MAKALAH PASCA PANEN NILAM LENGKAP

No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Nilam (Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa negara dan sumber pendapatan petani. Dalam pengelolaannya melibatkan banyak pengerajin serta menyerap ribuan tenaga kerja.
Teknologi pengolahan minyak nilam ditingkat petani umumnya masih tradisional, hal ini disebabkan oleh faktor sosial ekonomi dan faktor terbatasnya teknologi yang diakses sehingga minyak yang dihasilkan mutunya masih rendah. Pengeringan bahan baku nilam lebih baik tidak lang-sung pada sinar matahari dan penyimpanan bahan tidak lebih dari 1 minggu karena akan menurunkan produksi minyak nilam.
Kegiatan pemanenan dan penanganan pascapanen belum dilakukan secara baik dan benar seperti cara pemanenan, waktu pemanenan, penanganan bahan yang dipanen sebelum disuling. Penanganan dari bahan tanaman yang dipanen yang akan diambil minyaknya berkaitan erat dengan mutu dan rendemen minyak nilam yang dihasilkan. Sistem penanganan pascapanen yang diterapkan sangat sederhana baik cara maupun alat penyulingan yang berdampak pada mutu yang dihasilkan rendah tidak memenuhi standar yang dinginkan konsumen.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka pelu adanya wawasan dan pengetahuan dalam keberhasilan penanganan pascapanen yang sangat tergantung dari mutu bahan baku dari kegiatan budidaya. Oleh karena itu penanganan proses produksi di kebun juga harus memperhatikan dan menerapkan cara budidaya yang baik dan benar. Untuk itu dalam tulisan ini, penulis membahas mengenani penanganan panen dan pasca panen komoditi nilam tersebut.
B.       Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini masalah yang diangkat yaitu bagaimana teknik yang baik dalam menghasilkan minyak nilam dengan kualitas terbaik dan bagaimana proses pasca panen dalam pengololahan minyak nilam.
C.      Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah Pasca Panen Tanaman Nilam ini yaitu untuk mengetahui proses penanganan yang baik dalam panen dan pasca panen tanaman nilam sehingga menghasilkan minyak nilam yang bermutu tinggi.


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Tanaman Nilam (Pogestemon cablin Benth)
Nilam merupakan jenis tanaman perdu yang rendah bercabang-cabang dekat dengan permukaan tanah, tidak mempunyai batang yang tegak, dan termasuk jenis rerumputan. Daunnya berbau harum. Tanaman berasal dari India dan Cina ini tumbuh sebagai bagian dari semak-semak di pinggir kebun atau hutan di Indonesia. Nilam diambil minyaknya, daun beserta ikutannya berupa ranting-ranting kecil direbus lalu uap/asapnya disuling menjadi minyak nilam, sejenis minyak atsiri.
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari 50% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Hampir seluruh pertanaman nilam di Indonesia merupakan pertanaman rakyat yang melibatkan 36.461 kepala keluarga petani (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004).
Menurut Trease dan Evan (Hamid dan Syarif, 1992), tanaman nilam meliputi tiga spesies yaitu P. cablin Benth, P. hortensis, dan P. heyneanus.
1.      Pogostemon cablin Benth
Pogostemon cablin sering juga disebut nilam Aceh. Jenis nilam ini termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma yang mirip satu sama lain. Di antara jenis nilam, yang diusahakan secara komersil adalah varietas Pogostemon cablin Benth. Jenis ini sebenarnya dari Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia, dan Indonesia. (Sudaryani, 2004)
2.      Pogostemon heyneanus
Sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam hutan. Jemis ini berasal dari India, banyak tumbuh liar di hutan pulau Jawa. Jenis ini berbunga, karena itu kandungan minyaknya rendah yaitu 0,50-1,5%. Di samping itu minyak nilam dari tanaman ini komposisi minyaknya kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan. (Sudaryani, 2004).
3.      Pogostemon hortensis
Disebut juga nilam sabun karena bisa digunakan untuk mencuci pakaian. Jenis nilam ini hanya terdapat di daerah Banten. Bentuk Pogostemon hortensis ini mirip dengan nilam Jawa, tetapi tidak berbunga. Kandungan minyaknya 0,5-1,5%. Komposisi minyak yang dihasilkan jelek sehingga untuk jenis nilam ini juga kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan. (Sudaryani, 2004).
B.       Proses dan Teknik Pemanenan Nilam
Minyak nilam diperoleh dari penyulingan daun dan tangkai nilam. Panen nilam dapat dilakukan pada umur 6-8 bulan setelah tanam. Sebaiknya cabang-cabang tingkat pertama tidak dipanen terutama bila panen dilakukan pada musim kemarau. Minimal satu cabang ditinggalkan untuk menstimulir pertumbuhan cabang-cabang baru dan mencegah kematian tanaman terlalu cepat. Panen biasanya dilakukan dengan pemangkasan rumpun diatas cabang kedua atau sekitar 15-20 cm dari atas permukaan tanah.
Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari agar daun tetap mengandung minyak atsiri yang tinggi. Apabila dilakukan pada siang hari maka sel-sel daun akan melakukan proses metabolisme yang akan mengurangi laju pembentukan minyak dan daun kurang elastis, sehingga kehilangan minyak akan lebih besar karena daun mudah sobek. Begitu pula dengan adanya transpirasi daun yang lebih cepat menyebabkan jumlah minyak yang dihasilkan akan berkurang.
Cara memanen tanaman nilam dapat menggunakan sabit atau gunting stek. Pemanenan dengan menggunakan sabit lebih cepat dan menghemat tenaga kerja. Panen biasanya dilakukan dengan pemangkasan rumpun diatas cabang kedua atau sekitar 15-20 cm dari atas permukaan tanah. 
Panen dengan menggunakan sabit hendaknya batang dan cabang tidak dibabat habis tetapi disisakan + 15 cm dari tanah, tinggalkan 1-2 cabang untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru pada fase selanjutnya. Terna nilam yang sudah dipanen dibersihkan dari bahan lain seperti rumput dan tanah.
C.      Pasca Panen Tanaman Nilam
Pascapanen merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pemanenan. Pada nilam, kegiatan pascapanen terdiri atas:
1)      Pengeringan
Pengeringan biasanya dengan cara dijemur, terna (daun dan tangkai nilam) hasil panen dijemur selama 5 jam yang diikuti pengering-angin selama 2-3 hari sampai kadar airnya mencapai 12-15%. Lapisan daun nilam harus dibalik 2-3 kali sehari agar keringnya merata dan terhindar dari proses fermentasi. Harus dihindari penumpukan daun dalam keadaan basah. Pengeringan yang terlalu cepat dapat menyebabkan daun menjadi rapuh dan sulit disuling, sebaliknya pengeringan terlalu lambat menyebabkan daun menjadi lembab dan mudah terserang jamur, sehingga rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan rendah.
2)      Perajangan
Perajangan merupakan upaya mengurangi ketebalan bahan yang bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga akan terjadi peningkatan difusi yang akan mempercepat penguapan dan penyulingan minyak nilam. Perajangan sebaiknya dilakukan pada daun nilam yang telah kering dengan panjang rajangan berkisar 15 – 20 cm. Perajangan daun segar dapat menyebabkan penurunan rendemen minyak.
3)      Penyulingan
Secara umum penyulingan adalah pemisahan komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut. Penyulingan minyak nilam adalah suatu proses pengambilan minyak dari terna kering dengan bantuan air, dimana minyak dan air tidak tercampur.
Campuran cairan yang disuling dapat berupa cairan yang tidak larut (immiscible) dan selanjutnya membentuk dua fasa, atau cairan yang saling melarutkan secara sempurna (miscible) yang hanya membentuk satu fasa. Pada prakteknya penyulingan campuran cairan dua fasa dilakukan untuk memisahkan minyak atsiri dengan cara penguapan dengan bantuan uap. Minyak dipisahkan dari air sehingga diperoleh minyak nilam murni, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk industri kosmetik, sabun, obat, dan lain-lain.
Cara penyulingan minyak nilam umumnya ada tiga macam, yaitu:
a)      Penyulingan dengan cara direbus, bahan terendam di dalam air.
b)      Penyulingan secara dikukus, pada sistem ini bahan berada pada jarak tertentu di atas permukaan air.
c)      Penyulingan dengan uap langsung dimana bahan berada dalam ketel suling dan uap air dialirkan dari ketel uap ke bagian bawah ketel suling.
Dalam penyulingan daun nilam perlu diikutsertakan tangkainya. Tangkai tersebut mempunyai kadar minyak rendah, namun diperlukan agar daun tidak terlalu padat (membentuk ronga-rongga untuk melewatkan uap panas) karena daun nilam cenderung menggumpal bila terkena uap air panas. Proporsi tangkai terhadap daun mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan. Semakin tinggi proporsi tangkai maka rendemen minyak semakin berkurang. Rendemen yang tertinggi diperoleh dari campuran daun dan tangkai dengan perbandingan 1 : 1.
4)      Pengemasan
Seletah dilakukan pemisahan minyak yang sempurna, maka produk akhir minyak nilam murni siap ditampung dalam wadah dan dilakukan pengemasan. Bahan kemasan harus memenuhi persyaratan umum yaitu :
a)      Bentuk dan rupa yang menarik
b)      Mudah dipakai
c)      Tidak beracun
d)      Tidak mudah meledak karena tekanan
e)      Dapat menjamin mutu produk yang dikemas.
Selain persyaratan umum, bahan kemasan yang digunakan untuk minyak atsiri termasuk minyak nilam memerlukan persyaratan khusus yaitu:
a)      Bahan kemasan tidak bereaksi dengan minyak atsiri
b)      Sangat rapat sehingga tidak mudah menguap
c)      Tidak dilalui oleh cahaya
d)      Tidak dipengaruhi oleh faktor air, panas, cahaya, oksigen
5)      Penyimpanan
Penyimpanan minyak nilam dalam jumlah relatif kecil (<5 liter) sangat baik bila disimpan dalam botol gelas berwarna sehingga lebih resisten terhadap cahaya. Penyimpanan minyak nilam dalam jumlah besar (>5 liter) dapat menggunakan kemasan plastik karena beberapa jenis plastik seperti polietilen, polistiren, dan poliester memiliki sifat resisten terhadap bahan kimia.
Untuk tujuan ekspor, minyak nilam dikemas dalam drum yang terbuat dari logam seng dan besi yang dilapisi dengan galvanis atau bahan plastik (coating) yang tidak bereaksi dengan minyak nilam. Jenis bahan kemasan berpengaruh pada waktu atau lamanya masa penyimpanan. Sampai penyimpanan 5 bulan, sifat minyak nilam masih memenuhi syarat mutu atau standar perdagangan.
Namun demikian masih ada keterbatasan, bahwa untuk minyak nilam yang disimpan dalam kemasan botol berwarna hijau, standar penyimpanan minyak nilam selama 120 hari. Sedangkan kemasan aluminium dan besi bertahan sampai 90 hari. Dalam kemasan seng minyak nilam hanya bertahan sampai 60 hari.
D.      Kegunaan Minyak Nilam
Menurut Lawless (2002), minyak nilam secara tradisional digunakan untuk pewangi kertas linen dan pakaian. Dalam industri, secara ekstensif minyak nilam digunakan dalam pembuatan kosmetik, dan digunakan sebagai fiksatif dalam sabun dan parfum, terutama parfum tipe oriental. Minyak nilam juga digunakan dalam industri makanan, minumam beralkohol dan softdrink.
Pemakai terbesar minyak atsiri dan turunan minyak atsiri di dunia adalah industri perasa dan pewangi (flavor dan fragrance). Produk-produk flavor dan fragrance tersebut selanjutnya digunakan oleh industri-industri produk konsumen seperti kosmetik, sabun, ditergent, sigaret, shampoo, makanan/minuman dalam kemasan dan sebagainya. Konsumen terbesar minyak atsiri dan turunan minyak atsiri tersebut terdapat di pusat-pusat produksi di Amerika Serikat dan Eropa.
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri, yang dihasilkan dari daun beserta ikutannya berupa ranting-ranting kecil direbus lalu uap/asapnya disuling. Tanaman nilam meliputi tiga spesies yaitu P. cablin Benth, P. hortensis, dan P. heyneanus.
Panen nilam dapat dilakukan pada umur 6-8 bulan setelah tanam. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari agar daun tetap mengandung minyak atsiri yang tinggi. Cara memanen tanaman nilam dapat menggunakan sabit atau gunting stek.
Pascapanen merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pemanenan. Pada nilam, kegiatan pascapanen terdiri atas:
1.      Pengeringan
2.      Perajangan
3.      Penyulingan
4.      Pengemasan
5.      Penyimpanan
Minyak nilam secara tradisional digunakan untuk pewangi kertas linen dan pakaian. Dalam industri, secara ekstensif minyak nilam digunakan dalam pembuatan kosmetik, dan digunakan sebagai fiksatif dalam sabun dan parfum, terutama parfum tipe oriental.
B.       Saran
Saran dari saya selaku penulis lebih banyak membaca kembali referensi mengenai pasca panen tanaman nilam karena membaca akan menambah wawasan kita lebih jauh lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Penanganan Pascapanen, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian.2006. Pedoman Umum Pascapanen Perkebunan Yang Baik dan Benar, Jakarta.
Direktorat Pascapanen Dan Pembinaan Usaha, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian. 2012. Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Nilam. Jakarta
Ma’mun._ .Pasca Panen Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor

No comments :

Post a Comment