LAPORAN PRAKTIKUM || KULTUR MERISTEM TANAMAN TEBU

BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tebu
(Saccharum officinarum) termasuk salah satu tumbuhan terpenting di dunia
karena dalam metabolismenya dapat mengakumulasi sukrosa dan selama
pertumbuhannya mampu diubah menjadi glukosa dan fruktosa. Tebu dimanfaatkan sebagai
bahan baku utama dalam industri gula
(P3GI, 2012).
Kebutuhan
pasokan gula di Indonesia akhir-akhir ini semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya kebutuhan pangan, maka perlu dilakukan upaya perbanyakan tanaman
dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat. Perbanyakan melalui stek
menghasilkan tanaman dengan jumlah terbatas, dan membutuhkan pohon induk yang
banyak (Sukmadajaja D, 2011).
Masalah
tersebut dapat diatasi antara lain dengan perbanyakan tebu melalui kultur
jaringan. Perbanyakan secara kultur jaringan akan menghasilkan jumlah bibit
yang banyak dalam waktu relatif singkat. Selain itu, kultur jaringan juga dapat
mempertahankan sifat induk yang unggul dan dapat menghasilkan bibit yang bebas
cendawan, bakteri, virus dan hama penyakit (R. Prihandana, dan R. Hendroko,
2006)
Salah
satu faktor keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro adalah
pemilihan bahan eksplan. Bahan eksplan yang masih muda adalah eksplan yang baik
untuk perbanyakan tanaman secara in vitro. Semakin tua organ tanaman eksplan,
maka proses pembelahan dan regenerasi sel cenderung menurun, oleh karena itu
jaringan yang masih muda lebih baik digunakan karena pada umumnya jaringan
tersebut masih berproliferasi daripada jaringan yang berkayu atau yang sudah
tua (M..Pierik, R.L.,1997).
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
deskripsi dari Tanaman Tebu?
2. Bagaimana
perbanyakan kultur jaringan Tanaman Tebu?
C.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetehui cara
pengkulturan tanaman tebu dengan menggunakan bagian daun muda yang masih menggulung.
Tujuan pengamatan yaitu untuk mengetahui
hasil dari
praktikum yang dilaksanakan di laboratorium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Deskripsi
Tanaman Tebu
Tanaman
tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu
rumput-rumputan. Saccharum officinarum merupakan spesies paling penting
dalam genus Saccharum sebab kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan
seratnya paling rendah (Wijayanti, 2008). Beberapa peneliti berkesimpulan bahwa
tanaman tebu berasal dari India, berdasarkan catatan-catatan kuno dari negeri
tersebut (Tjokroadikoesoemo dan Baktir, 2005).
Tanaman tebu mempunyai batang yang
tinggi, tidak bercabang dan tumbuh tegak. Tanaman yang tumbuh baik, tinggi
batangnya dapat mencapai 3-5 meter atau lebih. Pada batang terdapat lapisan
lilin yang berwarna putih dan keabu-abuan. Lapisan ini banyak terdapat sewaktu
batang masih muda. Ruas-ruas batang dibatasi oleh buku-buku yang merupakan
tempat duduk daun. Pada ketiak daun terdapat sebuah kuncup yang biasa disebut
“mata tunas”. Bentuk ruas batang dan warna batang tebu yang bervariasi
merupakan salah satu ciri dalam pengenalan varietas tebu (Wijayanti, 2008).
Tebu memilki daun tidak lengkap,
karena hanya terdiri dari helai daun dan pelepah daun saja. Daun berkedudukan
pada pangkal buku. Panjang helaian daun antara 1-2 meter, sedangakan lebar 4-7
cm, dan ujung daunnya meruncing (Supriyadi, 1992). Pelepah tumbuh memanjang
menutupi ruas. Pelepah juga melekat pada batang dengan posisi duduk berselang
seling pada buku dan melindungi mata tunas (Miller dan Gilbert, 2006).
Pada tanah yang cocok akar tebu dapat
tumbuh panjang mencapai 0,5-1,0 meter. Tanaman tebu berakar serabut maka hanya
pada ujung akar-akar muda terdapat akar rambut yang berperan mengabsorpsi
unsur-unsur hara (Wijayanti, 2008). Tanaman tebu memiliki akar setek yang
disebut juga akar bibit, tidak berumur panjang, dan hanya berfungsi pada saat
tanaman masih muda. Akar ini berasal dari cincin akar dari setek batang,
disebut akar primer (Miller dan Gilbert, 2006). Kemudian pada tanaman tebu muda
akan tumbuh akar tunas. Akar ini merupakan pengganti akar bibit, berasal dari
tunas, berumur panjang, dan tetap ada selama tanaman tebu tumbuh (James, 2004).
B.
Kultur
JaringanTebu
Kultur in vitro tebu pertama kali dilakukan tahun 1961
oleh Nickell (Liu, 1981). Teknik ini memiliki potensi besar dalam pengembangan
dan perbaikan genetik tanaman. Kultur jaringan dapat digunakan untuk
menghasilkan tanaman yang seragam dan secara genetik identik dengan tanaman
induk (George dan Sherrington, 1984). Penelitian kultur jaringan tebu bertujuan
antara lain untuk mengamati keragaman genetik kultur sel dan tanaman hasil
regenerasinya, menemukan tanaman yang tahan penyakit, memperoleh tanaman dengan
kandungan gula tinggi, mengamati organogenesis dan embryogenesis pada kultur
tebu (Heinz dkk., 1977).
Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan sangat
tergantung medium yang digunakan. Medium kultur umumnya tersusun atas beberapa
komponen, meliputi hara makro, mikro, vitamin, asam amino, gula, senyawa
kompleks dan zat pengatur tumbuh (Gunawan, 1988). Medium terbaik yang digunakan
untuk diferensiasi kalus tebu dan perkembangan anakan adalah medium
Murashige-Skoog (1962) atau modifikasi dengan penambahan senyawa kompleks
seperti air kelapa, ekstrak ragi, sari tomat dan ekstrak malt (Heinz dkk.,
1977).
Dalam medium yang diberi auksin, penambahan air kelapa
membuat pertumbuhan kalus lebih baik (Gunawan, 1988). Auksin berperan dalam
pemanjangan sel dan diferensiasi akar, sedangkan sitokinin berperan dalam
pembelahan sel dan diferensiasi tunas adventif (Krishnamoorthy, 1983).
Sitokinin yang biasa digunakan adalah kinetin (Bhojwani dan Razdan, 1983)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan
praktikum kultur kalus tanaman tebu (Saccharum officinarum L.)
dilaksanakan pada hari Sabtu 13 Juni 2015
pukul 10:00 WITA yang dilaksanakan
di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo.
B. Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengkulturan meristem tanaman
tebu:
1. Alat
yang digunakan yaitu:
a.
Pinset
b.
Cawan petri
c.
Scalpel
d.
Botol steril
e.
Bunsen
f.
Cutter
2.
Bahan yang digunakan antara lain:
a.
Potongan daun tebu yang masih muda
b.
Alkohol 96%
c.
Alkohol 70%
d.
Tisu
e.
Aluminium foil
f.
Klip warp
g.
Media MS+2ppm 2,4diclorophenoxyaceticacid
C. Prosedur Kerja
Praktikum pembuatan media kultur meristem tanaman tebu
diawali dengan penyiapan alat dan bahan terlebih dahulu, kemudian
langkah-langkah kerjanya yaitu sebagai berikut:
1. Setelah
alat dan bahan siap, potong eksplan tebu yang masih muda menggunakan cutter.
2. Potongan
eksplan kemudian disterilkan di dalam ruangan inkubasi dan penanaman. Proses
sterilisasi dilakukan di dalam LAFC, namun sterilkan tangan dengan menggunakan
alkohol 70%.
3. Cawan
petri dan scalpel disterilkan dengan menggunakan alkohol 96% kemudian disterilkan kembali di perapian
bunsen.
4. Eksplan
tebu yang telah didapat disterilkan dengan mencelupkan eksplan ke dalam alkohol
96% lalu disterilkan di perapian bunsen hingga diperoleh potongan daun muda
(masih menggulung) yang baik.
5. Potong
tipis-tipis eksplan tebu dengan menggunakan scalpel yang telah steril, kemudian
disimpan di dalam cawan petri dan siap digunakan dalam pengkulturan.
6. Ambil
media MS+2ppm 2,4diclorophenoxyaceticacid yang telah disiapkan, namun bagian
ujung botol media disterilkan terlebih dahulu di perapian bunsen.
7. Eksplan
tebu dalam cawan petri diambil dengan menggunakan pinset yang sebelumnya telah
disterilkan dan diletakkan di dalam media yang telah siap.
8. Selanjutnya
tutup kembali botol media dengan menggunakan aluminium foil yang diambil dengan
pinset yang telah steril, kemudian dilapisi dengan menggunakan klip warp.
9. Langkah
selanjutnya simpan hasil dari kultur tebu yang telah diberikan label di dalam
rak penyimpanan lalu diamati.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel
1. Hasil Pengamatan Kultur Meristem Tebu Kelompok XII
No.
|
Tanggal
Pengamatan
|
Perubahan
|
Jumlah
Botol
|
Jumlah
Botol Terkontaminasi
|
Persentase
Kontaminasi
|
1.
|
15
Juni 2015
|
Tidak
ada perubahan
|
3
|
Tidak
ada
|
0%
|
2.
|
19
Juni 2015
|
Tidak
ada perubahan
|
3
|
Tidak
ada
|
0%
|
3.
|
20
Juni 2015
|
Tidak
ada perubahan
|
3
|
Tidak
ada
|
0%
|
Grafik 1. Hasil
Pengamatan Kultur Meristem Tebu dari 12 Kelompok
B. Pembahasan
Pada Tabel
1. Hasil Pengamatan Kultur Meristem Tebu Kelompok XII selama 3 hari dengan
jumlah 3 botol yang dikulturkan tidak mengalami kontaminasi. Hal tersebut
disebabkan karena proses sterilisasi yang baik. Pada Grafik 1. menunjukan bahwa
dari keseluruhan kelompok terdapat 4 kelompok yang tidak mengalami kontaminasi,
1 kelompok yang mengalami 66,66% kontaminasi dan 5 kelompok yang mengalami
33,33% kontaminasi dari kultur meristem tanaman tebu.
Perbedaan persentase kontaminasi dikarenakan kurang
sterilnya cara kerja, alat, dan eksplan
serta dari medium yang digunakan saat proses kultur meristem tebu, sehingga
terjadi kontaminasi dari bakteri, cendawan maupun jamur pada eksplan. Hal ini
juga didukung oleh Gunawan, (1988) yang menyebutkan bahwa kontaminasi dapat berasal
dari medium, bahan tanaman, udara dan tubuh juga tubuh pekerja. Gunawan (1988)
juga menyatakan bahwa Kontaminasi dari medium dapat terjadi karena pencucian
botol kultur yang kurang bersih, sterilisasi botol kurang baik atau sterilisasi
medium tidak sempurna, sehingga masih ada spora cendawan atau bakteri yang
belum mati.
Sterilisasi eksplan yang kurang baik juga merupakan
salah satu faktor utama penyebab terjadinya kontaminasi, hal ini juga didukung
oleh Gunawan (1988) yang menjelaskan bahwa Kontaminasi dari jaringan tanaman,
umumnya disebabkan bakteri dan cendawan tumbuh di dalam eksplan, sehingga sangat
sulit diatasi. Kontaminan ini sering dicoba diatasi dengan antibiotik,
bakterisida atau fungisida sistemik.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tanaman tebu (Saccharum
officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu rumput-rumputan. Saccharum
officinarum merupakan spesies paling penting dalam genus Saccharum sebab
kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya paling rendah yang
berasal dari India. Kebutuhan gula yang
meningkatkan menyebabkan harus tersedianya tanaman tebu yang banyak sehingga
dilakukan perbanyakan tebu melalui kultur jaringan.
Kultur
in vitro tebu pertama kali dilakukan tahun 1961 oleh Nickell, untuk menghasilkan
tanaman yang seragam dan secara genetik identik dengan tanaman induk.
Salah satu faktor keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro adalah
sterilisasi dan pemilihan bahan eksplan. Bahan eksplan yang masih muda adalah
eksplan yang baik untuk perbanyakan tanaman secara in vitro sehingga dalam
praktikum kultur meristem ini menggunakan daun muda yang masih menggulung.
Berdasarkan data dari
praktikum dapat dijelaskan bahwa sebagian besar dari kultur tebu yang diamati
terkontaminasi oleh bakteri dan cendawan kerena kurang sterilnya cara kerja
serta eksplan dan mediumnya.
B.
Saran
Saran dari kami selaku mahasiswa yaitu sebaiknya proses sterilisasi eksplan
tanaman tebu juga menggunakan bakterisida dan fungisida sehingga mengurangi
resiko dari terkontaminasinya bahan eksplan.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunawan,L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan.
Laboratorium Kultur Jaringan PAU Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rasullah,Fintha F. Fatwa, Tutik Nurhidayati, dan
Nurmalasari. 2013. Respon Pertumbuhan
Tunas Kultur Meristem Apikal Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) Varietas NXI 1-3 secara in viro pada Media MS dengan
Penambahan Arginin dan Glutamin. Institut Teknologi Sepuluh Surabaya.
Indonesia.
Solichatun
.1999. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma
Terhadap Pertumbuhan Eksplan Tebu (Saccharum Officinarum L.) Varietas M
442-51 (BZ 148). UNS
Surakarta
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment