yang dalam hal ini adalah tanaman pangan dalam khususnya sayuran. Budidaya pertanian yang menggunakan teknologi hidroponik tidak lepas dari sarana yang dapat menunjang optimalisasi dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mengingat hidroponik ini bukan suatu keharusan, melainkan suatu jalan keluar, maka komoditi yang ditanam pun harus mempunyai pasar khusus dengan harga khusus pula (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Semua keuntungan yang diperoleh melalui teknik budidaya hidroponik sangat ditentukan oleh kandungan unsur hara makro maupun mikro. Bartanam dengan teknik hidroponik akan memudahkan para petani dalam mengatur kebutuhan unsur hara yang diperlukan suatu tanaman secara langsung. Pengaturan secara kebutuhan input tanaman secara langsung dapat mengoptimalkan potential genetic tanaman  yang dibudidaya dan peningkatan hasil panen (Resh 1980, Sudarmodjo 2008).
Perkembangan ilmu bidang pertanian saat ini berkembang pesat, hal ini dikarenakan semakin sempitnya lahan pertanian, sehingga manusia mulai mencari cara yang lebih efisien dalam mengembangkan bidang pertanian walaupun lahannya semakin sempit. Perkembangan ini dapat dilihat dengan adanya metode pertanian yang baru, salah satunya yang dikenal sebagai budi daya sistem hidroponik. Hidroponik berasal dari kata hidro yang berarti air dan ponus yang berarti daya. Dengan demikian, hidroponik dapat berarti memberdayakan air, yaitu kegunaan air sebagai dasar pembangunan tubuh tanaman dan berperan dalam proses fisiologi tanaman (Hadian et al. 2006).
Hidroponik merupakan salah satu sistem pertanian masa depan karena dapat diusahakan di berbagai tempat, baik di desa, di kota, di lahan terbuka, atau di atas apartemen sekalipun. Luas tanah yang sempit, kondisi tanah kritis, hama dan penyakit yang tak terkendali, keterbatasan jumlah air irigasi, musim yang tidak menentu, dan mutu yang tidak seragam bisa ditanggulangi dengan sistem hidroponik. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Oleh karena itu, harga jual panennya tidak khawatir akan jatuh. Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat budidayanya relatif bersih, media tanamnya steril, tanaman terlindung dari terpaan hujan, serangan hama dan penyakit relatif kecil, serta tanaman lebih sehat dan produktivitas lebih tinggi (Hartus, 2008).
Bertanam secara Hidroponik dapat berkembang dengan cepat, karena cara ini mempunyai banyak kelebihan. Kelebihan yang utama adalah tanaman dapat tumbuh dan berproduksi lebih baik dibandingkan dengan teknik penanaman biasa. Kelebihan lainnya yaitu perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol, pemakaian pupuk lebih hemat, tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru, tidak membutuhkan tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat dan memiliki standardisasi, tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor dan rusak (Lingga, 2002).
Keuntungan hidroponik antara lain banyak variasi penanaman, pengendalian lebih baik, tanpa media tanah, hasil lebih besar, hasil seragam, lebih bersih, lebih sedikit tenaga kerja, hampir tidak ada rumput liar dan sebagai suatu pengembangan hobby. Menurut Resh (1981) dalam Wijayani dan Widodo (2005), keuntungan dari sistem hidroponik antara lain kemudahan sterilisasi media, penanganan nutrisi tanaman, menghemat luasan lahan, mudah penanganan gulma dan serangan hama penyakit, kemudahan dalam hal penyiraman, kualitas produk bagus, menghemat pupuk dan panen lebih besar.
Prinsip dasar hidroponik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu hidroponik substrat dan NFT. Hidroponik substrat adalah teknik hidroponik yang tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya tanah. Hidroponik NFT (Nutrient film tecnique) adalah teknik hidroponik yang menggunakan model budidaya dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran dapat tumbuh dan berkembang didalam media air tersebut (Untung, 2001).
2.4    Media Tanam Hidroponik
Media tanam pada hidroponik tidak menyediakan unsur hara melainkan hanya berfungsi sebagai tempat tumbuh atau penopang tempat berdirinya tanaman yaitu tempat melekatnya akar, tetapi selain itu juga mampu menyerap, menyimpan
dan meneruskan larutan nutrisi tanaman. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik banyak jenisnya antara lain (Yuri, 1994) :
1.        Pasir
Pasir digunakan sebagai media tanam karena pasir mempunyai bobot yang
cukup berat sehingga dapat menopang tegaknya tanaman dan mempunyai pori-pori makro yang banyak sehingga mudah menjadi basah tetapi juga cepat menjadi kering, namun mampu menciptakan sirkulasi udara yang baik bagi perakaran tanaman (Agoes, 1994).
2.        Arang sekam
Media arang sekam mempunyai porositas yang baik, mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, ringan, dan merupakan sumber kalium. Arang sekam baik untuk media tumbuh tanaman sayuran maupun buah-buahan secara hidroponik. Arang sekam dapat menahan air lebih lama dan membawa zat-zat organik yang dibutuhkan oleh tanaman.
3.        Sekam padi
Sekam padi digunakan sebagai media tanam karena sekam padi ringan mudah dipindah-pindahkan, daya simpan airnya cukup baik, tidak mampat, sehingga sirkulasi air dan udara berjalan baik (Lingga, 1999).
4.        Pakis
Bahan media ini mampu menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Potongan pakismengandung sellulosa, hemisellulosa, lignin, fraksi air yang larut (gula, asam amino, asam alifatik) Bahan media tanam tersebut melapuk secara perlahan-lahan sehingga unsur hara dapat sedikit demi sedikit diserap dengan baik oleh tanaman (Lingga,1999).    
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1    Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum ini dilakukan di tempat tinggal masing-masing tepatnya Jln. Iman Bonjol No.21 Kota Palopo. Kegiatan ini dilaksanakan pada awal september hingga selesai.
3.2    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini yaitu gunting, aqua botol bekas, pisau, dan gunting.
Adapun bahan yang digunakan yaitu, benih sawi hijau, sekam, gabus, air,dan larutan AB mix.
3.3    Cara Kerja
Cara kerja dalam kegiatan praktikum ini yaitu:
1.        Menyiapkan alat dan bahan selama praktikum.
2.        Menyemai benih sawi pada media sekam.
3.        Sebelum dipindahkan buat tempat untuk memindahkan sawi dengan menggunakan botol bekas.
4.        Potong botol aqua bekas menjadi dua bagian, bagian bawah merupakan tempat untuk nutrien dan bagian atas berisi gabus yang terbelah untuk menyimpan sawi yang siap pindah.
5.        Setelah sawi berdaun dua pindahkan kedalam tempat untuk menerapkan sistem hidroponik sederhana.
6.        Sawi dimasukan kebotol masing-masing satu bibit.
7.        Simpan di tempat yang teduh untuk enggurangi terjadinya penguapan.
8.        Setelah berdaun empat sawi diberikan nutrien berupa AB mix.
9.        Mengamati pertumbuhan daya tumbuh tanaman sawi dengan menggunakan rumus Jumlah Tanaman yang Hidup  x 100 %
           Jumlah Keseluruhan Tanaman
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil
Hasil pengamatan daya tumbuh tanaman sawi hijau (Brassica sinensis L.) dapat disajikan pada Tabel 1. di bawah ini
Tabel 1. Daya Tumbuh Tanaman Sawi
Jenis tanaman
Jumlah tanaman
Tanaman
Hidup
Tanaman
Mati
Persentase tumbuh (%)
Sawi Hijau
(Brassica sinensis L.)
5
1
4
20%
Sumber: Data primer 2015
4.2    Pembahasan
Dari Tabel 1 dapat kita lihat bahwa budidaya tanaman sawi hijau secara hidroponik mengalami kegagalan dengan persentase tumbuh hanya 20% dari jumlah tanaman sebanyak tanaman 5 bibit dengan tanaman yang hidup 4 bibit dan 1 bibit mengalami dehidrasi dan kekurangan nutrien sehinggga tanaman sawi hijau mengalami kegagalan.
Kegagalan dalam budidaya tanaman sawi secara hidroponik sederhana ini diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang tidak sesuai dan kekurangan pemberian air sebagai nutrien hidroponik dan media yang tidak sesuai. Hal ini didukung oleh pendapat Sutopo (2002) yang menyatakan bahwa medium yang baik untuk pertumbuhan haruslah memiliki mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan.
Selain itu pemberian Nutrien berupa AB mix terlambat sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, hal ini sejalan dengan pendapat Temang (2013) yang menyatakan bahwa Hara dan air (nutrien) memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu fungsi dari kedua bahan ini adalah sebagai bahan pembangun tubuh makhluk hidup. Pertumbuhan yang terjadi pada tanaman (sampai batas tertentu) disebabkan oleh tanaman mendapatkan hara dan air. Bahan baku pada proses fotosintesa  adalah hara dan air yang nantinya akan diubah tanaman menjadi makanan.
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat dibagi atas dua kelompok yaitu hara makro dan mikro. Hara makro adalah hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar sedangkan hara mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil. Nutrien yang tergolong kedalam hara makro adalah Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur, Posfor, Kalium, Calsium, Ferrum. Sedangkan yang termasuk golongan hara mikro adalah Boron, Mangan, Molibdenum, Zinkum (seng) Cuprum (tembaga) dan Klor. Jika tanaman kekurangan dari salah satu unsur tersebut maka tanaman akan mengalami gejala defisiensi yang berakibat pada penghambatan pertumbuhan pada tanaman (Temang .K, 2013).
Selain dari nutrien yang berupa unsur hara dan air faktor lainnya yang mempengaruhi kegagalan dalam praktikum ini adalah suhu. Suhu udara mempengaruhi kecepatan pertumbuhan maupun sifat dan struktur tanaman. Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum. Untuk tumbuhan daerah tropis suhu optimumnya berkisar 22-370C. Suhu optimum berkisar antara 25- 300C dan suhu maksimum 35-400C. Tetapi suhu kardinal (minimum, optimum, dan maksimum) ini sangat dipengaruhi oleh jenis dan fase pertumbuhan tanaman.            
BAB V
PENUTUP
5.1    Kesimpulan
Kesimpulan dalam kegiatan praktikum budidaya Sawi Hijau (Brassica sinensisL.) yaitu:
1.        Proses budidaya Sawi Hijau (Brassica sinensis L.) secara hidroponik dilakukan dengan 5 percobaan tanaman sawi. Daya tumbuh tanaman sawi pada saat praktikum mencapai 20% dengan 4 bibit mengalami kematian dan 1 bibit masih hidup.
2.        Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian bibit tanaman Sawi Hijau (Brassica sinensis L.) adalah lambatnya pemberian nutrien berupa AB mix, kekeringan akibat kekurangan air dan suhu yang terlalu tinggi.
5.2    Saran
Sebaiknya dalam melakukan suatu kegiatan praktikum perlu perencanaan yang matang dan adanya arahan serta pengawasan dari dosen pembimbing sehingga praktikum tidak mengalami kegagalan.
 DAFTAR PUSTAKA
Agoes.D.S, 1994. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaannya. Penebar Swadaya. Jakarta. 98 hal.
Anonymous. 2009, Pakchoy Sayuran Oriental Yang Paling Oriental.   Http://www.tanindo.com.Accessed
Cahyono, B., 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Hal : 12-62
Hartus, T. 2008. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Edisi IX. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Haryanto, W ; T. Suhartini dan E . Rahayu. 2003. Sawi dan Selada. Edisi Revisi Penebar Swadaya, Jakarta. Hal : 5-26
Irawan, A. 2003. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Media Tanah. M2S. Bandung. Cet.1. 51 hal.
Lingga, P. 2002. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya,  Jakarta Agriculture Online. 2009. Teknik Budidaya Sayuran Secara Hidroponik (Online)
Lingga, P. 1999. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 116 haL.
Rukmana, R, 2007. Bertanam Petsai dan Sawi Kanisus. Yogyakarta. Hal : 11-35
Sunarjono, H, H., 2004. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, jakarta Hal : 78-82
Sunaryono, H. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur-Sayuran Penting Di Indonesia. Penerbit Sinar Baru. Bandung. 154 hal.
Sutopo 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta, Sebelas Maret University Press.
Syafri Edi & A. Yusri. 2010. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian .Jambi
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya secara Hidroponik. Nuansa Aulia. Bandung.

Temang .K, 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bibit Tanaman. http://kristotemang.blogspot.co.id/2013/05/ diakses pada tanggal 9 Desember 2015.

Untung, O. 2001. Hidroponik Sayuran Sistem NFT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wijayani A. dan Widodo, W. 2005. Usaha Meningkatkan Kualitas Beberapa Varietas Tomat Dengan Sistem Budidaya Hidroponik. Ilmu Pertanian, (12) 1 : 77-83.
Yuri, FD. 1994. Bercocok Tanam Tanpa Tanah, Hidroponik dan Bonsai .CV bahagia. Pekalongan. 159 hal.

No comments :

Post a Comment