LAPORAN PEMBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF KOMODITI PEPAYA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pepaya merupakan salah satu jenis buah-buahan yang daerah penyebarannya
berada di daerah tropis. Tanaman pepaya merupakan tanaman semusim sehingga buah
ini dapat tersedia setiap saat. Buah pepaya tergolong buah yang populer dan
umumya digemari oleh sebagian besar penduduk dunia. Hal ini disebabkan karena
daging buahnya yang lunak dengan warna merah atau kuning, rasanya manis (Barus
dan Syukri, 2008).
Produksi tanaman pepaya sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun
2007, produksi mencapai 621.524 ton, tahun 2008 mencapai 717.899 ton, tahun
2009 mencapai 772.844 ton, tahun 2010 mencapai 675.801 ton, dan 2011 mencapai
958.251 ton. Pertambahan produksi dari tahun 2010 sampai 2011 mencapai 41,79%
(BPS dan Direktorat Jendral Hortikultura, 2011). Peningkatan produksi pepaya
harus diawali dengan penyediaan benih yang bermutu, terjangkau dan tersedia
dalam jumlah yang cukup guna menunjang produksi yang baik di lapangan (Maryati dkk.,
2005).
Perbanyakan
tanaman pepaya dapat dilakukan baik secara vegetatif maupun generatif, tetapi
lebih sering dilakukan melalui perbanyakan generatif dengan benih. Salah satu
faktor yang menentukan mutu benih adalah tingkat kemasakan. Benih mencapai
vigor maksimum pada saat masak fisiologis. Benih yang dipanen setelah
tercapainya masak fisiologis memiliki vigor yang relatif lebih tinggi sehingga
akan menghasilkan tanaman yang lebih vigor dan memiliki daya simpan lebih lama
(Murniati dkk., 2008).
Mencangkok adalah salah satu bentuk perkembangbiakan vegetatif tanaman
yang dilakukan seseorang karena beberapa faktor, diantaranya karena
menginginkan anakan yang persis seperti induknya dan menginginkan tanaman yang
dapat menghasilkan buah dalam waktu yang relatif singkat (Abidin, 1983).
Teknik pencangkokan perlu dipelajari agar mahasiswa lebih memahami teknik
pembiakan tanaman secara vegetatif buatan dan menjaga keturunan dari suatu
tumbuhan tetap memiliki sifat yang sama seperti induknya. Sebagian pencangkokan
bisa dilakukan pada batang yang sudah tidak mengalami pertumbuhan vegetatif
atau batang yang sudah menghasilkan buah, biji atau lainnya yang dianggap
menghasilkan nilai ekonomi bagi manusia. Berdasarkan uraian diatas maka
dilakukan praktikum tentang teknik pencangkokan pada tanaman pepaya agar
mendapat tanaman yang sama dengan indukannya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum perbanyaka tanaman pepaya melalui teknk
pencangkokan yaitu:
1.
Untuk mengetahui teknik atau cara mencangkok tanaman
pepaya dan hasil dari pencangkokan tanaman pepaya.
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dari pencangkokan tanaman pepaya.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk meningkatkan ilmu pengetahuan
tentang perbanyakan tanaman pepaya melalui teknik pencangkokan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan
bagian utara dari Amerika Selatan. Tanaman ini menyebar ke Benua Afrika dan
Asia serta India. Dari India, tanaman ini menyebar ke berbagai negara tropis,
termasuk Indonesia di abad ke-17. Nama umum dari tanaman buah ini adalah pepaya
(Indonesia), Papaw (Australia), dan Mamao (Brazil). Tanaman pepaya dapat tumbuh
di daerah tropis maupun subtropis. Selain itu, tanaman pepaya dapat berbuah
kapan saja dan tidak mengenal musim (Setiaji, 2009).
Pepaya adalah tanaman yang besar dan berumur pendek, cepat tumbuh,
berkayu dan tingginya sekitar 10 sampai 12 meter. Tanaman pepaya dapat
bercabang apabila terdapat luka batangnya. Semua bagian tanaman mengandung
lateks. Batang tanaman berongga ungu hijau, dalam, dan mempunyai diameter
sekitar 2 sampai 3 inci (Prayoga, 2011).
Menurut Kalie (1996), suku Caricaceae
memiliki empat marga, yaitu Carica,
Jarilla, Jacaranta, dan Cylicomorpha. Ketiga marga pertama
merupakan tanaman asli Meksiko bagian selatan serta bagian utara dari Amerika
Selatan, sedangkan marga keempat merupakan tanaman yang berasal dari Afrika.
Menurut Yuniarti (2008) kedudukan taksonomi tanaman pepaya adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Familia : Cariccaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.
2.2 Morfologi Tanaman Pepaya
Bentuk dan
susunan tubuh bagian luar tanaman pepaya termasuk tumbuhan yang umur sampai
berbunganya dikelompokkan sebagai tanaman semusim, namun dapat tumbuh setahun
lebih. Sistem perakarannya memiliki akar tunggang dan akar-akar cabang yang
tumbuh mendatar ke semua arah pada kedalaman 1 meter atau lebih menyebar
sekitar 60-150 cm atau lebih dari pusat batang tanaman. Batang tanaman
berbentuk bulat lurus, di bagian tengahnya berongga, dan tidak berkayu.
Ruas-ruas batang merupakan tempat melekatnya tangkai daun yang panjang,
berbentuk bulat, dan berlubang. Daun pepaya bertulang menjari dengan warna
permukaan atas hijau-tua, sedangkan warna permukaan bagian bawah hijau-muda
(Suprapti, 2005).
Pohon ini
biasanya tidak bercabang, batang bulat berongga, tidak berkayu, terdapat
benjolan bekas tangkai daun yang sudah rontok. Daun terkumpul di ujung batang,
berbagi menjari. Buah berbentuk bulat hingga memanjang tergantung jenisnya,
buah muda berwarna hijau dan buah tua kekuningan / jingga, berongga besar di tengahnya,
dan tangkai buah pendek. Biji berwarna hitam dan diselimuti oleh lapisan tipis
(Muhlisah, 2007).
Ditinjau dari
macam bunganya, pepaya digolongkan menjadi tiga, yaitu pepaya jantan, pepaya
betina, dan pepaya sempurna (Aak, 1990). Pepaya jantan mudah dikenal karena ia
memiliki bunga majemuk yang bertangkai panjang dan bercabang-cabang. Bunga
pertama yang terdapat pada pangkal tangkai adalah bunga jantan. Bunga jantan
ini memiliki ciri-ciri putik atau bakal buah yang tidak berkepala karenanya
tidak dapat menjadi buah (Rochmatul, 2003).
Menurut Aak
(1990), pada ujung tangkai bunga pepaya biasanya terdapat bunga sempurna, yang
dapat melakukan penyerbukkan sendiri. Buah yang dibentuk biasanya kecil-kecil
menggandul dan lonjong, maka dari itu buah pepaya jantan sering disebut pepaya gandul.
Pepaya betina hanya menghasilkan bunga betina, bakal buahnya sempurna dan tidak
berbenang sari, untuk dapat menjadi buah harus diserbuki bunga jantan dari
luar. Pepaya betina berbunga sepanjang tahun, buah bulat bertangkai pendek.
Pepaya sempurna memiliki bunga yang sempurna susunannya, ia memiliki bakal buah
dan benang sari. Oleh karena itu dapat melakukan penyerbukan sendiri.
Sunarjono (1987) menyatakan bahwa buah pepaya sangat populer karena
banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta rasanya manis. Di Eropa dan di
negara maju lainnya, pepaya dimakan sebagai buah segar atau sari buahnya
diminum pada pagi hari sebelum sarapan dengan maksud memperlancar pencernaan.
Bagian dari buah pepaya yang dapat dimakan adalah sebesar 75% dari seluruh buah
pepaya.
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Pepaya
Menurut Sobir (2009), tanaman pepaya akan tumbuh baik apabila hidup
ditempat yang beriklim sesuai. Karena tanaman pepaya memiliki batang basah, dan
bunga tumbuh pada ketiak daun, maka tanaman pepaya membutuhkan cahaya dan panas
matahari, serta kelembapan udara yang tinggi. Apabila kebutuhan cahaya, panas,
dan kelembapan udara tidak terpenuhi, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat,
di antaranya tanaman dapat bersifat kerdil, karpeoid, dan produksi buahnya
menjadi tidak berkualitas. Menurut Muktianai (2011), syarat tumbuh tanaman
pepaya adalah:
1.
Cahaya Matahari
Tanaman pepaya
termasuk tanaman yang memerlukan intensitas cahaya matahari secara penuh, yaitu
100%. Tanaman pepaya yang mendapat cahaya matahari secara cukup, daunnya akan
dapat melakukan proses fotosintesis secara optimal, sehingga tanaman akan
tumbuh secara optimal dan akan menghasilkan buah dengan kualitas yang baik.
2.
Suhu
Tanaman pepaya akan tumbuh optimal apabila lokasi penanaman berada pada
suhu antara 25-300C, karena perkecambahan biji akan berlangsung
cepat di malam hari pada suhu 260C dan perkecambahan akan
berlangsung cepat pada siang hari pada suhu 350C.
3.
Air
Tanaman pepaya memerlukan air untuk berlangsungnya proses pertumbuhan dan
perkembangannya, karena air merupakan faktor utama untuk pertumbuhan tanaman
pepaya secara optimal. Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan generatif, yaitu pertumbuhan pada masa pembungaan dan berbuah.
Kondisi lahan yang kelembabannya rendah pada masa generatif dapat mengakibatkan
bunga gugur, penyerbukan berlangsung tidak sempurna, dan buah terlalu kecil
dengan bentuk yang tidak sempurna. Selain itu air juga berperan dalam proses
berlangsungnya metabolisme tanaman.
4.
Kondisi Tanah
Lahan yang cocok untuk usaha perkebunan pepaya adalah lahan yang subur,
yang kaya bahan organik. Pepaya akan tumbuh optimal apabila ditanam di tanah
subur yang sedikit mengandung pasir tetapi banyak mengandung humus. Tanaman ini
dapat tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian hingga mencapai 700m dpl.
Pepaya akan tumbuh optimal pada lahan yang terbuka dan memiliki drainase yang
baik, serta memiliki pH tanah 6-7.
5.
Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pepaya, khususnya
berpengaruh terhadap lamanya waktu pembibitan. Semakin rendah ketinggian suatu
lokasi perkebunan pepaya, maka semakin cepat waktu persemaian, yaitu hanya
sekitar 25-30 hari. Ketinggian tempat juga berpengaruh terhadap ukuran dan
kualitas buah yang dihasilkan. Selain itu, ketinggian tempat juga berpengaruh
terhadap kecepatan berbunga. Semakin rendah lokasi perkebunan, maka tanaman
lebih cepat berbunga. Pepaya akan optimal pertumbuhannya pada 300 m dpl.
6.
Curah Hujan dan Kelembaban
Tanaman pepaya akan tumbuh optimal dan dapat menghasilkan buah dengan
kualitas bagus apabila tanaman mendapatkan curah hujan 100mm selama setengah
tahun tanpa mendapatkan pengairan tambahan. Apabila berlangsung musim kering,
maka tanaman pepaya perlu diberi pengairan yang cukup, karena produktivitas
tanaman tergantung pada tercukupinya air pada musim kemarau.
Tanaman pepaya membutuhkan kelembaban sebesar 66%. Kelembaban tersebut akan membuat tanaman
pepaya tumbuh optimal. Namun, apabila kelembabannya terlalu rendah, maka dapat
menyebabkan daun tua cepat gugur dan terjadi perubahan bunga hermafrodit (sempurna)
menjadi bunga jantan, sehingga produksi buah menjadi berkurang.
2.4 Teknik Budidaya Tanaman Pepaya
Budidaya tanaman pepaya menurut Muktiani (2011), budidaya tanaman pepaya terbai
atas 5 tahapan, yaitu persiapan bibit, persemaian, penanaman, pemeliharaan,
panen dan pasca panen.
1.
Persiapan bibit
Bibit untuk pepaya california diambil dari buah-buah yang telah masak dan
berasal dari tanaman pilihan. Kriteria buah pilihan tersebut adalah buahnya
berukuran besar, tidak cacat, tidak terserang hama penyakit, dan masak dipohon.
2.
Persemaian
Proses persemaian dimulai dari mengisi media ke dalam polybag berukuran
20x15 cm. Media yang digunakan merupakan campuran 2 ember tanah yang diayak ditambah
1 ember pupuk kandang yang sudah matang dan diayak. Dalam media tersebut
ditambahkan 50 gram TSP yang sudah dihaluskan dan 29 gram curater/petrofar.
3.
Penanaman
Penanaman pepaya dilakukan dengan memindahkan bibit dari polybag yang
telah berumur antara 1-1,5 bulan ke lubang yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Pada saat penanaman, tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 bibit sekaligus untuk
cadangan apabila bibit mati,atau mengganti bibit mati,atau menggantibibit yang
menyimpang sifatnya.
4.
Pemeliharaan
Hal yang harus dilakukan pada proses pemeliharaan adalah penjarangan dan
penyulaman, penyiangan, dan pembumbunan. Kegiatan pemeliharaan harus lebih
teliti agar kualitas produksi sesuai dengan yang diharapkan.
5.
Panen dan pasca panen
Pepaya
california memiliki usia menanti panen yang pendek, yaitu hanya 7-9 bulan,
dengan usia produktif 28-30 bulan. Teknik pemanenan dilakukan dengan cara
memetik buah pepaya yang siap dipetik ketika kulit buah mulai menguning dengan
luas sekitar 25%. Kemudian buah dibersihkan agar kulit buah tidak lecet, setelah
itu buah dibungkus dengan kertas koran, plastik berlubang dan dimasukkan ke
dalam box.
2.5 Mencangkok
Mencangkok adalah cara memperbanyak tanaman dimana pembentukan akar pada
calon tanaman baru terjadi ketika masih melekat pada tanaman induknya. Air dan
mineral tetap diangkut melalui xylem ke tunas/cabang yang dicangkok. Dengan demikian, hasil
perbanyakan dengan cara mencangkok lebih tinggi daripada hasil
perbanyakan denga stek. Ada 2 macam cara mencangkok yang sering dilakukan pada
tanaman tertentu (Ismiyati Sutarto,1994).
Mencangkok
tanaman adalah
salah satu cara teknik memperbanyak tanaman buah dalam pot, selain itu kualitas
buahnya sama dengan induknya dan juga pohonnya tidak terlalu tinggi. Tanaman
yang bisa dicangkok antara lain: jambu, jambu air, pepaya, mangga, sawo, dan lain-lain (Wilkins, 1991).
Cangkok juga tidak harus dilakukan pada tanaman yang menghasilkan buah
saja, tetapi juga bisa dilakukan pada tumbuhan yang batangnya berguna dan
banyak manfaatnya bagi manusia. Contohnya adalah pencangkokan pada kayu ulin (E.Zwagery) dengan perlakuan media
cangkok dan penambahan hormon tumbuh Rootone-F. Untuk keberhasilan
perkembangbiakan secara vegetatif sangat diperlukan kondisi fisiologis tanaman
yang tepat dan kondisi lingkungan yang optimal untuk proses pembentukan akar (Hartman
et al., 1990).
Dalam melakukan pencangkokan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu:
1.
Tanah yang digunakan harus banyak mengandung unsur hara
untuk keberlanjutan kehidupan batang yang dicangkok. Tanah yang digunakan harus
memiliki agregat tanah yang tinggi, tujuannya adalah tanah dapat mempertahankan
kesediaan unsur hara dan air bagi tanaman. Salah satu strategi untuk menjadikan
agregat tanah meningkat adalah dengan menambahkan partikel liat dan bahan
perekat tanah yang lain seperti zeolite, yang dikombinasikan dengan bahan
organik.
2.
Cabang yang digunakan untuk mencangkok adalah batang
yang berbentuk bagus, cukup tua, kuliat batang berwarna hijau
kecoklat-coklatan, dan produktif berbuah. Pemilihan cabang air atau cabang liar
harus dihindari.
3.
Pohon induk yang akan dicangkok sebaiknya tidak
terserang hama dan penyakit, karena jika pohon induk yang dicangkok terserang hama
dan penyakit akan menyebabkan hasil cangkokan tersebut menjadi retensi
pathogen. Pada tanaman yang terserang penyakit juga akan mengalami periode
retensi, yaitu selang waktu vektor (hasil cangkokan) masih dapat menularkan
pathogen.
4.
Waktu mencangkok sebaiknya dilakukan pada musim hujan,
karena tak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, selain dari itu pada
musim hujan cangkokan agak cepat berhasilnya sehingga dalam musim itu juga
telah dapat ditanamkan. Pencangkokan dapat pula dilakukan pada musim kemarau,
asal dilakukan penyiraman 1-2 kali sehari.
5.
Batang cangkokan sebaiknya jangan diambil dari pohon
induk yang terlalu tua sebab biasanya dahan pohon induk tersebut kurang baik
untuk dicangkok, dan juga jangan pula diambil dari pohon yang terlalu muda
sebab belum dapat diketahui sifat-sifatnya. Pohon induk yang sedang umurnya,
kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, sangat baik diambil
batangnya untuk cangkokan.
6.
Selama pencangkokan berlangsung pemeliharaan dianggap
sudah cukup apabila media cangkokan tersebut cukup lembab sepanjang waktu.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo
yang di laksanakan pada tanggal 26 Mei 2016 hingga pengamatan selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktek ini adalah kantong
plastik, tali rafiah, pisau tajam atau cutter,
stik bambu/kayu dan kamera.
Bahan
yang digunakan adalah pohon pepaya siap cangkok, tanah, air, dan pupuk bokashi
3.3 Metode Pelaksanaan
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah:
1.
Menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu.
2.
Mencari pohon pepaya induk yang baik dan sehat.
3.
Menyayat cabang kecil yang tumbuh di batang induk pepaya
berbentuk V hingga terbelah dua selebar 5-7 cm.
4.
Mengganjal sayatan dengan kayu atau ranting agar
sayatan tidak menyatu kembali
5.
Memasang media tanam dari tanah yang subur dan gembur.
6.
Mengikat media tanam dengan tali rafiah dengan kencang
sampai tidak bergeser dan pastikan tidak melorot agar akar yang baru tumbuh tidak
putus.
7.
Selanjutnya akan tumbuh akar baru pada tempat tersebut,
dan setelah akar tumbuh , potong hasil cangkokan tersebut dan tanaman siap di
tanam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Hasil praktikum pencangkokan pada tanaman pepaya (Carica papaya L.) dapat
dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Hasil
pengamatan pencangkokan tanaman pepaya (Carica
papaya L.)
No
|
Pengamatan/ Minggu
|
Perubahan
|
Keterangan
|
1
|
Pertama
|
Tidak
terdapat perubahan
|
Akar dari
hasil cangkokan belum terlihat.
|
2
|
Kedua
|
Tidak terdapat
perubahan
|
Daun mulai
menguning, namun akar belum muncul.
|
3
|
Ketiga
|
Terdapat
perubahan
|
Terdapat
jamur putih pada permukaan batang yang dicangkok.
|
4
|
Keempat
|
Terdapat
perubahan
|
Hasil
sayatan menyatu kembali.
|
Sumber : Data Primer 2016
4.2 Pembahasan
Dari Tabel. 1 diatas dapat kita lihat bahwa pada pengamatan minggu
pertama tidak terjadi perubahan apapun pada pohon induk pepaya yang dicangkok.
Pada minggu kedua daun pepaya yang dicangkok mengalami kekuningan akibat irisan
pada batang tanaman pepaya, dan akar belum terlihat. Pada minggu ketiga batang
pepaya yang dicangkok terserang oleh jamur/patogen yang mengakibatkan kegagalan
dalam proses pencangkokan. Pada pengamatan minggu keempat irisan pada
batang/cabang tanaman pepaya menyatu kembali akibat cabang yang digunakan
terlalu tua.
Kegagalan dalam proses pengcangkokan ini yaitu faktor dari segi fisik
maupun lingkungan sekitarnya. Salah satu faktor diantaranya adalah pohon induk
yang terlalu tua, hal ini sesuai dengan pendapat Rochiman dan Harjadi (1973)
yang menyatakan bahwa batang yang di cangkok harus dalam kondisi baik atau
tidak cacat, berdiameter sesuai, batang cangkokan sebaiknya jangan diambil dari
pohon induk yang terlalu tua, sebab biasanya dahan pohon induk kurang baik
untuk dicangkok dan jangan diambil dari pohon yang terlalu muda sebab belum
diketahui sifat-sifatnya.
Kegagalan dalam praktikum ini juga disebabkan oleh kurangnya
pemeliharaan, sehingga kelembapan pada media cangkok tidak terjaga. Menurut
Rochiman dan Harjadi (1973) pencangkokan membutuhkan media yang lembab
sepanjang waktu sehingga sebaiknya dilakukan pada musim hujan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan dari hasil praktikum pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan
bahwa:
1.
Proses perbanyakan tanaman pepaya yang dilakukan dalam
praktikum ini diperoleh hasil bahwa cangkokan tidak berhasil atau gagal.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan hasil
cangkokan tersebut adalah faktor dari segi fisik maupun lingkungan sekitarnya.
Faktor fisik yaitu pemilihan pohon induk yang tidak sesuai dan faktor
lingkungan yaitu kelembapan yang tidak terjaga.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam proses perbanyakan tanaman dengan teknik pencangkokan
diperhatikan waktu praktikum. Waktu pencangkokan yang baik yaitu dilakukan pada
musim hujan karena kelembapan media terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1990. Bertanam pohon Buah-buahan 2. Yayasan Kanisius. Yogyakarta.
Abidin, Z.
1983. Dasar-dasar tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung: Angkasa.
Barus, A. dan Syukri. 2008. Agroteknologi Tanaman Buah-buahan. USU
Press, Medan.
Harjadi, S. dan K.Rochiman.1973. Pembiakan
Vegetatif. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Hartmann, H.T.,
Kester, D.E. and Davies, Jr.F.T. 1990. Plant
Propagation, Principles and Practices. Fifth edition. Prentice-Hall Inc.
New Jersey
Kalie, M. B. 1996. Bertanam Pepaya. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 3;
10-23.
Muhlisah, F. 2007. Tanaman Obat Keluarga (Toga). Penebar Swadaya. Jakata.
Muktiani. 2011. Bertanam Varietas Unggul Pepaya California. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta
Maryati,S., E. Murniati, dan M. R.
Suhartanto. 2005. Pengaruh Sarcotesta dan
Pengeringan Benih serta Perlakuan Pendahuluan terhadap Viabilitas dan Dormansi
Benih Pepaya (Carica papaya L.).
Bul. Agron. (33) (2) 23 –30.
Murniati, E, M. Sari dan E. Fatimah. 2008. Pengaruh Pemeraman Buah dan Periode Simpan
Terhadap Viabilitas Benih Pepaya (Carica papaya L.). Bul. Agron. (36) (2) 139.
Prayoga. Anton, 2011. Jurus Sukses Budidaya Pepaya Kalifornia. Klaten : Abata Press
Setiaji, A. 2009. Efektifitas Ekstrak Daun Pepaya Carica papaya L. Untuk Pencegahan dan Pengobatan Ikan lele
dumbo Clarias sp. yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Sobir. 2009. Sukses Bertanam Pepaya Unggul Kualitas Supermarket. Agromedia
Pustaka, Jakarta
Sunarjono, H. 1987. Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Penerbit Sinar Baru. Bandung.
209 halaman.
Suprapti, M.L. 2005. Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal. Kanisius, Yogyakarta.
Wilkins. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta : Gajah Mada Press.
Yuniarti, T. 2008. Ensiklopedia Tananman Obat Tradisional.
Cetakan Pertama. Yogyakarta: MedPress
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment