LAPORAN EKOLOGI TANAMAN || TANAMAN WORTEL
LAPORAN
EKOLOGI TANAMAN
TANAMAN
WORTEL (Daucus carota L)
MUHAMMAD
RIFAI (1302406084)
WAYAN
ADI PURNAWAN(1302406065)
SIMPLIANUS
PAKA (13024060 )
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
COKROAMINOTO PALOPO
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Wortel
termasuk kelompok sayuran yang merupakan
tanaman hortikultura. Tanamannya
berbentuk rumput, batangnya pendek, dan akartunggangnya berubah bentuk dari fungsinya menjadi umbi bulat
panjang yang dapat dimakan. Umbi wotel ini berwarna kuning sampai kemerah- merahan
karena kandungan karotenoidnya yang
tinggi (Sunaryono, 1980).
Produktifitas
wortel di Indonesia masih rendah. Pada tahun1985 hasil rata-rata wortel
nasional baru mencapai 9,43 ton/hektar, kemudian pada tahun 1986 hanya 8,90
ton/ha, dan tahun 1991 sekitar 12,89 ton/ha (Rukmana, 1995). Dan jika
dibandingkan dengan produktifitas wortel pada tahun 2009-2010 sudah ada
peningkatan yaitu 14,86 pada tahun 2009 dan14,87 pada tahun 2010 (BPS, 2011)
Beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan wortel seperti tanah, suhu,
curah hujan, kelembaban, dan intensitas penyinaran
matahari. Wortel biasanya dibudidayakan pada tanah yang memiliki
tekstur struktur tanah yang baik seperti andosol, alluvial, regosol dan latosol
yang biasanya terdapat didataran tinggi tetapi juga bisa diusahakan pada
dataran rendah. Sedangkan derajat keasaman tanah yang sesuai adalah 5.5 – 6.5.
suhu juga berpengaruh terutama pada proses metabolisme, fotosintesis,
transpirasi, aktifitas enzim, absorbsi, penyerapan hara dan lain-lain. Suhu
yang optimal untuk pertumbuhan wortel adalah 15.6 – 21.1 °C, tetapi
jika pada suhu 26 °C dengan ketinggian 500 m dpl akan menghasilkan
umbi yang kurang memuaskan. Sedangkan pada suhu yang terlalu tinggi akan
menghasilkan umbi yang pendek dan kecil-kecil. Curah hujan juga mempengaruhi
dalam produktifitas tanaman wortel, jika kekurangan air makan akan
menghambat pertumbuhannya. Daerah yang cocok
untuk budidaya wortel adalah daerah yang memiliki iklim basah
(15 – 3 bulan kering dalam satu tahun) dan iklim agak basah (3 – 4.5 bulan
kering dalam 1 tahun) tetapi tanamanwortel juga toleran terhadap iklim
sangat basah (0 – 1.5 bulan kering dalam satu tahun). Kelembaban udara yang
sesuai bagi pertumbuhan wortel adalah 80 -90 %. Selain itu,
intensitas penyinaran matahari juga mempengaruhi dalam proses fotosintesis.
Tanaman akan menunjukkan gejala etiolasi seperti tumbuh memanjang, kurus, lemah
dan pucat jika kurang sinar matahari. Kondisi seperti ini menyebabkan tanaman
tidak akan membentuk umbi.
Berdasarkan
hal uraian diatas tentang tanaman wortel maka melakukan praktek lapang gunakan
untuk mengetahui pengaruh lingkangan baik kondisi tanah, suhu, kelembaban,
kondisi lahan baik lahan terbuka atau lahan tertutup maupun kondisi lahan yang
ternaugi atau tidak ternaugi, yang memberikan pengaruhi terhadap pertumbuhan
maupun perkemabangan tanaman wortel.
1.2 Tujuan
Agar Mahasiswa dapat mengatahui pengaruh lingkungan baik
kondisi tanah, suhu, kelembaban, kondisi lahan baik lahan terbuka atau lahan
tertutup maupun kondisi lahan yang ternaugi atau tidak ternaungi, yang
memberikan pengaruhi terhadap pertumbuhan maupun perkemabangan tanaman wortel.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Tanaman Wortel
Wortel
(Daucus corata L) bukan merupakan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal
dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis) menurut sejarahnya tanaman
Wortel berasal dari Timur dekat dan Asia tengah. Tanaman ini ditemukan tumbuh
di liar sekitar 6.500 tahun yang lalu (Rukmana, 1995). Wortel merupakan tanaman
subtropis yang memerlukan suhu dingin (22-24° C), lembap, dan cukup sinar
matahari. Di Indonesia kondisi seperti itu biasanya terdapat di daerah
berketinggian antara 1.000-1.500 m dpl. Sekarang Wortel sudah dapat ditanam di
daerah berketinggian 600 m dpl. Dianjurkan untuk menanam Wortel pada tanah yang
subur, gembur dan kaya humus dengan pH antara 5,5-6,5. Tanah yang kurang subur
masih dapat ditanami. Wortel asalkan dilakukan pemupukan intensif. Kebanyakan
tanah dataran tinggi di Indonesia mempunyai pH rendah. Bila demikian, tanah
perlu dikapur, karena tanah yang asam menghambat perkembangan umbi (Cahyono,
2002)
Tanaman
Wortel termasuk sayuran bernilai ekonomis penting di dunia. Produksi Wortel
telah menjadi salah satu mata dagang komoditas pertanian antar negara. Peluang
ekspor Wortel antara lain pasar Jepang. Berdasarkan data dari Japan Eksternal
Trade Organization (JETRO), negara tersebut pada tahun 1990 mengimpor Wortel
baku sebanyak 5.000 ton (Rukmana, 1995). Prospek pengembangan budidaya Wortel
di Indonesia sangat cerah. Selain keadaan agroklimatologi wilayah nusantara
cocok untuk Wortel, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan
petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan
agrobisnis, pengurangan impor dan peningkatan ekspor (Rukamana, 1995).
Menurut
Rukamana (1995) klasifikasi ilmiah dari tanaman wortel adalah :
Kerajaan
: Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Familia : Apiaceae
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carota
2.2 Tanah dan
Kesuburan Tanah
Tanah
merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka daratan bumi
(Rachman Sutanto,2009). Dapat dikatakan bahwa tanah adalah sumber utama
penyedia zat hara bagi tumbuhan. Tanah juga adalah tapak utama terjadinya
berbagai bentuk zat didalam daur makanan (Andi Hakim Nasoetion,2009). Komponen
tanah(mineral,organik,air,dan udara) tersusun antara yang satu dan yang lain
membentuk tubuh tanah. Tubuh tanah dibedakan atas horizon-horizon yang kurang
lebih sejajar dengan permukaan tanah sebagai hasil proses pedogenesis.
Bermacam-macam jenis tanah yang terbentuk merupakan refleksi kondisi lingkungan
yang berbeda (Rachman Sutanto,2009).
Kesuburan
tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan
biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Ada
akar yang berfungsi menyerap air dan larutan hara, dan ada yang berfungsi
sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan habitat akar dapat bersifat hakiki dari
bagian tubuh tanah yang bersangkutan, dan/atau diimbas (induced) oleh keadaan
bagian lain tubuh tanah dan/atau diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari
lahan, yaitu bentuk muka lahan, iklim dan musim. Karena bukan sifat melainkan
mutu maka kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati, akan tetapi hanya
dapat ditaksir (assessed). Penaksirannya dapat didasarkan atas sifat-sifat dan
kelakuan fisik, kimia dan biologi tanah yang terukur, yang terkorlasikan dengan
keragaan (performance) tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian
sebelumnya. Kesuburan tanah dapat juga ditaksir secara langsung berdasarkan
keadaan tanaman yang teramati (bioessay). Hanya dengan cara penaksiran yang
pertama dapat diketahui sebab-sebab yang menentukan kesuburan tanah. Dengan
cara penaksiran kedua hanya dapat diungkapkan tanggapan tanaman terhadap
keadaan tanah yang dihadapinya (Tejoyuwono
Notohadiprawiro, 2006)
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menghasilkan
bahan tanaman yang dipanen. Maka disebut pula daya menghasilkan bahan panen
atau produktivitas. Ungkapan akhir kesuburan tanah ialah hasilpanen, yang diukur
dengan bobot bahan kering yang dipungut per satuan luas (biasanya hektar) dan
per satuan waktu. Dengan menggunakan tahun sebagai satuan waktu untuk
perhitungan hasilpanen, dapat dicakup akibat variasi keadaan habitat akar
tanaman karena musim (Schroeder, 1984).
2.3 Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kesuburan Tanah
Menurut
Nasih (2007) yang dimaksud dengan kesuburan tanah adalahkemampuan suatu tanah
untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan, padalingkungan tempat tanah
itu berada. Produk tanaman tersebut dapat berupa: buah, biji,daun, bunga, umbi,
getah, eksudat, akar, trubus, batang, biomassa, naungan
atau penampilan.
Nurhajati
dkk (1968) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah
yaitu, ketersediaan unsur hara yang cukup dan berimbang, kondisi tata air tanah
yang optimal, kondisi udara tanah yang optimal dan kondisi mikroba tanah yang
baik. Tingkatan kesuburan tanah juga berkaitan dengan 3 sifat tanah yaitu sifat
kimia tanah, fisika tanah dan biologi tanah. Ketiganya berperan penting
dalam hal penyediaan unsur hara bagi tanaman.
Berbeda
dengan pendapat sebelumnya, menurut Nasih (2007) tanah memiliki kesuburan yang
berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah yang merajai dilokasi tersebut,
yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme, dan waktu. Tanah merupakan fokus
utama dalam pembahasan kesuburan tanah, sedangkan tanaman merupakan indikator
utama mutu kesuburan tanah. Ahmad (2010) mengatakan bahwa untuk menyebutkan
apakah status tanah itu subur atau tidak subur, maka haruslah dikaitkan dengan
keadaan sifat fisik dan kimia tanahnya (kesuburan secara fisik dan kimia),
karena bisa saja tanah itu subur secara fisik tetapi secara kimia tidak dan
sebaliknya. Jadi tanah yang benar-benar subur itu adalah apabila didukung oleh
faktor-faktor pertumbuhan, salah satu diantaranya sifat fisik dan kimia
tanahnya juga dalam kondisi yang baik, karena sifat fisik dan kimia tanah itu
saling mempengaruhi satu sama lain.
Sri (2012) menyebutkan bahwa
cacing tanah berpotensi dan berperan terhadap kesuburan tanah yaitu berperan
dalam mengubah bahan organik menjadi humus hal ini dilakukan melalui aktivitas
cacing tanah dengan membawa bahan organik kebagian bawah tanah. Arina
(2011) menyatakan bahwa debu vulkanik mengandung kation-kation basa yang
dapat meningkatkan pH, KTK tanah serta kejenuhan basa (KB) yang
mengakibatkan kesuburan tanah dan tanaman meningkat.
2.4 Iklim
Menurut
Trewartha dan Horn (1995) iklim merupakan suatu konsep yang abstrak, dimana
iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen
atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iklim
bukan hanya sekedar cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup
memadai tanpa ada apresiasi atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca
musiman serta suksesi episode cuaca yang ditimbulkan oleh gangguan atmosfer
yang bersifat selalu berubah, meski dalam studi tentang iklim penekanan diberikan pada nilai
rata-rata, namun penyimpangan, variasi dan keadaan atau nilai-nilai yang
ekstrim juga mempunyai arti penting.
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi keadaan cuaca dan
iklim suatu daerah atau wilayah, yaitu: suhu atau temperatur udara, tekanan
udara, kelembapan udara, dan curah hujan.
2.4.1 Suhu dan
Temperatur Udara
Suhu
atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam
atmosfer. Secara fisis suhu dapat didefinisikan sebagai tingkat gerakan molekul
benda, makin cepat gerakan molekulnya, makin tinggi suhunya. Suhu dapat pula
didefinisikan sebagai tingkat panas suatu benda. Panas bergerak dari sebuah
benda yang mempunyai suhu tinggi ke benda dengan suhu rendah (Tjasjono,
1999:13).
Suhu udara mempengaruhi semua aktivitas fisiologis melalui laju
reaksi biokimiawi. Setiap proses fisiologi, seperli fotosintesis atau
respirasi, mempunyai batas suhu di atas dan di bawah suhu optimum untuk
mencapai laju reaksi maksimum. Sebagian besar reaksi biokimiawi dikendalikan
oleh enzim dan laju aktivitas enzim pada setiap proses reaksi. Laju reaksi dan
sebagian besar reaksi kimia menjadi dua kali setiap kenaikan suhu 10°C sampai
sekitar 20- 30°C. Di atas suhu ini, reaksi biokimiawi menurun karena secara
perlahan - lahan enzim mengalami denaturasi atau menjadi tidak aktif. Selain
proses biokimiawi, proses yangdipengaruhi oleh suhu adalah solubilitas gas,
absorpsi mineral dan air. Suhu udara juga mempengaruhi pembungaan dan
viabilitas pollen, pembentukan buah, keseimbangan hormon, laju pemasakan dan
penuaan, kualitas, hasil dan Iamanya produk layak untuk dikonsumsi.
Suhu maksimum dan minimum yang mendukung pertumbuhan tanaman biasanya
berkisar 50-350C. Suhu dimana pertumbuhan optimum berlangsung berbeda-beda menurut tanamannya dan berbeda-beda sesuai tahap perkembangannya. Tanaman yang telah
menyesuaikan diri dengan iklim dingin, akarnya lebih peka terhadap suhu rendah
daripada batangnya, kuncup bunga lebih lemah daripada kuncup daun (Setyati,
1996).
2.4.2 Tekanan
Udara
Selain suhu atau temperatur
udara, unsur cuaca dan iklim yang lain adalah tekanan udara. Tekanan udara
adalah suatu gaya yang timbul akibat adanya berat dari lapisan udara. Besarnya
tekanan udara di setiap tempat pada suatu saat berubah-ubah. Makin tinggi suatu
tempat dari permukaan laut, makin rendah tekanan udaranya. Hal ini disebabkan
karena makin berkurangnya udara yang menekan. Tekanan udara diukur berdasarkan
tekanan gaya pada permukaan dengan luas
tertentu, misalnya 1 cm2. Satuan yang digunakan adalah atmosfer
(atm), milimiter kolom air raksa (mm Hg), atau milibar (mbar). Tekanan udara
patokan (sering juga disebut tekanan udara normal) adalah tekanan kolom udara
setinggi lapisan atmosfer bumi pada garis lintang 450dan suhu 00C.
Besarnya tekanan udara tersebut dinyatakan sebagai 1 atm. Tekanan sebesar 1 atm
ini setara dengan tekanan yang diberikan oleh kolom air raksa setinggi 760mm.
Besarnya tekananudara diukur dengan barometer (Lakitan, 2002:141).
2.4.3 Kelembapan
Udara
Kelembapan udara adalah banyaknya uap air yang
terkandung dalam massa udara pada saat dan tempat tertentu. Kelembapan udara
menyatakan kandungan uap air dalam udara yang berasal dari evapotranspirasi
atau penguapan. Penguapan diartikan sebagai kehilangan air melalui permukaan
tanah/air (evaporasi) atau melalui permukaan tanaman (transpirasi) sehingga
melalui keduanya disebut evapotrasnpirasi. Penguapan membutuhkan panas untuk
mengubah wujud cair menjadi gas, sehingga pada daerah yang bersuhu tinggi akan
lebih banyak menguapkan air daripada daerah yangbersuhu rendah. Kelembapan
udara dapat dibedakan menjadi kelembapan mutlak dan kelembapan relatif (Utomo,
2009:69).
2.4.4 Curah Hujan
Curah hujan
adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat
untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain Gauge. Curah hujan diukur
dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bentuk medan atau topografi atau
lereng medan dan arah angin. Hujan adalah butiran-butiran air yang dicurahkan
dari atmosfer turun ke permukaan bumi. Sedangkan garis yang menghubungkan
tempat-tempat di peta yang mendapat curah hujan yang sama disebut isohyet
(Sarjani, 2004:16).
BAB
III
METODELOGI
3.1 Tempat
dan Waktu
Kegiatan prektek lapang terpaduini
dilaksanakan di desa Buluballea Kelurahan Pattapang Kecamatan Tinggimoncong
Kabupaten Goa Provinsi Sulawesi Selatan.Pada tanggal 14 November 2015, pukul
11.00 wita sampai selesai.
3.2 Alat
Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktek
lapang ini adalah pulpen dan kamera. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah buku.
3.3 Cara
kerja
1.
Pertama-tama
kami mencari narasumber yang sedang bekerja dilahan wortel.
2.
Setelah
menemukan narasumber kami mulai proses wawancara. Hal-hal yang kami tanyakan
yakni
a.
Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi kondisi tanaman wortel?
b.
Bagaimana
kondisi iklim dan tanah pada lahan wortel yang dibudidayakan.
c.
Bagaimana
kondisi tanah, kegemburan tanah, dan kelembaban tanah yang terbuka ?
3.
Semua
hasil wawancara kami kumpulkan serta kami lakukan proses dokumentasi baik pada
proses wawancara maupun kondisi lahan yang kami datangi.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Responden
1
Nama : Abdul halim
Umur : 29 Tahun
Asal
: Malino
Lama
bertani wortel : Sudah bertani wortel
selama 7 tahun
Faktor yang mempengaruhi kondisi tanaman pada lahan saya yakni
1.
Ketersedian
air
2.
Intensitas
hujan
3.
Jarak
tanaman
4.
Kondisi
vegetasi sekitar lahan
Kondisi
tanah tempat saya menanam tanaman wortel merupakan tanah yang gembur, serta
dilahan yang saya tempati bercocok tanam pada saat musim kemarau hama yang
sering menyerang tanaman wortel saya hama ulat sedang pada saat musim hujan tanaman wortel yang saya
bididayakan banyak terkena penyakit busuk daun. Kondisi tanah pada musim
kemarau sangat gembur sehingga memungkinkan umbil wortel yang saya budidayakan
hasilnya sangat besar ukuranya apabila
dijaga pasokan airnya. Tanaman wortel yang saya budidaya pertumbuhan umbi akan
sangat cepat apabila ditanaman pada area yang terbuka dibandingkan ditanam pada
area tertutup karena tanaman wortel bersaing dengan tanaman yang lain.
Responden 2
Nama :
Sainuddin
Umur :
45 tahun
Asal :
Asli desa Tandrapia
Lama bertani wortel : Sudah bertani wortel selama 3 tahun
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tanaman wortel yang saya
budidaya yakni:
1.
Air
2.
Pemupukan
3.
Jarak
tanam
Kondisi tanah yang saya kelolah merupakan tanah yang subur karena tanah
nya gembur, tidak padat serta berpasir. Saya mendapatkan hasil panen yang
paling banyk yakni pada saat musim kemarau, sedangkan pada saat musim hujan
hasil panen wortel saya menurun diakibatkan tanah terlalu padat serta lebih
banyak hama yang menyerang pada musim hujan.
Tanaman wortel lebih baik
ditanaman pada lahan yang terbuka karena tanaman wortel membutuhkan sinar
matahari penuh sehingga memungkingkan umbi tanaman yang saya panen ukurannya
besar-besar sedangkan apabila tanaman wortel ditanam pada lahan tertutup atau
ternaugi tanah akan mudah, tanaman wortel lambat menerima cahaya matahari serta
terjadi persaingan antara tanamn wortel dengan akar pohon sehingga memungkin
hasil panen wortel saya ukuran sangat kecil.
4.2
Pembahasan
4.2.1
Kondisi tanah , suhu, kelembaban(iklim)
Sifat kondisi
tanah yang dibutuhkan oleh tanaman wortel yakni tanah andosol, aluvial, latosol
dan regosol, yang kebanyakan jenis tanah tersebut terdapat daerah dataran
tinggi, namun kondisi tanah yang kami jumpai didaerah malino tempat praktek
lapang yakni jenis tanah latosol dimana tanah latosol tersebut memiliki
ciri-ciri tekstur tanah lempung, warna coklat merah hingga kuning, tersebar
didaerah yang beriklim basah, mudah menyerap bahan organik yang cukup dan
memiliki ph 6-7. Kondisi cuhu pada
daerah malino berkisar antara 15-210c, dan kelembaban didaerah
malino berkisar antara 80-90%
4.2.2
Faktor –faktor yang mempengaruhi tingkat
kesuburan pada setiap lahan.
Menurur Nurhayati
dkk (1968) menyenbutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah
yaitu, ketersediaan unsur hara yang cukup dan berimbang, kondisi tata air tanah
yang optimal, kondisi udara tanah yang optimal dan kondisi mikroba yang baik.
Berdasar hasil wawancara dari 2 petani wortel yang bapak Abdul halim dan bapak
sainuddin, keduanya memberikan informasi kepada kami bahwa tanah tempat yang
budidaya merupakan lahan yang subur dikarenakan tanah tersebut gembur, tidak
padat, kondisi air yang mencukupi, hal ini terjadi karena jenid tanah keduanya
adalah tanah latosol yang memiliki ciri-ciri tekstur tanah lempung, warna
coklat merah hingga kuning, tersebar didaerah yang beriklim basah, mudah
menyerap bahan organik yang cukup dan memiliki ph 6-7.
4.2.3
Pengaruh faktor lingkungan/ iklim
terhadap tanaman
Adapun faktor
lingkungan sangat berpengaruh pada tanaman wortel karena setelah kami
mewawancarai kedua responden kami kedua menyatakan bahwa musim sangat
berpengaruh pada hasil panen yang mereka dapatkan karena hasil panen sangat
tinggi pada musim kemarau sangat tinggi karena tanah terlalu padat sehingga
memungkinkan terjadinya pembesaran pada umbi wortel apabila ketersedian air
dijaga dengan baik. Serta untuk kondisi lahan yang terbuka dan tertutup akan
mempengaruhi kondisi umbi wortel karena pada pada lahan yang terbuka kondisi
umbi cukup besar karena maksimal menerima sinar matahari serta tidak ada
persaingan yang terjadi antara tanaman wortel dengan akat pohon ataupun akar
gulma sedangan untuk lahan yang tertutup kondisi umbi wortel berukur kecil
karena lambat menerima sinar matahari dan terjadi persaingan antara tanaman
wortel dengan akar pepohonan maupun akar gulma sehingga penyerapkan unsur hara
yang dilakukan oleh akar tanaman wortel tidak terlalu maksimal
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas tentang
tanaman wortel kami kami menyimpulkan bahwan kondisi tanah, suhu dan kelemaban
akan mempengaruhi kondisi tanaman wortel, karena apabila kondisi tanah padat
maka kondisi umbi wortel akan kecil, begitu pula dengan suhu apabila kondisi
suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kondisi tanaman wortel menjadi
kerdil.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat kesuburan tanah adalah ketersediaan unsur hara yang
cukup dan berimbang, kondisi tata air tanah yang optimal, kondisi udara tanah
yang optimal dan kondisi mikroba yang baik.
Lingkungan
akan memberikan pengaruhi besar baik dari segi produktivitasnya contoh pada
saat musim kemarau hasil panen dari tanaman wortel akan meningkat apabila dijaga
kondisi ketersedian airnya serta untuk lahan terbuka sangat baik dilakukan
proses budidaya tanaman wortel karena tanaman wortel mendapatkan sinar matahari
penuh sehingga umbi tanaman wortel yang dihasil ukurannya besar-besar.
5.2 saran
Dalam
melakukan budidaya tanaman wortel kita perlu memperhatikan faktor lingkungan
pada lahan tersebut seperti kondisi tanah, suhu maupun kelembaban, dan
kesuburan tanah serta kondisi lahan tersebut apakah sesuai dengan lahan kondisi
tanaman yang kita budidayakan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 2002. Teknik Budidaya dan
Analisis Usaha Tani Wortel. Penerbit
Kanisius.
Yogyakarta.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Nasoetion, Andi Hakim. 2009. Pengantar ke Ilmu-Ilmu Pertanian.
Jakarta : Litera Antarnusa.
Notohadiprawiro, T. 1972. The role of water, management and variety in
determining the yield of sawah rice.
Ilmu Pertanian I (6) : 258-259 + graphs.
Rukmana, R. 1995. Bertanam Wortel. Kanisius.
Yogyakarta.
Sarjani. 2004. Cuaca dan Iklim. (Online), (http//google./cuaca dan iklim.html,
diakses 1 Agustus 2010).
Schroeder, D.
1984. Soils, facts and concepts. Int.
Potash Inst. Bern. 140 h.
Setyowati, Dewi Liesnoor. 2008. Iklim Mikro dan Kebutuhan RTH Kota Semarang.
Semarang:Jurnal Manusia Dan Lingkungan, Vol 15, No 3.
Sutanto, Rachman. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta :
Kanisius.
Tjasjono,
Bayong. 1999. Klimatologi Umum. Bandung
: Penerbit ITB.
Utomo, Dwiyono Hari. 2009. Meteorologi Klimatologi Dalam Studi Geografi.
Malang: UM Press.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment