LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA || SEMANGKA

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman semangka merupakan
tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat yang dalam bahasa Inggris
disebut Water Mellon. Tanaman semangka pada mulanya berasal dari daerah
kering tropis dan subtropis Afrika, tetapi kini telah berkembang dengan pesat
ke berbagai negara seperti Cina, Afrika Selatan, Jepang, Indonesia dan Amerika
Serikat (Sunarjono, 2006).
Semangka termasuk dalam
keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat
disukai oleh manusia/binatang yang ada di benua tersebut, karena banyak
mengandung air, sehingga penyebarannya menjadi cepat. Tanaman semangka termasuk
tanaman semusim yang tumbuh merambat dan dalam pembudidayaannya membutuhkan
sinar matahari penuh. Pada iklim lembab pertumbuhan tanaman akan lambat dan
tanaman mudah terserang oleh penyakit, terutama jamur (fungi). Hal ini
dapat mengakibatkan penurunan produksi, bahkan dapat menggagalkan panen (Sunarjono,
2006).
Semangka (Citrullus
vulgaris Schad) merupakan salah satu buah yang sangat digemari dan banyak
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Selain rasa buah yang manis, renyah,
kandungan airnya tinggi, merupakan sumber mineral dan vitamin. Menurut
Prajnanta (2003) dalam 100 g semangka
mengandung gizi antara lain: 28 kal kalori; 0,1 g protein; 0,2 g lemak; 7,2 g
karbohidrat; 6,0 mg kalsium; 7,0 mg fosfor; 0,2 mg besi; 50 S.I vitamin A; 0,02
mg vitamin B1; 0,03 mg vitamin B2; 7,0 mg vitamin C; 0,2 g niacin; 0,5 g serat;
92,1 g air. Buah semangka yang dipanen tepat waktunya akan berwarna cerah,
bertekstur remah, renyah, manis, dan banyak mengandung air sehingga disukai
banyak orang. Pada saat cuaca panas, terutama di musim kemarau, buah semangka
mudah ditemui di mana-mana, mulai dari pasar buah, rumah makan, penjaja buah,
bahkan sampai di hotel-hotel.
Menurut Nurhayati (2008)
proyeksi kebutuhan lahan sampai tahun 2020 akan mencapai lebih kurang 60.88
juta ha atau 165 % dibandingkan dengan
kebutuhan lahan pada tahun 1990 yang mencapai 37.00 juta ha. Sektor pertanian
diperkirakan membutuhkan lebih kurang 67 juta ha. Permintaan lahan yang semakin
besar dimasa mendatang akan menyebabkan penggunaan lahan-lahan marjinal
termasuk gambut.
Budidaya tanaman semangka
meningkatkan pendapatan petani. Daya tarik budidaya semangka bagi petani
terletak pada nilai ekonominya yang tinggi. Beberapa kelebihan usahatani
semangka diantaranya adalah berumur relatif singkat (genjah) hanya sekitar
70-80 hari, dapat dijadikan tanaman penyelang di lahan sawah pada musim kemarau,
mudah dipraktikkan petani dengan cara biasa maupun semi intensif hingga
intensif, serta memberikan keuntungan usaha yang yang cuukup memadai (Rukmana, 2006).
Berdasarkan uraian diatas
maka perlu dilakukan praktikum mengenai teknik budidaya tanaman semangka yang
baik sehingga produksi semangka dapat meningkat.
1.2
Tujuan
dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum budidaya
tanaman semangka ini yaitu untuk mengetahui proses budidaya tanaman semangka.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu untuk
menambah wawasan dan dapat dijadikan acuan atau literatur dalam melakukan
proses budidaya semangka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Taksonomi
dan Morfologi Tanaman Semangka
Menurut Sharma (1993)
sistematika tanaman semangka adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Class
: Dicothylodenae
Ordo
: Cucurbitales
Family
: Cucurbitaceae
Genus
: Citrullus
Species
: Citrullus vulgaris Schard
Tanaman semangka termasuk tanaman keluarga
labu–labuan, yang merambat dengan menggunakan sulur sebagai alat pembelitnya
dan merupakan tanaman semusim. Pemeliharaan secara intensif dengan memelihara
cabang produktif, panjang cabang dapat mencapai 7 meter. Percabangan tersebut bila
dibiarkan secara liar, akan memiliki cabang yang lebih banyak. Bentuk cabang
agak bersegi, berbulu dan sedikit berkayu (Prajnanta, 1999).
Tanaman semangka memiliki perakaran tunggang yang terdiri
atas akar utama dan akar lateral. Sedangkan daun berwarna hijau muda sampai
hijau gelap, pangkal daun berbentuk jantung dan bentuk daunnya menjari. Letak
daun berseberangan, beraturan sepanjang sulur tanaman (Prajnanta, 1999).
Helaian daun bercangkap menyirip kecil-kecil, permukaannya berbulu, bentuknya
mirip jantung dibagian pangkalnya, ujungnya meruncing, tepinya bergelombang dan
berwarna hijau tua. Letak daun berseberangan satu sama lain dan tersusun dalam
tangkai berukuran relatif panjang (Rukmana, 2006).
Tanaman semangka berkelamin tunggal dan berumah satu (monoceous).
Bunganya tumbuh pada ketiak daun, berdiameter 2.0-2.25 cm. Mahkota bunganya
berwarna kuning. Tangkai bunga jantan berdiameter kecil dan panjang, sedangkan
pada tangkai bunga betina tampak bakal buah yang menggelembung. Bunga tanaman semangka
memiliki warna yang berbeda tergantung dari varietasnya, biasanya berwarna
putih atau ungu kekuningan, yang memiliki empat mahkota dan lima benang sari
dengan kepala sari lonjong (Prajnanta, 1999). Bunga semangka merupakan bunga
yang tidak sempurna yang keluar dari ketiak daun. Bunga jantan tidak memiliki
bakal buah dengan bentuk terompet, sedangkan bunga betina mempunyai bakal buah
yang berbentuk bulat (Rukmana, 1994).
Bunga semangka ada 3 macam, yaitu bunga jantan, bunga
betina dan bunga hemaprodit yang tumbuh secara sendiri-sendiri pada ketiak
daun. Bunga betina tersebut tumbuh ditiap ruas batang. Mahkota bunganya bersatu
dalam satu tabung sebagaimana bunga timun sejumlah 5. Kepala putiknya berjumlah
3 dikelilingi oleh 3 kepala sari.
Nektar diproduksi didaerah bagian bawah korola. Bunga semangka terbuka pada
pagi hari 1-2 sesudah matahari terbit. Bunga jantan maupun bunga betinanya
membuka dalam waktu yang hampir bersamaan. Kepala sarinya mulai matang ketika
korola masih sedang berkembang. Namun tepung sari masih menempel pada kepala
sari (Ashari, 1995).
Buah yang dihasilkan dari
penyerbukan memiliki ciri, warna yang sesuai dengan varietasnya. Menurut
Rukmana (1994), warna kulit buah dibedakan menjadi tiga macam warna, yaitu
hijau muda, hijau tua dan kuning. Kulit buah ada yang tebal dan tipis. Perbedaan
warna buah tersebut, disebabkan zat warna yang terdapat dalam buah. Sedangkan
bentuk buah semangka berbentuk lonjong, dan bulat sedikit oval (Prajnanta,1999).
Semangka tersedia dalam banyak bentuk, warna dan
bermacam-macam ukuran. Bentuknya bervariasi mulai dari bulat hingga lonjong,
dengan warna-warna yang berbeda mulai dari hijau muda hingga kehitaman. Warna
kulit buah dapat mulus, bergaris-garis atau berbercak-bercak. Warna daging buah
ada yang kuning, merah jambu, merah cerah ataupun merah tua. Dan terdapat pula
semangka berbiji maupun semangka tanpa biji (Gordon, 2007).
1.2
Syarat
Tumbuh Tanaman Semangka
1.2.1 Iklim
Lokasi yang paling ideal untuk tanaman semangka adalah
terbuka dan mendapat sinar matahari penuh, suhu udara tinggi (panas) dan
kering, curah hujan 40-50 mm per bulan, dan cocok ditanam di daerah dataran
rendah hingga ketinggian 600 m di atas permukaan laut (Rukmana, 2006). Tanaman
semangka menghendaki tempat yang tidak ternaungi atau mendapat sinar matahari
penuh. Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang terus-menerus. Tanaman
menghendaki penyiraman 80% lebih (berada di tempat terbuka). Tujuannya agar
matahari menyinari penuh (tidak ada naungan) (Sunarjono, 2006).
Menurut
Kalie (2001). perkecambahan biji akan berlangsung dengan baik pada suhu 25-30oC.
Biji akan berkecambah setelah 5-6 hari. Suhu udara yang tinggi diatas 20oC
(suhu siang antara 25-30oC dan suhu malam antara 12-18oC)
merupakan suhu yang paling cocok bagi pertumbuhan karena tanaman akan tumbuh
dengan cepat dan kuat.
Di samping sebagai pengangkut zat makan, air berfungsi
sebagai penyusun tubuh tanaman dan pembentuk zat makanan. Semangka relatif
sangat memerlukan banyak air karena 90% dari buah semangka adalah air. Walaupun
membutuhkan banyak air, bukan berarti semangka perlu diairi atau digenangi
terus menerus. Akar tanaman akan mati karena kekurangan oksigen untuk respirasi
bila di lingkungan perakarannya tergenangi air. Air yang diberikan harus bersih
dan bukan berasal dari limbah pabrik (Duljapar dan Setyowati, 2000).
1.2.2 Tanah
Secara
umum semangka menghendaki tanah yang gembur sedikit berpasir dan cukup tinggi
mengandung bahan organik. Oleh karena sistem perakarannya agak dalam maka solum
tanah pun harus sedang. Pada tanah sawah, semangka relatif akan tumbuh baik jika
berada pada jenis tanah regosol, andosol, latosol, dan podsolik (Duljapar dan
Setyowati, 2000).
Pada
prinsipnya tanaman semangka dapat ditanam di berbagai jenis tanah mulai dari
tanah latosol, andosol, regosol, sampai podsolik, asalkan kekurangan dari sifat
jenis tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pemupukan, penambahan bahan
organik, maupun pengapuran. Tanaman semangka mempunyai daya adaptasi luas
terhadap pH tanah, pertumbuhan tanaman semangka akan optimal bila dibudidayakan
ditanah dengan kisaran pH 6,5-7,2. Tanaman semangka non-biji memerlukan air
dalam jumlah banyak untuk mendukung pertumbuhan dan produksinya. Hal ini
tidaklah mengherankan karena lebih dari 90% kandungan buah semangka terdiri
dari air. Air diperlukan sebagai pengangkut zat-zat makanan. Air pengairan
untuk budidaya semangka harus diperoleh dari sumber air bersih, sehat, dan
bebas dari pencemaran limbah industri (Prajnanta, 1999).
Tanaman
semangka tampaknya dapat tumbuh pada berbagai tipe lahan, asalkan drainasenya
baik. Tanaman semangka menyukai lahan yang gembur dan subur, mengandung banyak
bahan organik, serta mempunyai drainase yang baik. Tanah yang berpasir atau
tanah lempung berpasir yang banyak mengandung nitrogen cocok untuk lahan
tanaman ini (Kalie, 2001).
1.3
Budidaya
Tanaman Semangka
1.3.1
Persemaian
Menurut Suprapto dan Jaya (2000) agar benih dapat tumbuh baik, sehat
dan cepat beradaptasi dengan lingkungan maka perlu disesuaikan terlebih dahulu
dengan kegiatan sebagai berikut: 1). Benih direndam dalam larutan Benlate atau
Dithane M-45 (0,5-1 gram/liter) selama ± 6 jam; 2). Benih diletakkan atau susun
benih yang telah direndam kemudian ditutup dengan tiga lembar kertas koran yang
telah dibasahi dan selama ± 2 hari usahakan kertas koran dalam keadaan lembab;
3). Setelah benih berkecambah dapat dipindahkan ke kantong plastik/polibag
dengan media semai dari tanah dan pupuk kandang (3 : 1); 4). Persemaian/polibag
ditempatkan pada tempat terbuka dengan diberi naungan yang dapat diatur; dan
5). Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, pengaturan naungan dan pengendalian
hama dan penyakit.
1.3.2 Pengolahan tanah
Pada lahan yang telah dibajak dan dicangkul halus, dibuat bedengan. Panjang
bedengan 12-15 m dengan lebar 1,5-2 m atau 3-4 m. Apabila lebar bedengan 1,5-2
m maka penanaman hanya dilakukan satu baris saja. Apabila lebar bedengan 3-4 m,
maka penanaman dilakukan dua baris dengan jarak tanam 1,5-2m. Lubang tanam dibuat dengan ukuran
40x40x30 cm. Jarak lubang tanam atau jarak tanam di dalam baris 1,2-1,5 m
(Kalie, 2006).
1.3.3 Penanaman
Penanaman
dilakukan saat tanaman yang sudah berdaun 4 lembar (berumur 14 hari) dan
kondisi bibit sudah cukup kuat untuk dipindahkan ke lahan pertanaman.
Pemindahan bibit semangka sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari
karena kondisi lingkungan pertanaman belum begitu panas. Pembuatan lubang tanam
dilakukan dengan menggali lubang (disesuaikan dengan media bibit dalam
polibag). Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi, perlu diperhatikan dalam
memilih bibit antara lain: bibit telah berumur sekitar 14 hari atau daunnya
berjumlah empat, pertumbuhannya normal dan bibit tampak berwarna hijau segar, bibit
dalam kondisi sehat, artinya bebas dari serangan hama dan penyakit yang
membahayakan bagi perkembangan selanjutnya di lahan (Cahyono, 1996).
1.3.4 Pemeliharaan
Pada
awal pertumbuhan, selama 10-15 hari,
tanaman perlu disiram atau diairi. Apabila pengairan dilakukan melalui
saluran-saluran antara bedengan, maka air harus dijaga supaya tidak meluap
menggenangi bedengan. Pembumbunan dan penyiangan harus dilakukan dengan
hati-hati karena akar semangka cukup dangkal. Jika tanaman tanaman tumbuh
rapat, namun ada rumput yang meninggi, maka sebaiknya rumput dibersihkan dengan
cara menyabutnya. Penyiangan perlu dilakukan 3-4 selama masa tanam (Kalie,
2006).
Penyiangan merupakan kegiatan mencabut atau
membersihkan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman atau bedengan. Adanya gulma
di sekitar tanaman dapat menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan mengurangi
hasil produksi kelak. Ini disebabkan adanya persaingan dalam memperebutkan zat
hara dalam tanah. Penyiangan di dalam bedengan tidak perlu menggunakan cangkul,
cukup mencabut dengan tangan gulma yang tumbuh. Gulma yang tumbuh dekat akar
tanaman tidak perlu dicabut, tetapi cukup dipangkas. Penyiangan ini minimal dilakukan
dua kali selama satu musim tanam (Duljapar & Setyowati, 2000).
Untuk mendapatkan buah semangka yang
berukuran besar maka dalam satu tanaman cukup dipelihara 2-3 buah saja. Untuk
itu pada cabang-cabang yang tumbuh dipilih dua cabang tunas lateral terbaik
ditambah satu cabang utama. Dari ketiga cabang tersebut berdasarkan pengalaman
lapangan, hanya dua buah yang dapat berkembang secara baik sedangkan untuk
cabang yang tidak dibutuhkan dipangkas. Tanaman yang tumbuh terlalu subur,
biasanya ranting cabang sekunder akan tumbuh memanjang dan ranting tersebut
harus dipangkas terutama pada cabang primer yang terdapat buahnya (Cahyono,
1996).
1.3.5
Pemupukan
Menurut Sunarjono (1996) sewaktu persemaian pupuk yang digunakan hanya pupuk kandang yang telah
matang, setelah bibit ditanam ke lahan baru dilakukan pemupukan NPK. Biasanya
tanaman dipupuk 2 kali, yakni pada umur 1-2 minggu setelah tanam dan 3-4 minggu
kemudian. Dosis pupuknya ialah 100-150 kg/ha Urea, 200 kg/ha TSP, dan 100 kg/ha
KCl. Setelah tanaman berbentuk buah sebesar kelereng, umumnya tidak dipupuk
lagi.
1.3.6
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Penyakit yang sering menyerang tanaman
semangka antara lain:
1.
Penyakit tepung (powdery
mildew), gejalanya tampak pada daun atau batang muda yang dilapisi semacam
tepung berwarna putih yang disebabkan Erysiphe
cichoracearum DC ex Merat. Penyakit ini dicegah atau diberantas dengan
benlate (dosis 0,06%) dengan selang waktu penyemprotan 10 – 15 hari.
2.
Penyakit busuk daun (downy mildew), gejalanya tampak berbentuk bercak-bercak kuning pada
daun yang kemudian berubah menjadi coklat kemerahan. Penyakit ini disebabkan Pseudoperonospora curbensis (Berck dan
Curt). Untuk mencegah penyakit ini digunakan Dithane M-45 (dosis 0,18%),
Lonacol (dosis 0,2 – 0,3%) dengan selang waktu 7 – 10 hari.
3.
Penyakit layu fusarium, gejalanya daun-daunnya layu
mengkerut mulai dari ujung tanaman. Penyebabnya Fusarium oxysporum (EFS) F. niveum S&H. Penyakit ini bisa
dikendalikan dengan menggunakan benih yang resisten.
4.
Penyakit busuk rhizopus. Infeksi kapang terjadi
melalui luka. Sanitasi kebun harus dilakukan sebaik-baiknya. Buah-buah yang
busuk segera dimusnahkan dengan cara dibakar agar tidak menjadi sumber inokulum
(Kalie, 2006).
1.3.7
Panen
Panen
dilakukan apabila buah semangka telah masak, tingkat kemasakan buah semangka
dapat diketahui dengan cara memukul buah dengan jari atau tangan dan mendengar
bunyinya. Apabila bunyinya terdengar berat, tandanya buah telah masak.
Sebaliknya apabila bunyinya ringan menandakan buah masih muda. Cara lain yang
dapat dilakukan adalah dengan melihat tangkai buah yang telah berubah warna
menjadi kecoklatan atau bagian kulit buah yang terletak di tanah telah berubah
warna dari putih menjadi kekuningan (Kalie, 2006).
Perlakuan
buah sebelum dipetik untuk tanaman semangka tidak diperlukan. Hal yang penting
adalah pemberian pupuk NPK berimbang, tanaman sehat tidak terserang hama dan
penyakit. Pemberian air dihentikan menjelang buah tua, yakni 2 minggu sebelum
panen. Namun, perlakuan buah sesudah dipetik pada buah semangka sangat penting,
terutama bila di lapangan mulai tampak ada gejala yang mencurigakan. Tempat
penyimpanan yang baik mempunyai suhu 4 – 5°C dan kelembaban 80 - 85% (Sunarjo,
1996).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1
Tempat
dan Waktu
Kegiatan praktikum budidaya
tanaman semangka dilakukan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto
Palopo, yang dilakukan pada tanggal 03
November 2015 hingga 06 Januari 2015.
3.2
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
praktikum budidaya tanaman semangka yaitu cangkul, ember, pulpen dan penggaris.
Adapun bahan yang digunakan
dalam praktikum yaitu kertas, benih semangka, tanah sebagai media dan air.
3.3
Prosedur
Kerja
Prosedur kerja yang
dilakukan selama praktikum budidaya tanaman semangka yaitu:
1.
Membersihkan lahan dari gulma dengan
menggunakan tangan dan juga cangkul.
2.
Pembuatan bedengan untuk menanam benih
semangka.
3.
Bedengan yang sudah siap kemudian
diberikan lubang untuk menanam benih semangka. Setiap lubang diberikan dua benih
semangka untuk mengantisipasi terjadinya gagal perkecambahan pada salah satu
benih.
4.
Pemeliharaan dengan menyiram tanaman dan
membersihkan tanaman gulma yang mengganggu tanaman semangka.
5.
Mengamati dan mengambil data tanaman
semangka sesuai dengan parameter yang diamati.
3.4
Parameter
Pengamatan
Parameter yang
diamati dalam kegiatan praktik ini yaitu:
1.
Daya Tumbuh Benih (%)
Daya
tumbuh beenih tanaman semangka dihitung pada saat tanaman semangka mulai
berkecamabah. Daya kecambah benih dapat dihitung dengan menggunakan ruumus:
Daya kecambah = Jumlah
tanaman yang tumbuh
x 100%
Jumlah tanaman
keseluruhan
2.
Umur Berbunga (HST)
Umur
berbunga tanaman diamati setelah setelah tanaman berkecamabah hingga munculnya
bunga pertama.
3.
Jumlah Bunga Jantan dan Betina
Jumlah
bunga jantan dan betina dapat dapat diperoleh dengan dihitung secara langsung
pada tanaman.
4.
Umur Terbentuk Buah (HST)
Umur
berbentuk buah dapat diamati mulai dari tanaman berkecambah hinga tanaman
berbuah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
Daya
Tumbuh Benih (%)
Hasil pengamatan daya
tumbuh benih tanaman semangka (Citrulus
Vulgaris Schard) disajikan pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel
1. Daya tumbuh benih tanaman semangka (Citrulus
Vulgaris Schard).
Spesies
Tanaman
|
Jumlah
keseluruhan tanaman
|
Mortalitas(biji)
|
Natalitas
(biji)
|
Persentase
kecambah (%)
|
Semangka (Citrulus Vulgaris Schard)
|
24
|
10
|
14
|
58,33%
|
Sumber : Data primer,2016
4.1.2
Umur
Berbunga (HST)
Hasil
pengamatan umur berbunga tanaman semangka (Citrulus
Vulgaris Schard) dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Umur berbunga tanaman
semangka (Citrulus Vulgaris Schard).
Spesies
Tanaman
|
Umur berbunga (HST)
|
Semangka (Citrulus Vulgaris Schard)
|
23 hari
|
Sumber : Data Primer,2016
4.1.3
Jumlah
Bunga Jantan dan Betina
Hasil
pengamatan jumlah bunga jantan dan betina tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schard) disajikan pada
Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Jumlah bunga jantan dan betina tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schard).
Spesies
Tanaman
|
Jumlah bunga jantan
|
Jumlah bunga betina
|
Semangka (Citrulus Vulgaris Schard)
|
6
|
2
|
Sumber : Data Primer,2016
4.1.4
Umur
Terbentuk Buah (HST)
Hasil
pengamatan umur terbentuknya buah tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schard) disajikan ada Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Umur terbentuknya buah
tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schard)
Spesies
Tanaman
|
Umur berbunga (HST)
|
Semangka (Citrulus Vulgaris Schard)
|
30
|
Sumbeer : Data Primer,2016
4.2
Pembahasan
Dari Tabel 1
diatas menunjukan bahwa persemaian benih semangka sebanyak 24 biji. Daya tumbuh
perkecabahan benih semangka yaitu 58,33% dengan benih yang tidak berkecambah
sebanyak 10 biji dan 14 biji berkecambah dengan baik. Hal ini terjadi karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan dan faktor
genetik.
Gagalnya perkecambahan biji semangka disebabkan akibat
kurangnya pengawasan dan pengontrolan dengan melakukan penyiraman setiap hari
untuk memenuhi kebutuhan air benih untuk berkecambah. Hal ini didukung dengan
pernyataan Darjadi (1972) yang meyatakan bahwa perkembangan benih tidak akan
dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90
persen. Selain pengawasan yang kurang, medium tanah yang digunakan memiliki
sifat fisik yang keras dan unsur hara sedikit sehingga perkecambahan terhambat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2002) yang menyatakan bahwa medium yang
baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur,
mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit
terutama cendawan.
Berdasarkan hasil pada
Tabel 2 menunjukan bahwa tanaman semangka berbunga pada umur 23 hari setelah
tanam. Tumbuhnya bunga pada tanaman
semangka ini cukup cepat, selain itu bunga pada tanaman semangka berwarna
kuning hal ini diakibatkan dari genetik dan varietas semangka yang digunakan.
Hal ini didukng oleh pernyataan Prajnanta (1999) yang menyatakan bahwa bunga
tanaman semangka memiliki warna yang berbeda tergantung dari varietasnya,
biasanya berwarna putih atau ungu kekuningan, yang memiliki empat mahkota dan
lima benang sari dengan kepala sari lonjong. Salisbury (1995) yang menyatakan
bahwa sifat genetik berpengaruh sangat
besar terhadap pembentukan bunga.
Berdasarkan Tabel 3 jumlah bunga jantan dan bunga betina
memiliki perbandingan yang cukup jauh dengan 6 bunga jantan dan 2 bunga betina.
Bunga jantan diciikan dengan bunga yang berbentuk seperti terompet dan bunga
betina memiliki bakal buah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rukmana (1994)
yang menyatakan bahwa bunga semangka merupakan bunga yang tidak sempurna yang
keluar dari ketiak daun. Bunga jantan tidak memiliki bakal buah dengan bentuk
terompet, sedangkan bunga betina mempunyai bakal buah yang berbentuk bulat.
Berdasarkan pengamatan selama praktikum yang
ditunjukan pada Tabel 4 diatas umur terbentuknya buah pada tanaman semangka
terjadi pada saat umur tanaman semangka mulai pembibitan hingga berbuah
berkisar 30 hari. Buah semangka memiliki buah yang berbeda setiap varietasnya.
Hal ini didukung oleh pernyataan Rukmana (1994) dimana buah yang dihasilkan
dari penyerbukan memiliki ciri, warna yang sesuai dengan varietasnya. Selain
itu warna kulit buah dibedakan menjadi tiga macam warna, yaitu hijau muda,
hijau tua dan kuning. Menurut Prajnanta (1999) kulit buah ada yang tebal dan
tipis. Perbedaan warna buah tersebut, disebabkan zat warna yang terdapat dalam
buah. Sedangkan bentuk buah semangka berbentuk lonjong, dan bulat sedikit oval.
Selain pengaruh varietas genetik pada benih semangka juga mempengaruhi
pembentukan buah. Gultom (1994) menyatakan bahwa di
dalam proses pembungaan dan pembuahan banyak faktor yang turut mempengaruhi
antara lain seperti faktor genetik, lingkungan, faktor pembungaan, inhibitor
dan lain-lain yang saling berinteraksi.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disumpulkan bahwa
persentase tumbuh benih tanaman semangka yaitu 53 % dari 24 benih tanaman. Umur
berbunga tanaman semangka yang dihitung mulai benih berkecambah yaitu 23 hari
setelah tanam. Dari 14 tanaman yang masih tumbuh baik terdapat 6 bunga jantan
dan 2 bunga betina sebagai bakal buah. Buah semangka mulai muncuul setelah
tanaman semangka berumur 30 HST (hari setelah tanam).
5.2
Saran
Sebaiknya
pada budidaya tanaman semangka diberikan aplikasi pupuk kandang untuk
memelihara kesburan tanah dan juga sebagai penggembur tanah sehingga sifat
fisik tanah tidak keras. Selain itu pemeliharaan juga harus diperhatikan agar
tanaman tidak tergangggu oleh tanaman lain (gulma).
DAFTAR PUSTAKA
Ashari,
S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Cahyono, B. 1996. Budidaya Semangka Hibrida. CV. Aneka.
Solo. 102 hlm.
Darjadi,
L. dan Hardjono 1972. Sendi-sendi Silvikultur. Dirjen Kehutanan,
Jakarta.
Duljapar, K. dan R. N. Setyowati. 2000. Petunjuk
Bertanam Semangka Sistem Turus. Penebar Swadaya. Jakarta.79 hlm.
Gordon,
A., 2007. How to Grow Watermelon.
Dikutip dari: www.geocities.com/green-cacle/watermelon.html. Diakses tanggal 06
Juni 2008.
Gultom, R., 1994. Pertumbuhan
Dan Produksi Tanaman Tomat yang Diaplikasikan Dengan Paclobutrazol dan GA3.
Tesis. Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan, hlm 49-56.
Kalie, M.B., 2001. Bertanam Semangka. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Kalie, M. B.
2006. Bertanam Semangka. Penebar
Swadaya. Jakarta. 75 hlm.
Nurhayati. 2008.
Tanggap Tanaman Kedelai di Tanah Gambut
Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah. Tesis. Universitas Sumatera Utara Medan.
Prajnanta,
F.,1999. Kiat Sukses Bertanam Semangka
Berbiji. Penebar Swadaya, Jakarta.
Prajnanta,
F. 2003. Agribisnis Semangka Non-Biji.
Penebar Swadaya. Jakarta. 192 hlm.
Rukmana, R. 1994. Budidaya Semangka Hibrida. Kanisius.
Yogyakarta. 71 hlm.
Rukmana, R., 2006. Budidaya Semangka Hibrida.
Kanisius,Yogyakarta.
Salisbury,
F. B dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid Tiga Edisi Keempat. Penerjemah Lukman, D. R. dan Sumaryono.
ITB, Bandung
Sharma,
O. P., 1993. Plant Taxonomy. Tata Mc.
Graw Hill Publishing Company Limited, New Delhi.
Sunarjono,
H., 1996. Aneka
Permasalahan Semangka dan Melon Beserta Pemecahannya. Penebar Swadaya.
Jakarta. 118 hlm.
Sunarjono,
H., 2006. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprapto dan N. A. Jaya. 2000. Budidaya
Semangka dengan Teknologi Embung. Laporan Akhir Penelitian SUT Diversivikasikan Lahan
Marginal di Kecamatan Gerokgak. Buleleng. No. Agdex :
235/28 No. Seri: 12/Buah/2000/Oktober 2000.
Sutopo 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif, Surakarta, Sebelas Maret University Press.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment