LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA || SEMANGKA

No comments


BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Tanaman semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Tanaman semangka pada mulanya berasal dari daerah kering tropis dan subtropis Afrika, tetapi kini telah berkembang dengan pesat ke berbagai negara seperti Cina, Afrika Selatan, Jepang, Indonesia dan Amerika Serikat (Sunarjono, 2006).

Semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya sangat disukai oleh manusia/binatang yang ada di benua tersebut, karena banyak mengandung air, sehingga penyebarannya menjadi cepat. Tanaman semangka termasuk tanaman semusim yang tumbuh merambat dan dalam pembudidayaannya membutuhkan sinar matahari penuh. Pada iklim lembab pertumbuhan tanaman akan lambat dan tanaman mudah terserang oleh penyakit, terutama jamur (fungi). Hal ini dapat mengakibatkan penurunan produksi, bahkan dapat menggagalkan panen (Sunarjono, 2006).

Semangka (Citrullus vulgaris Schad) merupakan salah satu buah yang sangat digemari dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Selain rasa buah yang manis, renyah, kandungan airnya tinggi, merupakan sumber mineral dan vitamin. Menurut Prajnanta (2003)  dalam 100 g semangka mengandung gizi antara lain: 28 kal kalori; 0,1 g protein; 0,2 g lemak; 7,2 g karbohidrat; 6,0 mg kalsium; 7,0 mg fosfor; 0,2 mg besi; 50 S.I vitamin A; 0,02 mg vitamin B1; 0,03 mg vitamin B2; 7,0 mg vitamin C; 0,2 g niacin; 0,5 g serat; 92,1 g air. Buah semangka yang dipanen tepat waktunya akan berwarna cerah, bertekstur remah, renyah, manis, dan banyak mengandung air sehingga disukai banyak orang. Pada saat cuaca panas, terutama di musim kemarau, buah semangka mudah ditemui di mana-mana, mulai dari pasar buah, rumah makan, penjaja buah, bahkan sampai di hotel-hotel.

Menurut Nurhayati (2008) proyeksi kebutuhan lahan sampai tahun 2020 akan mencapai lebih kurang 60.88 juta ha atau 165 %  dibandingkan dengan kebutuhan lahan pada tahun 1990 yang mencapai 37.00 juta ha. Sektor pertanian diperkirakan membutuhkan lebih kurang 67 juta ha. Permintaan lahan yang semakin besar dimasa mendatang akan menyebabkan penggunaan lahan-lahan marjinal termasuk gambut.

Budidaya tanaman semangka meningkatkan pendapatan petani. Daya tarik budidaya semangka bagi petani terletak pada nilai ekonominya yang tinggi. Beberapa kelebihan usahatani semangka diantaranya adalah berumur relatif singkat (genjah) hanya sekitar 70-80 hari, dapat dijadikan tanaman penyelang di lahan sawah pada musim kemarau, mudah dipraktikkan petani dengan cara biasa maupun semi intensif hingga intensif, serta memberikan keuntungan usaha yang yang cuukup memadai (Rukmana, 2006).

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum mengenai teknik budidaya tanaman semangka yang baik sehingga produksi semangka dapat meningkat.

1.2    Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari praktikum budidaya tanaman semangka ini yaitu untuk mengetahui proses budidaya tanaman semangka.

Kegunaan dari praktikum ini yaitu untuk menambah wawasan dan dapat dijadikan acuan atau literatur dalam melakukan proses budidaya semangka.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1    Taksonomi dan Morfologi Tanaman Semangka

Menurut Sharma (1993) sistematika tanaman semangka adalah sebagai berikut:

Kingdom         : Plantae

Divisio             : Spermatophyta

Subdivisio       : Angiospermae

Class                : Dicothylodenae

Ordo                : Cucurbitales

Family             : Cucurbitaceae

Genus              : Citrullus

Species            : Citrullus vulgaris Schard

Tanaman semangka termasuk tanaman keluarga labu–labuan, yang merambat dengan menggunakan sulur sebagai alat pembelitnya dan merupakan tanaman semusim. Pemeliharaan secara intensif dengan memelihara cabang produktif, panjang cabang dapat mencapai 7 meter. Percabangan tersebut bila dibiarkan secara liar, akan memiliki cabang yang lebih banyak. Bentuk cabang agak bersegi, berbulu dan sedikit berkayu (Prajnanta, 1999).

Tanaman semangka memiliki perakaran tunggang yang terdiri atas akar utama dan akar lateral. Sedangkan daun berwarna hijau muda sampai hijau gelap, pangkal daun berbentuk jantung dan bentuk daunnya menjari. Letak daun berseberangan, beraturan sepanjang sulur tanaman (Prajnanta, 1999). Helaian daun bercangkap menyirip kecil-kecil, permukaannya berbulu, bentuknya mirip jantung dibagian pangkalnya, ujungnya meruncing, tepinya bergelombang dan berwarna hijau tua. Letak daun berseberangan satu sama lain dan tersusun dalam tangkai berukuran relatif panjang (Rukmana, 2006).

Tanaman semangka berkelamin tunggal dan berumah satu (monoceous). Bunganya tumbuh pada ketiak daun, berdiameter 2.0-2.25 cm. Mahkota bunganya berwarna kuning. Tangkai bunga jantan berdiameter kecil dan panjang, sedangkan pada tangkai bunga betina tampak bakal buah yang menggelembung. Bunga tanaman semangka memiliki warna yang berbeda tergantung dari varietasnya, biasanya berwarna putih atau ungu kekuningan, yang memiliki empat mahkota dan lima benang sari dengan kepala sari lonjong (Prajnanta, 1999). Bunga semangka merupakan bunga yang tidak sempurna yang keluar dari ketiak daun. Bunga jantan tidak memiliki bakal buah dengan bentuk terompet, sedangkan bunga betina mempunyai bakal buah yang berbentuk bulat (Rukmana, 1994).

Bunga semangka ada 3 macam, yaitu bunga jantan, bunga betina dan bunga hemaprodit yang tumbuh secara sendiri-sendiri pada ketiak daun. Bunga betina tersebut tumbuh ditiap ruas batang. Mahkota bunganya bersatu dalam satu tabung sebagaimana bunga timun sejumlah 5. Kepala putiknya berjumlah 3    dikelilingi oleh 3 kepala sari. Nektar diproduksi didaerah bagian bawah korola. Bunga semangka terbuka pada pagi hari 1-2 sesudah matahari terbit. Bunga jantan maupun bunga betinanya membuka dalam waktu yang hampir bersamaan. Kepala sarinya mulai matang ketika korola masih sedang berkembang. Namun tepung sari masih menempel pada kepala sari (Ashari, 1995).

            Buah yang dihasilkan dari penyerbukan memiliki ciri, warna yang sesuai dengan varietasnya. Menurut Rukmana (1994), warna kulit buah dibedakan menjadi tiga macam warna, yaitu hijau muda, hijau tua dan kuning. Kulit buah ada yang tebal dan tipis. Perbedaan warna buah tersebut, disebabkan zat warna yang terdapat dalam buah. Sedangkan bentuk buah semangka berbentuk lonjong, dan bulat sedikit oval (Prajnanta,1999).

Semangka tersedia dalam banyak bentuk, warna dan bermacam-macam ukuran. Bentuknya bervariasi mulai dari bulat hingga lonjong, dengan warna-warna yang berbeda mulai dari hijau muda hingga kehitaman. Warna kulit buah dapat mulus, bergaris-garis atau berbercak-bercak. Warna daging buah ada yang kuning, merah jambu, merah cerah ataupun merah tua. Dan terdapat pula semangka berbiji maupun semangka tanpa biji (Gordon, 2007).


1.2    Syarat Tumbuh Tanaman Semangka

1.2.1    Iklim

Lokasi yang paling ideal untuk tanaman semangka adalah terbuka dan mendapat sinar matahari penuh, suhu udara tinggi (panas) dan kering, curah hujan 40-50 mm per bulan, dan cocok ditanam di daerah dataran rendah hingga ketinggian 600 m di atas permukaan laut (Rukmana, 2006). Tanaman semangka menghendaki tempat yang tidak ternaungi atau mendapat sinar matahari penuh. Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang terus-menerus. Tanaman menghendaki penyiraman 80% lebih (berada di tempat terbuka). Tujuannya agar matahari menyinari penuh (tidak ada naungan) (Sunarjono, 2006).

Menurut Kalie (2001). perkecambahan biji akan berlangsung dengan baik pada suhu 25-30oC. Biji akan berkecambah setelah 5-6 hari. Suhu udara yang tinggi diatas 20oC (suhu siang antara 25-30oC dan suhu malam antara 12-18oC) merupakan suhu yang paling cocok bagi pertumbuhan karena tanaman akan tumbuh dengan cepat dan kuat.

Di samping sebagai pengangkut zat makan, air berfungsi sebagai penyusun tubuh tanaman dan pembentuk zat makanan. Semangka relatif sangat memerlukan banyak air karena 90% dari buah semangka adalah air. Walaupun membutuhkan banyak air, bukan berarti semangka perlu diairi atau digenangi terus menerus. Akar tanaman akan mati karena kekurangan oksigen untuk respirasi bila di lingkungan perakarannya tergenangi air. Air yang diberikan harus bersih dan bukan berasal dari limbah pabrik (Duljapar dan Setyowati, 2000).

1.2.2    Tanah

Secara umum semangka menghendaki tanah yang gembur sedikit berpasir dan cukup tinggi mengandung bahan organik. Oleh karena sistem perakarannya agak dalam maka solum tanah pun harus sedang. Pada tanah sawah, semangka relatif akan tumbuh baik jika berada pada jenis tanah regosol, andosol, latosol, dan podsolik (Duljapar dan Setyowati, 2000).

Pada prinsipnya tanaman semangka dapat ditanam di berbagai jenis tanah mulai dari tanah latosol, andosol, regosol, sampai podsolik, asalkan kekurangan dari sifat jenis tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pemupukan, penambahan bahan organik, maupun pengapuran. Tanaman semangka mempunyai daya adaptasi luas terhadap pH tanah, pertumbuhan tanaman semangka akan optimal bila dibudidayakan ditanah dengan kisaran pH 6,5-7,2. Tanaman semangka non-biji memerlukan air dalam jumlah banyak untuk mendukung pertumbuhan dan produksinya. Hal ini tidaklah mengherankan karena lebih dari 90% kandungan buah semangka terdiri dari air. Air diperlukan sebagai pengangkut zat-zat makanan. Air pengairan untuk budidaya semangka harus diperoleh dari sumber air bersih, sehat, dan bebas dari pencemaran limbah industri (Prajnanta, 1999).

Tanaman semangka tampaknya dapat tumbuh pada berbagai tipe lahan, asalkan drainasenya baik. Tanaman semangka menyukai lahan yang gembur dan subur, mengandung banyak bahan organik, serta mempunyai drainase yang baik. Tanah yang berpasir atau tanah lempung berpasir yang banyak mengandung nitrogen cocok untuk lahan tanaman ini (Kalie, 2001).

1.3    Budidaya Tanaman Semangka

1.3.1    Persemaian

Menurut Suprapto dan Jaya (2000) agar benih dapat tumbuh baik, sehat dan cepat beradaptasi dengan lingkungan maka perlu disesuaikan terlebih dahulu dengan kegiatan sebagai berikut: 1). Benih direndam dalam larutan Benlate atau Dithane M-45 (0,5-1 gram/liter) selama ± 6 jam; 2). Benih diletakkan atau susun benih yang telah direndam kemudian ditutup dengan tiga lembar kertas koran yang telah dibasahi dan selama ± 2 hari usahakan kertas koran dalam keadaan lembab; 3). Setelah benih berkecambah dapat dipindahkan ke kantong plastik/polibag dengan media semai dari tanah dan pupuk kandang (3 : 1); 4). Persemaian/polibag ditempatkan pada tempat terbuka dengan diberi naungan yang dapat diatur; dan 5). Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, pengaturan naungan dan pengendalian hama dan penyakit.


1.3.2     Pengolahan tanah

Pada lahan yang telah dibajak dan dicangkul halus, dibuat bedengan. Panjang bedengan 12-15 m dengan lebar 1,5-2 m atau 3-4 m. Apabila lebar bedengan 1,5-2 m maka penanaman hanya dilakukan satu baris saja. Apabila lebar bedengan 3-4 m, maka penanaman dilakukan dua baris dengan jarak tanam      1,5-2m. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40x40x30 cm. Jarak lubang tanam atau jarak tanam di dalam baris 1,2-1,5 m (Kalie, 2006).

1.3.3    Penanaman

Penanaman dilakukan saat tanaman yang sudah berdaun 4 lembar (berumur 14 hari) dan kondisi bibit sudah cukup kuat untuk dipindahkan ke lahan pertanaman. Pemindahan bibit semangka sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari karena kondisi lingkungan pertanaman belum begitu panas. Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan menggali lubang (disesuaikan dengan media bibit dalam polibag). Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi, perlu diperhatikan dalam memilih bibit antara lain: bibit telah berumur sekitar 14 hari atau daunnya berjumlah empat, pertumbuhannya normal dan bibit tampak berwarna hijau segar, bibit dalam kondisi sehat, artinya bebas dari serangan hama dan penyakit yang membahayakan bagi perkembangan selanjutnya di lahan (Cahyono, 1996).

1.3.4    Pemeliharaan

Pada awal pertumbuhan,  selama 10-15 hari, tanaman perlu disiram atau diairi. Apabila pengairan dilakukan melalui saluran-saluran antara bedengan, maka air harus dijaga supaya tidak meluap menggenangi bedengan. Pembumbunan dan penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati karena akar semangka cukup dangkal. Jika tanaman tanaman tumbuh rapat, namun ada rumput yang meninggi, maka sebaiknya rumput dibersihkan dengan cara menyabutnya. Penyiangan perlu dilakukan 3-4 selama masa tanam (Kalie, 2006).  

Penyiangan merupakan kegiatan mencabut atau membersihkan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman atau bedengan. Adanya gulma di sekitar tanaman dapat menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan mengurangi hasil produksi kelak. Ini disebabkan adanya persaingan dalam memperebutkan zat hara dalam tanah. Penyiangan di dalam bedengan tidak perlu menggunakan cangkul, cukup mencabut dengan tangan gulma yang tumbuh. Gulma yang tumbuh dekat akar tanaman tidak perlu dicabut, tetapi cukup dipangkas. Penyiangan ini minimal dilakukan dua kali selama satu musim tanam (Duljapar & Setyowati, 2000).

Untuk mendapatkan buah semangka yang berukuran besar maka dalam satu tanaman cukup dipelihara 2-3 buah saja. Untuk itu pada cabang-cabang yang tumbuh dipilih dua cabang tunas lateral terbaik ditambah satu cabang utama. Dari ketiga cabang tersebut berdasarkan pengalaman lapangan, hanya dua buah yang dapat berkembang secara baik sedangkan untuk cabang yang tidak dibutuhkan dipangkas. Tanaman yang tumbuh terlalu subur, biasanya ranting cabang sekunder akan tumbuh memanjang dan ranting tersebut harus dipangkas terutama pada cabang primer yang terdapat buahnya (Cahyono, 1996).

1.3.5    Pemupukan

Menurut Sunarjono (1996) sewaktu persemaian pupuk yang digunakan hanya pupuk kandang yang telah matang, setelah bibit ditanam ke lahan baru dilakukan pemupukan NPK. Biasanya tanaman dipupuk 2 kali, yakni pada umur 1-2 minggu setelah tanam dan 3-4 minggu kemudian. Dosis pupuknya ialah 100-150 kg/ha Urea, 200 kg/ha TSP, dan 100 kg/ha KCl. Setelah tanaman berbentuk buah sebesar kelereng, umumnya tidak dipupuk lagi.

1.3.6    Pengendalian hama dan penyakit tanaman

Penyakit yang sering menyerang tanaman semangka antara lain:

1.        Penyakit tepung (powdery mildew), gejalanya tampak pada daun atau batang muda yang dilapisi semacam tepung berwarna putih yang disebabkan Erysiphe cichoracearum DC ex Merat. Penyakit ini dicegah atau diberantas dengan benlate (dosis 0,06%) dengan selang waktu penyemprotan 10 – 15 hari.

2.        Penyakit busuk daun (downy mildew), gejalanya tampak berbentuk bercak-bercak kuning pada daun yang kemudian berubah menjadi coklat kemerahan. Penyakit ini disebabkan Pseudoperonospora curbensis (Berck dan Curt). Untuk mencegah penyakit ini digunakan Dithane M-45 (dosis 0,18%), Lonacol (dosis 0,2 – 0,3%) dengan selang waktu 7 – 10 hari.

3.        Penyakit layu fusarium, gejalanya daun-daunnya layu mengkerut mulai dari ujung tanaman. Penyebabnya Fusarium oxysporum (EFS) F. niveum S&H. Penyakit ini bisa dikendalikan dengan menggunakan benih yang resisten.

4.        Penyakit busuk rhizopus. Infeksi kapang terjadi melalui luka. Sanitasi kebun harus dilakukan sebaik-baiknya. Buah-buah yang busuk segera dimusnahkan dengan cara dibakar agar tidak menjadi sumber inokulum (Kalie, 2006).

1.3.7    Panen

Panen dilakukan apabila buah semangka telah masak, tingkat kemasakan buah semangka dapat diketahui dengan cara memukul buah dengan jari atau tangan dan mendengar bunyinya. Apabila bunyinya terdengar berat, tandanya buah telah masak. Sebaliknya apabila bunyinya ringan menandakan buah masih muda. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan melihat tangkai buah yang telah berubah warna menjadi kecoklatan atau bagian kulit buah yang terletak di tanah telah berubah warna dari putih menjadi kekuningan (Kalie, 2006).

Perlakuan buah sebelum dipetik untuk tanaman semangka tidak diperlukan. Hal yang penting adalah pemberian pupuk NPK berimbang, tanaman sehat tidak terserang hama dan penyakit. Pemberian air dihentikan menjelang buah tua, yakni 2 minggu sebelum panen. Namun, perlakuan buah sesudah dipetik pada buah semangka sangat penting, terutama bila di lapangan mulai tampak ada gejala yang mencurigakan. Tempat penyimpanan yang baik mempunyai suhu 4 – 5°C dan kelembaban 80 - 85% (Sunarjo, 1996).

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1    Tempat dan Waktu

Kegiatan praktikum budidaya tanaman semangka dilakukan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo, yang dilakukan pada  tanggal 03 November 2015 hingga 06 Januari 2015.

3.2    Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum budidaya tanaman semangka yaitu cangkul, ember, pulpen dan penggaris.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu kertas, benih semangka, tanah sebagai media dan air.

3.3    Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan selama praktikum budidaya tanaman semangka yaitu:

1.        Membersihkan lahan dari gulma dengan menggunakan tangan dan juga cangkul.

2.        Pembuatan bedengan untuk menanam benih semangka.

3.        Bedengan yang sudah siap kemudian diberikan lubang untuk menanam benih semangka. Setiap lubang diberikan dua benih semangka untuk mengantisipasi terjadinya gagal perkecambahan pada salah satu benih.

4.        Pemeliharaan dengan menyiram tanaman dan membersihkan tanaman gulma yang mengganggu tanaman semangka.

5.        Mengamati dan mengambil data tanaman semangka sesuai dengan parameter yang diamati.

3.4    Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati dalam kegiatan praktik ini yaitu:

1.        Daya Tumbuh Benih (%)

Daya tumbuh beenih tanaman semangka dihitung pada saat tanaman semangka mulai berkecamabah. Daya kecambah benih dapat dihitung dengan menggunakan ruumus:

Daya kecambah = Jumlah tanaman yang tumbuh    x 100%

                              Jumlah tanaman keseluruhan

2.        Umur Berbunga (HST)

Umur berbunga tanaman diamati setelah setelah tanaman berkecamabah hingga munculnya bunga pertama.

3.        Jumlah Bunga Jantan dan Betina

Jumlah bunga jantan dan betina dapat dapat diperoleh dengan dihitung secara langsung pada tanaman.

4.        Umur Terbentuk Buah (HST)

Umur berbentuk buah dapat diamati mulai dari tanaman berkecambah hinga tanaman berbuah.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil

4.1.1    Daya Tumbuh Benih (%)

Hasil pengamatan daya tumbuh benih tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schard) disajikan pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Daya tumbuh benih tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schard).

Spesies Tanaman
Jumlah keseluruhan tanaman
Mortalitas(biji)
Natalitas (biji)
Persentase kecambah (%)
Semangka (Citrulus Vulgaris Schard)
24
10
14
58,33%

Sumber : Data primer,2016

4.1.2    Umur Berbunga (HST)

Hasil pengamatan umur berbunga tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schard) dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Umur berbunga tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schard).

Spesies Tanaman
Umur berbunga (HST)
Semangka (Citrulus Vulgaris Schard)
23 hari

Sumber : Data Primer,2016

4.1.3    Jumlah Bunga Jantan dan Betina

Hasil pengamatan jumlah bunga jantan dan betina tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schard) disajikan pada Tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Jumlah bunga jantan dan betina tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schard).

Spesies Tanaman
Jumlah bunga jantan
Jumlah bunga betina
Semangka (Citrulus Vulgaris Schard)
6
2

Sumber : Data Primer,2016

4.1.4    Umur Terbentuk Buah (HST)

Hasil pengamatan umur terbentuknya buah tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schard) disajikan ada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Umur terbentuknya buah tanaman semangka (Citrulus Vulgaris Schard)

Spesies Tanaman
Umur berbunga (HST)
Semangka (Citrulus Vulgaris Schard)
30

Sumbeer : Data Primer,2016

4.2    Pembahasan

Dari  Tabel 1 diatas menunjukan bahwa persemaian benih semangka sebanyak 24 biji. Daya tumbuh perkecabahan benih semangka yaitu 58,33% dengan benih yang tidak berkecambah sebanyak 10 biji dan 14 biji berkecambah dengan baik. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan dan faktor genetik.

Gagalnya perkecambahan biji semangka disebabkan akibat kurangnya pengawasan dan pengontrolan dengan melakukan penyiraman setiap hari untuk memenuhi kebutuhan air benih untuk berkecambah. Hal ini didukung dengan pernyataan Darjadi (1972) yang meyatakan bahwa perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen. Selain pengawasan yang kurang, medium tanah yang digunakan memiliki sifat fisik yang keras dan unsur hara sedikit sehingga perkecambahan terhambat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2002) yang menyatakan bahwa medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan.

Berdasarkan hasil pada Tabel 2 menunjukan bahwa tanaman semangka berbunga pada umur 23 hari setelah tanam.  Tumbuhnya bunga pada tanaman semangka ini cukup cepat, selain itu bunga pada tanaman semangka berwarna kuning hal ini diakibatkan dari genetik dan varietas semangka yang digunakan. Hal ini didukng oleh pernyataan Prajnanta (1999) yang menyatakan bahwa bunga tanaman semangka memiliki warna yang berbeda tergantung dari varietasnya, biasanya berwarna putih atau ungu kekuningan, yang memiliki empat mahkota dan lima benang sari dengan kepala sari lonjong. Salisbury (1995) yang menyatakan bahwa  sifat genetik berpengaruh sangat besar terhadap pembentukan bunga.

Berdasarkan Tabel 3 jumlah bunga jantan dan bunga betina memiliki perbandingan yang cukup jauh dengan 6 bunga jantan dan 2 bunga betina. Bunga jantan diciikan dengan bunga yang berbentuk seperti terompet dan bunga betina memiliki bakal buah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rukmana (1994) yang menyatakan bahwa bunga semangka merupakan bunga yang tidak sempurna yang keluar dari ketiak daun. Bunga jantan tidak memiliki bakal buah dengan bentuk terompet, sedangkan bunga betina mempunyai bakal buah yang berbentuk bulat.

Berdasarkan pengamatan selama praktikum yang ditunjukan pada Tabel 4 diatas umur terbentuknya buah pada tanaman semangka terjadi pada saat umur tanaman semangka mulai pembibitan hingga berbuah berkisar 30 hari. Buah semangka memiliki buah yang berbeda setiap varietasnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Rukmana (1994) dimana buah yang dihasilkan dari penyerbukan memiliki ciri, warna yang sesuai dengan varietasnya. Selain itu warna kulit buah dibedakan menjadi tiga macam warna, yaitu hijau muda, hijau tua dan kuning. Menurut Prajnanta (1999) kulit buah ada yang tebal dan tipis. Perbedaan warna buah tersebut, disebabkan zat warna yang terdapat dalam buah. Sedangkan bentuk buah semangka berbentuk lonjong, dan bulat sedikit oval. Selain pengaruh varietas genetik pada benih semangka juga mempengaruhi pembentukan buah. Gultom (1994) menyatakan bahwa di dalam proses pembungaan dan pembuahan banyak faktor yang turut mempengaruhi antara lain seperti faktor genetik, lingkungan, faktor pembungaan, inhibitor dan lain-lain yang saling berinteraksi.


BAB V

PENUTUP

5.1    Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disumpulkan bahwa persentase tumbuh benih tanaman semangka yaitu 53 % dari 24 benih tanaman. Umur berbunga tanaman semangka yang dihitung mulai benih berkecambah yaitu 23 hari setelah tanam. Dari 14 tanaman yang masih tumbuh baik terdapat 6 bunga jantan dan 2 bunga betina sebagai bakal buah. Buah semangka mulai muncuul setelah tanaman semangka berumur 30 HST (hari setelah tanam).

5.2    Saran

Sebaiknya pada budidaya tanaman semangka diberikan aplikasi pupuk kandang untuk memelihara kesburan tanah dan juga sebagai penggembur tanah sehingga sifat fisik tanah tidak keras. Selain itu pemeliharaan juga harus diperhatikan agar tanaman tidak tergangggu oleh tanaman lain (gulma).

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Cahyono, B. 1996. Budidaya Semangka Hibrida. CV. Aneka. Solo. 102 hlm.

Darjadi, L. dan Hardjono 1972. Sendi-sendi Silvikultur. Dirjen Kehutanan, Jakarta.

Duljapar, K. dan R. N. Setyowati. 2000. Petunjuk Bertanam Semangka Sistem Turus. Penebar Swadaya. Jakarta.79 hlm.

Gordon, A., 2007. How to Grow Watermelon. Dikutip dari: www.geocities.com/green-cacle/watermelon.html. Diakses tanggal 06 Juni 2008.

Gultom, R., 1994. Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat yang Diaplikasikan Dengan Paclobutrazol dan GA3. Tesis. Fakultas Pertanian,       Universitas Sumatera Utara, Medan, hlm 49-56.

Kalie, M.B., 2001. Bertanam Semangka. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kalie, M. B. 2006. Bertanam Semangka. Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hlm.

Nurhayati. 2008. Tanggap Tanaman Kedelai di  Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah. Tesis. Universitas Sumatera Utara Medan.

Prajnanta, F.,1999. Kiat Sukses Bertanam Semangka Berbiji. Penebar Swadaya, Jakarta.

Prajnanta, F. 2003. Agribisnis Semangka Non-Biji. Penebar Swadaya. Jakarta. 192 hlm.

Rukmana, R. 1994. Budidaya Semangka Hibrida. Kanisius. Yogyakarta. 71 hlm.

Rukmana, R., 2006. Budidaya Semangka Hibrida. Kanisius,Yogyakarta.

Salisbury, F. B dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Edisi Keempat. Penerjemah Lukman, D. R. dan Sumaryono. ITB, Bandung

Sharma, O. P., 1993. Plant Taxonomy. Tata Mc. Graw Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

Sunarjono, H., 1996. Aneka Permasalahan Semangka dan Melon Beserta Pemecahannya. Penebar Swadaya. Jakarta. 118 hlm.

Sunarjono, H., 2006. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprapto dan N. A. Jaya. 2000. Budidaya Semangka dengan Teknologi Embung. Laporan Akhir Penelitian SUT Diversivikasikan Lahan Marginal di Kecamatan Gerokgak. Buleleng. No. Agdex : 235/28 No. Seri: 12/Buah/2000/Oktober 2000.

Sutopo 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta, Sebelas Maret University Press.

No comments :

Post a Comment