MAKALAH PASCA PANEN HORTIKULTURA LENGKAP

BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Buah dan sayuran
pascapanen merupakan produk hidup yang masih aktif melakukan aktifitas
metabolismenya. Hal ini dicirikan dengan adanya proses respirasi yang masih
berjalan seperti halnya sebelum produk tersebut dipanen. Keragaman akan laju
respirasi pascapanennya sering dijadikan sebagai indikator tingkat laju
kemunduran dari produk tersebut. Semakin tinggi tingkat laju respirasinya maka
semakin cepat laju kemunduran dan semakin cepat kematian yang terjadi.
Disamping itu,
keragaman akan kondisi fisik-morfologis buah dan sayuran mencirikan pula akan
kepekaannya terhadap kerusakan mekanis dan patologis. Kerusakan mekanis
meliputi benturan (impact), tekanan (compression) dan getaran (vibration).
Kerusakan patolgis adalah diakibatkan oleh serangan mikroorganisme patogenik
terutama oleh cendawan dan bakteri. Kondisi fisik-morfologis produk juga
berpengaruh terhadap traspirasi atau penguapan air dari produk itu sendiri.
Karakteristik
warna, tekstur dan aroma serta pemajangan yang menarik memberikan kesan produk
tersebut segar dan sering dijadikan indicator kelayakan produk tersebut untuk
dibeli oleh konsumen. Jenis yang beragam produk hortikultura segar mulai dari
sayuran daun, buah, umbi-umbian serta bunga potong memberikan ruang display
kesan tersendiri bagi pembeli bila diatur dengan baik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana proses fisiologi yang terjadi pada pasca panen
tanaman hortikultura?
2.
Apa yang dimaksud dengan respirasi?
3.
Faktor apa saja yang mempengaruhi laju respirasi?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui proses fisiologi pada tanaman hortikultura.
2.
Untuk mengetahui pengertian dan pengaruh respirasi saat pasca
panen hortikultura.
3.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Proses Fisiologi
Pasca Panen Hortikultura
Semua produk
pascapanen hortikultura adalah berupa bagian tanaman hidup. Pengertian ”hidup”
mencerminkan bahwa produk tersebut masih melakukan proses fisiologi normalnya.
Proses fisiologi yang terjadi meliputi:
1.
Fotosintesis
Fotosintesis
adalah suatu proses pada tanaman hijau untuk merubah energi matahari, dengan
ketersediaan CO2 dan H2O menjadi karbohidrat dan O2. Proses ini hanya bisa
terjadi bila ada sinar. Sinar tersebut harus dengan intensitas tinggi untuk
bisa terjadinya fotosintesis yang aktif.
Pada
fase pascapanen, sinar sering ditiadakan atau ada sinar tetapi jauh di bawah
intensitas yang dapat digunakan untuk fotosintesis. Sehingga dari pandangan
pascapanen, fotosintesis atau produksi karbohidrat berhenti pada saat
pemanenan. Ini berarti bahwa proses hidup yang terjadi setelah panen harus
menggunakan karbohidrat cadangan yang terbatas jumlahnya dan terus menurun
jumlahnya selama periode pascapanen. Karena produk segar yang dimakan adalah
memanfaatkan karbohidratnya, sehingga berkurangnya karbohidrat tersebut harus
diminimalkan.
2.
Transpirasi
Transpirasi
adalah proses fisik dimana uap air lepas dari jaringan tanaman berevaporasi ke
lingkungan sekitar. Peranan dari transpirasi adalah melepaskan air keluar
struktur tanaman untuk mengatur suhu bahan tetap normal melalui proses
pendinginan eveporatif. Proses fisiologis ini menggunakan energi dari respirasi
untuk merubah air menjadi uap air. Ingat perubahan stadia dari cair menjadi gas
adalah membutuhkan energi. Transpirasi, secara prinsip terjadi pada daun
melalui struktur yang dinamakan stomata. Sebagai proses yang tipikal yang
terjadi pada jaringan hidup, transpirasi dipengaruhi oleh aktivitas fisiologis
produk.
3. Gas
Etilen
Etilen
adalah hormon tanaman alami yang penting pengaruhnya terhadap pelayuan dan
pemasakan dari buah klimakterik. Ada beberapa karakteristik dari etilen yang
perlu dipertimbangkan bila menguji pengaruhnya terhadap penampilan produk
pascapanen hortikultura segar. Etilen adalah;
a. gas
volatil; secara fisiologis adalah aktif dalam konsentrasi sangat kecil (0.01
ppm), memacu respon dari kebanyakan jaringan.
b. autokatalitik, artinya saat produksinya mulai
dirangsang maka laju produksinya akan terus meningkat dengan laju peningkatan
tertentu (seperti bola salju menggelinding dari bukit);
c. diproduksi
di dalam tanaman (etilen endogenous). Faktor yang mempengaruhi laju produksinya
meliputi varietas, stadia kematangan, suhu, level oksigen dan karbondioksida
dan dapat disebabkan pula oleh berbagai bentuk pelukaan;
d. terdapat
pula dilingkungan (etilen exogenous) dan akan memacu produk untuk menghasilkan
etilen endogenous.
Buah
klimakterik dapat dipacu kemasakannya dengan mengekpos produk pada sumber
etilen exogenous. Proses ini dinamakan “Pengendalian Kemasakan”. jika buah
klimakterik telah mulai masak, buah tersebut menghasilkan sejumlah etilen yang
signifikan. Etilen yang dihasilkan tersebut, dapat memulainya proses pemasakan
produk buah klimakterik yang matang atau belum masak atau meningkatkan
kemunduran dari produk sensitif-etilen. Karenanya, di dalam transportasi atau
penyimpanan, buah klimakterik yang mengalami pemasakan dapat tidak cocok.
4.
Respirasi
Respirasi
dijadikan sebagai indikator dari aktivitas metabolisme dalam jaringan.
Aktivitas ini memecah karbohidrat yang diproduksi selama proses fotosintesis
dengan ketersediaan O2 yang menghasilkan CO2, H2O dan energi. Respirasi adalah
sangat tergantung pada suhu. Awal peningkatan respirasi sejalan dengan
peningkatan suhu adalah hampir linier dari 0oC. Ini menunjukkan peningkatan
laju respirasi yang signifikan sejalan dengan mening-katnya suhu. Hardenburg et
al. (1986) mengatakan bahwa setiap peningkatan suhu 10oC, laju respirasi secara
kasar meningkat 2 – 3 kali. Jika suhu meningkat di atas 30oC, grafik menjadi
mendatar, memperlihatkan peningkatan laju respirasi yang kecil.
B.
Respirasi
Pada
umumnya semua produk hortikultura (buah dan sayuran) setelah dipanen masih
melakukan proses respirasi. Adanya respirasi menyebabkan produk tersebut
mengalami perubahan seperti pelayuan dan pembusukan. Respirasi sendiri
merupakan perombakan bahan organik yang lebih kompleks (pati, asam organik dan
lemak) menjadi produk yang lebih sederhana ( karbondioksida dan air) dan energi
dengan bantuan oksigen. Aktivitas respirasi penting untuk mempertahankan sel
hidup pada produk. Sedangkan produk dengan laju respirasi tinggi cenderung
cepat mengalami kerusakan.
Pada
proses respirasi terjadi proses katabolisme yaitu perombakan senyawa-senyawa
kompleks yang diuraikan dengan bantuan oksigen (C6H12O6 + 6O2 -> 6CO2 +
6H2O). Proses respirasi berbeda-beda, semakin banyak oksigen yang digunakan
maka proses respirasi semakin meningkat. Adanya respirasi menyebabkan komoditas
tersebut mengalami perubahan seperti penuaan dan pembusukan. Proses cepat
lambatnya resipasi juga dipengaruhi oleh etilen. Etilen adalah senyawa organik
hidrokarbon paling sederhana yang (C2H4) berupa gas yang berpengaruh terhadap
proses fisiologi tanaman, seperti pertumbuhan, pemasakan, penuaan, dan
pembusukan.
Tujuan dari teknik
pascapanen adalah menurunkan laju respirasi yang berarti pula menurunkan
perombakan karbohidrat, Respirasi setelah panen haruslah dipandang sebagai
berikut:
1. Karbohidrat
tersimpan yang dihasilkan oleh proses fotosintesis tidak lagi dihasilkan (pada
kebanyakan produk) setelah panen. Maka penggunaan karbohidrat ini setelah panen
akan menurunkan nilai produk sebagai sumber karbohidrat dan beberapa perubahan
mutu akan terjadi.
2. Oksigen
(O2) dibutuhkan untuk proses respirasi. Suplai O2 harus dijaga untuk tetap
terjadi ke dalam sel produk jika diinginkan produk tersebut masih tetap hidup.
3. Karbondioksida
(CO2) dihasilkan. Gas ini harus dilepaskan, biasanya dengan pengaturan
ventilasi yang baik.
4. Air
(H2O) dihasilkan. Air ini berpengaruh terhadap komposisi dan tekstur dari
produk.
Respirasi
memproduksi panas. Setiap gram berat molekul glukosa yang direspirasikan
menghasilkan 673 joules energi panas. Panas yang dihasilkan ini menyebabkan
masalah selama pendistribusian produk hortikultura tersebut. Jaringan tanaman
muda mempunyai laju respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang telah
dewasa. Produk seperti brokoli, jagung manis, asparagus, buncis polong hijau
dan bunga potong mempunyai laju respirasi yang tinggi. Laju respirasi untuk
setiap produk tersebut ditentukan oleh suhu dari produk tersebut.
Ada dua pola umum
respirasi dijumpai pada buah selama fase pemasakannya. Yang pertama adalah pola
klimakterik dan yang kedua adalah non-klimakterik. Karakteristik pola respirasi
klimakterik dicirikan oleh adanya peningkatan signifikan laju respirasi saat
mulainya proses pemasakan (ripening). Peningkatan berlanjut sampai tercapainya
puncak klimakterik.
Sayuran sering
dipanen dari tanaman induknya sebelum siklus perkembangan hidupnya penuh
(seperti selada, mentimun, asparagus, wortel). Kebanyakan kelompok sayuran
tidak mempunyai periode pemasakan dan tidak menunjukkan peningkatan respirasi
tiba-tiba seperti halnya pola klimakterik. Tomat, capsicum dan melon walau
diklasifikasikan sebagai sayuran, namun melakukan proses pemasakan.
C.
Faktor yang
Mempengaruhi Laju Respirasi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju respirasi terbagi dua, yaitu ;
1.
Faktor internal
Semakin
tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO2 yang dihasilkan.
Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju respirasi, pada buah-buahan yang
banyak mengandung karbohidrat, maka laju respirasi aka semakin cepat. Produk
yang lebih kecil ukurannya mengalami laju respirasi lebih cepat daripada buah
yang besar, karena mempunyai permukaan yang lebih luas yang bersentuhan dengan
udara sehingga lebih banyak O2 berdifusi ke dalam jaringan. Pada produk-produk
yang memiliki lapisan kulit yang tebal, laju respirasinya rendah, dan pada
jaringan muda proses metabolisme akan lebih aktif dari pada jaringan lebih tua
(Pantastico, 1993).
2.
Faktor eksternal
Umumnya
laju respirasi meningkat 2-2,5 kali tiap kenaikan 10°C. Pemberian etilen pada
tingkat pra-klimaterik, akan meningkatkan respirasi buah klimaterik Kandungan
oksigen pada ruang penyimpanan perlu diperhatikan karena semakin tinggi kadar
oksigen, maka laju respirasi semakin cepat. Konsentrasi CO2 yang sesuai dapat
memperpanjang umur simpan buah-buahan dan sayuran karena terjadi gangguan pada
respirasinya. Kerusakan atau luka pada produk sebaiknya dihindari, karena dapat
memacu terjadinya respirasi, sehingga umur simpan produk semakin pendek
(Pantastico, 1993)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Buah dan sayuran pascapanen
merupakan produk hidup yang masih aktif melakukan aktifitas metabolismenya. Hal
ini dicirikan dengan adanya proses respirasi yang masih berjalan seperti halnya
sebelum produk tersebut dipanen.
Selain dari
respirasi ada proses fisiologi yang mempengaruhi hasil dari produk hortikultura
selama pasca panen yang meliputi:
1.
Fotosintesis
2.
Transpiirasi
3.
Kelayuan
Adanya
respirasi menyebabkan produk tersebut mengalami perubahan seperti pelayuan dan
pembusukan. Respirasi sendiri merupakan perombakan bahan organik yang lebih
kompleks (pati, asam organik dan lemak) menjadi produk yang lebih sederhana (
karbondioksida dan air) dan energi dengan bantuan oksigen. Aktivitas respirasi
penting untuk mempertahankan sel hidup pada produk. Sedangkan produk dengan
laju respirasi tinggi cenderung cepat mengalami kerusakan
Faktor
yang mempengaruhi respirasi yaitu adanya beberapa faktor yaitu:
1.
Faktor internal(dalam)
2.
Faktor eksternal(luar)
B.
Saran
Adanya
kerusakan yang disebakan karena proses fisiologi tanaman seperti adanya proses
respirasi dan transpirasi serta kelayuan yang diakibatkan oleh gas etilen. Maka
dari itu saran dari penulis yaitu dikembangkan teknologi pasca panen untuk
mengurangi kerusakan hasil panen hortikultura.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2010. Pengaruh Respirasi pada Buah
dan Sayuran. http://agroinworld.blogspot.com. Diakses pada hari Selasa tanggal
19 Maret 2013 pukul 18.43. Anonim, 2011. Buah
Klimaaterik dan non-Klimaterik. http://rinoyuhendra.blogspot.com. Diakses pada
hari Senin tanggal 02 Otober 2015 pukul 15.05.
I Made Supartha
Utama. 2006. Peranan Teknologi Pascapanen Untuk Fresh Produce Retailing.
Universitas Udayana: Denpasar
Lakitan, B. 1995. Dasar-dasar
Fisiologi Tumbuhan. PT. Rajawali Press : Jakarta
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment