MAKALAH LENGKAP TENTANG TRANSPIRASI 2019
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di musim panas tahun 1980, John Hanks, seorang
ahli ilmu tanah dari Utah State University, membuat catatan yang teliti tentang
jumlah air yang dibutuhkan untuk menumbuhkan sebatang tanaman bit-gula di kebun
Greenville milik unversitas. Sampai tanaman tersebut dewasa, air setara 620 mm
hujan perlu ditambahkan ke kebun itu. Kira-kira seperempat bagiannya diuapkan
langsung dari tanah, tetapi 465 mm sisanya, sebagian besar lebih dahulu melewati
tanaman, baru kemudian ke atmosfer. Penguapan air dari tumbuhan disebut
transpirasi. Pada tumbuhan, peristiwa itu biasanya berhubungan dengan
kehilangan air-dalam melalui stomata, kutikula, atau lentisel. Kemudian,
perhitungan dilanjutkan; Hanks memperlihatkan bahwa 465 kg air ditranspirasikan
oleh tanaman bit-gula untuk setiap kg sukrosa yang dihasilkan; sedangkan untuk
menghasilkan 1 kg biomassa kering, termasuk daun, batang, dan akar, sebanyak
230 kg air ditranspirasikan.
Dalam penelitian tahun 1974, Hanks mendapati bahwa air sebanyak 600 kg
ditranspirasikan untuk menghasilkan 1 kg jagung kering, dan untuk 1 kg biomassa
kering ditranspirasikan 225 kg air. Jadi, dari air yang melewati tumbuhan dari
tanah menuju atmosfer, dalam contoh ini, hanya kira-kira 1% yang menjadi bagian
dari biomassa. Nilai ini khas, dan sangat berbeda-beda pada berbagai spesies
tumbuhan.
Mengapa harus begitu banyak air yang hilang melalui transpirasi
untuk membesarkan tanaman? Karena rangka molekul semua bahan organik pada
tumbuhan terdiri dari atom karbon yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon
masuk ke dalam tumbuhan sebagai karbondioksida (CO2) melalui pori
stomata yang paling banyak terdapat di permukaan daun, dan air keluar secara
difusi melalui pori yang sama ini saat stomata terbuka. Dilema yang dihadapi
tumbuhan adalah bagaimana memperoleh CO2 sebanyak mungkin dari
atmosfer yang sebenarnya sangat sedikit mengandung gas tersebut (kira-kira
0,035% dari volume), dan pada sama mempertahankan air sebanyak mungkin pula.
Para petani menghadapi tantangan yang serupa juga, yaitu bagaimana mencapai
hasil maksimum tanaman dengan menggunakan sedikit mungkin air irigasi atau
curah hujan yang merupakan sumber daya alam yamg terbatas.
Memahami berbagai faktor lingkungan dan cara faktor tersebut mempengaruhi
transpirasi melalui daun serta penyerapan CO2 ke dalam daun pada
saat-saat yang berlainan sangatlah sulit, karena berbagai faktor tersebut
berinteraksi dengan begitu banyak cara. Factor lingkungan mempengaruhi tidak
hanya proses fisika penguapan dan difusi, tetapi juga mempengaruhi
membuka-tutupnya stomata pada permukaan daun yang dilalui lebih dari 90% air
yang ditranspirasikan dan CO2. Naiknya suhu daun misalnya, sangat
banyak menaikkan penguapan dan sedikit difusi, namun mungkin menyebabkan
stomata menutup atau membuka lebih lebar, bergantung pada spesies dan faktor
lain. Waktu matahari terbit, stomata membuka karena meningkatnya pencahayaan,
dan cahaya menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih cepat. Naiknya suhu
membuat udara mampu membawa lebih banyak kelembapan, maka transpirasi meningkat
dan barangkali bukaan stomata pun terpengaruh. Angin membawa lebih bayak CO2
dan mengusir uap air. Hal ini menyebabkan penguapan dan penyerapan CO2
meningkat, tapi agak kurang dari yang diduga, karena meningkatnya CO2
menyebabkan stomata menutup sebagian. Bila daun dipanaskan oleh sinar
matahari dengan panas yang melebihi suhu udar, angin akan menurunkan suhunya.
Akibatnya transpirasi menurun. Bila kandungan air tanah terbatas, transpirasi
dan penyerapan CO2 terhambat karena stomata tertutup.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud transpirasi?
2.
Bagaimana
mekanisme transpirasi?
3.
Bagaimana
cara pengukuran transpirasi?
4.
Apa
saja keuntungan dan kerugian transpirasi?
C. TUJUAN
1.
Agar
mahasiswa mengetahui pengertian transpirasi.
2.
Agar
mahasiswa mengetahui mekanisme transpirasi.
3.
Agar
mahasiswa mengetahui cara pengukuran transpirasi.
4.
Agar
mahasiswa mengetahui keuntungan dan kerugian transpirasi.
D. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang
proses transpirasi yang berlangsung dalam tumbuhan selain dari itu dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar mata kuliah Fisiologi tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Transpirasi
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan
tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi
kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata.
Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan
tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata. Transpirasi
merupakan bagian dari siklus air, dan itu adalah hilangnya uap air dari bagian
tanaman (mirip dengan berkeringat), terutama pada daun tetapi juga di batang,
bunga dan akar. Permukaan daun yang dihiasi dengan bukaan yang secara kolektif
disebut stomata, dan dalam kebanyakan tanaman mereka lebih banyak pada sisi
bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat mendinginkan tanaman dan memungkinkan
aliran massa nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran massa air dari
akar ke daun disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di bagian atas
dari tumbuhan karena difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar
dengan osmosis, dan semua nutrisi mineral dilarutkan perjalanan dengan melalui
xilem.
Tingkat transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel penguapan air dari permukaan tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomates, pada daun. Stomata untuk sebagian besar kehilangan air oleh tanaman, tetapi beberapa penguapan langsung juga terjadi melalui permukaan sel-sel epidermis daun. Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata dapat melalui kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi.
Tingkat transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel penguapan air dari permukaan tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomates, pada daun. Stomata untuk sebagian besar kehilangan air oleh tanaman, tetapi beberapa penguapan langsung juga terjadi melalui permukaan sel-sel epidermis daun. Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui stomata dapat melalui kutikula walaupun hanya 5-10% dari jumlah air yang ditranspirasikan di daerah beriklim sedang. Air sebagian besar menguap melalui stomata,sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi.
Hanya 1-2% dari seluruh air yang ada dalam tubuh tumbuhan
digunakan dalam fotosintesis atau dalam kegiatan metabolic sel-sel
daunnya. Sisanya menguap dari daun dalam proses transpirasi. Bila stomata
terbuka, uap air ke luar dari daun. Jika daun itu harus terus berfungsi dengan
baik maka air segar harus disediakan kepada daun untuk menggantikan yang hilang
pada waktu transpirasi.
Proses transpirasi akan menyebabkan potensial air lebih rendah dibandingkan
batang ataupun akar. Akibatnya, daun seolah-olah menghisap air dari akar.
Untuk menguapkan air, tumbuhan butuh energy baru atau berubah
energy menjadi panas. Dengan demikian, transpirasi menimbulkan pengaruh
pendinginan pada daun. Kebutuhan panas untuk menguapkan air berasal dari sinar
matahari yang disalurkan melalui cahaya langsung, radiasi dan konveksi. Air
merupakan bagian terbesar dari jaringan tumbuhan, semua proses tumbuh dan
berkembang terjadi karena adanya air.
Ada tiga jenis transpirasi, yaitu :
1)
Transpirasi
Kutikula.
Adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui kutikula
epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian
besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10%. Oleh karena itu,
sebagian besar air yang hilang terjadi melaui stomata.
2)
Transpirasi
Stomata
Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel
tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel
mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke
ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari
ruang-ruang antar sel ke athmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal
evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh uap air. Asalkan stomata
terbuka, difusi uap air ke athmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu
sendiri sama-sama lembap.
3)
Transpirasi
Lentisel
Yaitu pada daerah kulit kayu yang berisi sel-sel. Uap air yang
hilang melalui jaringan ini adalah 0,1%
B. Pengukuran
Transpirasi
Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah
dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena semua cara pengukuran traspirasi
mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi
laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :
1.
Kertas korbal klorida
Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran
uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran uap airyang hilang
ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah dan tetapi
menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air.
Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup
dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan
untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju
kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.
2.
Potometer
Alat ini mengukur pengambilan air oleh
sebuah potongan pucuk, denga asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk
tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh
transpirasi.
3.
Pengumpulan uap air yang ditranspirasi
Cara ini mengharuskan tumbuahn atau bagian
tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air yang
ditranspirasikan dapat dipisahkan.
4.
Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi yang paling
memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur
sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah.
Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untukjangka waktu tertentu
dengan penimbangan langsung.
C.
Faktor
yang mempengaruhi transpirasi
Faktor dalam adalah:
1.
Penutupan
stomata : Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula
secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi
apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula
kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk
mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi
pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan
kelembapan.
2.
Jumlah
dan ukuran stomata : Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan
lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total
daripada pembukaan dan penutupan stomata.
3.
Jumlah
daun : Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.
4.
Penggulungan
atau pelipatan daun : Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang
menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.
5.
Kedalaman
dan proliferasi akar : Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh
tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar.
Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar
(akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan
volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen.
Faktor luar adalah :
1.
Sinar
matahari
Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan
membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar
berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas
(terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas,
dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas
yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar
transpirasi .
2.
Temperatur
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi
transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan
kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar matahari
mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh tempratur
terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu didalam
hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar
daun. Kenaikan tempratur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur
itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi
berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka
tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat
dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam
daun ke udara bebas
3.
Kebasahan
udara (Kelembaban udara)
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam
keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi
dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun
itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi
molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi
yang rendah (di luar daun. Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat
transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi. Pada kondisi alamiah,
udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3
persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui
stomata dengan proses kebalika transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air
tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan
uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang
hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan
menurun dengan meningkatnya kelembaban udara
4.
Angin
Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi.
Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan
demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan
untuk difusi ke luar . Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung
saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan
bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam
naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar
matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap
penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya
terhadap penyingkiran uap air.
Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh
terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara
secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air
dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh semakin tidak
jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara
jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan
daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus
ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar.
Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan
yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan
dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya
lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam
udara tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks daripada uraian
tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju transpirasi sampai tahap
tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga
mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu
meningkatkan transpirasi
5.
Keadaan
air dalam tanah
Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana
akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian
lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi
pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan
penyerapan air melalui akar.
Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi
laju transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke
sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan
laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan
dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut
menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang
sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air
tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah
ke dalam akar menjadi lebih lambat.
D. Mekanisme transpirasi
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar
sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang
merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah
banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga
antar sel belum jenuh dengan uap air.
Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata.
Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata.
E. Kegunaan dan kerugian transpirasi
1.
Kegunaan
transpirasi
Pada tanaman, transpirasi itu pada
hakekatnya suatu penguapan air yang baru yang membawa garam-garam mineral dari
dalam tanah. Transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar
(panas) matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena
sebagia dari sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan air. Mempercepat laju
pengangkutan unsur hara melalui pembulih xilem, membuang kelebihan air,
menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, mengatur
bukaan stomata, dan sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu
daun. pengangkutan unsur hara tetap dapat berlangsung jika transpirasi
tidak terjadi. Akan tetapi, laju pengangkutan terbukti akan berlangsung lebih
cepat jika transpirasi berlangsung secara optimum. Transpirasi jelas merupakan
suatu proses pendinginan, pada siang hari radiasi matahari yang diserap daun
akan meningkatkan suhu daun. Jika transpirasi berlangsung maka peningkatan suhu
daun ini dapat dihindari.
2.
Kerugian
transpirasi
Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika
lengas tanah terbatas, penyerapanair tidak mampu
mengimbangi laju transpirasi, tanaman layu, layu permanent,
mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering,
perlu irigasi.
F. Evaporasi
Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, hal ini terjadi
apabila air cair berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara
internal pada daun (transpirasi) maupun secara eksternal pada
permukaan-permukaan yang basah. Suatu tajuk hutan yang lebat menaungi permukaan
di bawahnya dari pengaruh radiasi matahari dan angin yang secara drastis akan
mengurangi evaporasi pada tingkat yang lebih rendah. Transpirasi pada dasarnya
merupakan salah satu proses evaporasi yang dikendalikan oleh proses
fotosintesis pada permukaan daun.
Perbedaan transpirasi dan evaporasi yaitu :
Transpirasi
|
Evaporasi
|
1.
Proses
fisiologis yang termodifikasi
2.
Diatur
bukaan stomata
3.
Diatur
beberapa macam tekanan
4.
Terjadi
di jaringan hidup
5.
Permukaan
sel basah
|
1.
Proses
fisiologis murni
2.
Tidak
diatur bukaan stomata
3.
Tidak
diatur oleh tekanan
4.
Tidak
terbatas pada jaringan hidup
5.
Permukaan
yang menjalankannya menjadi kering.
|
G. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan
bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana
air diubah menjadi uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air
tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor
removal). Evaporasi terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai
lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah
vaporisasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut
dipindahkan dari permukaan tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi,
vaporisasi terjadi terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui
stomata uap air akan lepas ke atmosfer. Hampir semua air yang diambil tanaman
dari media tanam (tanah) akan ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang
dimanfaatkan tanaman.
H. Gutasi
Gutasi adalah proses pelepasan air dalam bentuk cair dari jaringan daun . Istilah gutasi
pertama kali dipakai oleh Burgerstein. Gutasi terjadi saat
kondisi tanah sesuai sehingga penyerapan air tinggi namun laju penguapan/ transpirasi rendah maupun ketika
penguapan air sulit terjadi karena tingginya kelembaban udara. Proses gutasi terjadi
pada struktur daun mirip stomata yang bernama hidatoda. Gutasi dapat diamati
dengan munculnya tetes-tetes air di tepi daun yang tersusun teratur. Tingkat
terjadinya gutasi sangat rendah dibandingkan dengan transpirasi. Gutasi juga
lebih jarang diobservasi daripada transpirasi. Titik-titik air di tepi daun
yang terjadi akibat gutasi di pagi hari sering disalahartikan sebagai embun.
Beberapa perbedaan utama gutasi dan transpirasi adalah:
Faktor Pembeda
|
Gutasi
|
Transpirasi
|
Bentuk air yang dilepaskan
|
Pelepasan air dari jaringan tumbuhan dalam
bentuk titik-titik air (cair)
|
Pelepasan air dari jaringan tumbuhan dalam
bentuk uap air
|
Kualitas air yang dilepaskan
|
Air mengandung senyawa-senyawa terlarut dan
garam mineral
|
Air murni
|
Mekanisme
|
Air dilepaskan melalui struktur hidatoda
menuju ujung pembuluh daun
|
Air dilepaskan melalui stomata, kutikula,
dan/atau lentisel
|
Regulasi aktivitas
|
Pembukaan hidatoda tidak dapat diregulasi
|
Transpirasi melalui stomata diatur oleh sel penjaga
|
Waktu terjadi
|
Pada malam atau pagi hari
|
Pada saat ada sinar matahari (melalui stomata) dan sepanjang
hari (melalui kutikula atau lentisel)
|
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Transpirasi
dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata.
2.
Transpirasi
dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel yang ada
dalam daun.
3.
Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju
transpirasi :
a)
Kertas korbal klorida
b)
Potometer
c)
Pengumpulan uap air yang ditranspirasi
d)
Penimbangan langsung
4.
Keuntungan
dan kerugian transpirasi tumbuhan:
a.
Keuntungan
1.
Pengangkutan
air ke daun dan difusi air antar sel.
2.
Penyerapan
dan pengangkutan air, hara .
3.
Menjaga
turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal.
4.
Pengaturan
bukaan stomata.
5.
Mempertahankan
suhu daun.
b.
Kerugian
1.
Transpirasi
dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak
mampu mengimbangi laju transpirasi, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil
tanaman menurun.
2.
Sering
terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah.
B. SARAN
Diharapkan bagi para pembaca agar mencari referensi lain untuk melengkapi isi
makalah ini.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment