MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT || UPAYA PENCEGAHAN DIARE

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut WHO (1999) secara klinis
diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari
biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja
(menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam
sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten.
Depkes RI (2005), diare adalah suatu
penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,
yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.
Penyakit
diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara
umum angka kesakitan masih berfluktuasi, dan kematian diare yang dilaporkan
oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan mengalami penurunan namun penyakit
diare ini masih sering menimbulkan KLB yang cukup banyak bahkan menimbulkan
kematian. Di Indonesia, hasil survei yang dilakukan oleh program, diperoleh
angka kesakitan Diare untuk tahun 2000 sebesar 301 per 1.000 penduduk, angka
ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 1996
sebesar 280 per 1.000 penduduk. Sedangkan berdasarkan laporan kabupaten/ kota
pada tahun 2008 diperoleh angka kesakitan diare sebesar 27,97 per 1000
penduduk. Sedangkan angka kesakitan diare pada tahun 2009 sebesar 27,25%. Jauh
menurun jika dibandingkan 12 tahun sebelumnya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari diare?
2. Apa saja penyebab dan gejala dari
diare?
3. Bagaimana pencegahan diare?
4. Bagaimana penangan diare?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa defenisi dari diare
2. Mengetahui apa saja penyebab dan
gejala dari diare
3. Mengetahui bagaimana pencegahan
diare
4. Mengetahui bagaimana penenganan
diare
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Diare
Diare akut
diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah
banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap
kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu.
Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare
yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).
Diare adalah
berak-berak yang lebih sering dari biasanya (3 x atau lebih dalam sehari) dan
berbentuk encer, bahkan dapat berupa seperti air saja, kadang-kadang juga
disertai dengan muntah, panas dan lain-lain (Widoyono, 2008).
Diare
merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan, peningkatan volume,
keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lender darah, seperti lebih dari 3
kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Hidayat, Aziz Alimul,
2008).
Diare adalah
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair
(Suriadi dan Rita Yulianni, 2006).
Diare terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf
otonom di dinding usus sehingga menimbulkan reflex mempercepat peristaltic
usus, rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh :
a.
Infeksi oleh bakteri pathogen, misalnya bakteri E.Colie
b.
Infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
c.
Infeksi oleh virus, misalnya influenza perut dan ‘travellers diarre’
d.
Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
e.
Keracunan makanan dan minuman
f.
Gangguan gizi
g.
Pengaruh enzyme tertentu
h.
Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan lain sebagainya)
Departemen Kesehatan RI (2000),
mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu:
a.
Diare akut:
yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari
tujuh hari),
b.
Disentri;
yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,
c.
Diare
persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara
terus menerus,
d.
Diare dengan
masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga
disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
Diare
mengakibatkan terjadinya:
a.
Kehilangan
air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, dan
asidosis metabolik.
b.
Gangguan
sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan sebagai
akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perpusi jaringan
berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat, kesadaran
menurun dan bila tak cepat diobati penderita dapat meninggal.
2.2. Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah
tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam sehari, yang
kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah
dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare
yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan
diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-
gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit
kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung
darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).
2.3. Pencegahan Diare
Pada dasarnya ada tiga tingkatan
pencegahan penyakit secara umum yakni:
- Primary
Prevention
(promosi kesehatan dan pencegahan khusus)
- Secondary
Prevention
(diagnosis dini serta pengobatan yang tepat)
- Tertiary
Prevention
(pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi)
2.3.1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare
dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan dan faktor pejamu.
1. Penyediaan Air Bersih
Air dapat juga menjadi sumber
penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat berupa,
air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta penyebar penyakit, bila
jumlah air bersih tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan
dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes sementara penyakit
(Soemirat, 1996).
Untuk mencegah terjadinya diare maka
air bersih harus diambil dari sumber yang terlindungi atau tidak
terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari kandang ternak dan kakus
paling sedikit sepuluh meter dari sumber air. Air harus ditampung dalam wadah
yang bersih dan pengambilan air dalam wadah dengan menggunakan gayung yang
bersih, dan untuk minum air harus di masak. Masyarakat yang terjangkau oleh
penyediaan air bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil bila dibandingkan
dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air besih (Andrianto, 1995).
2. Tempat Pembuangan Tinja
Untuk mencegah kontaminasi tinja
terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan
baik. Suatu jamban memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi syarat kesehatan:
tidak mengotori permukaan tanah, tidak mengotori air permukaan, tidak dapat di
jangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara,
dan murah (Notoatmodjo, 1996).
Tempat pembuangan tinja yang tidak
memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah
pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang mempunyai
kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo, 2003). Menurut
hasil penelitian Irianto (1996), bahwa anak balita berasal dari keluarga yang
menggunakan jamban (kakus) yang dilengkapi dengan tangki septik, prevalensi
diare 7,4% terjadi di kota dan 7,2% di desa. Sedangkan keluarga yang
menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1% diare terjadi di kota dan 8,9 % di
desa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluaga yang mempergunakan sungai
sebagi tempat pembuangan tinja, yaitu, 17,0% di kota dan 12,7% di desa.
3. Status Gizi
Status gizi didefinisikan sebagai keadaan
kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh (Parajanto,
1996). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode, yang tergantung dan tingkat kekurangan gizi. Menurut Gibson (1990)
metode penilaian tersebut adalah;
1) konsumsi makanan
2) pemeriksaan laboratorium
3) pengukuran antropometri
4) pemeriksaan klinis
Metode-metode ini dapat digunakan
secara tunggal atau kombinasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif.
4. Kebiasaan Mencuci Tangan
Diare merupakan salah satu penyakit
yang penularannya berkaitan dengan penerapan perilaku hidup sehat. Sebahagian
besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur oral. Kuman-kuman
tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan yang tercemar tinja yang
mengandung mikroorganisme patogen dengan melalui air minum. Pada penularan
seperti ini, tangan memegang peranan penting, karena lewat tangan yang tidak
bersih makanan atau minuman tercemar kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.
2.3.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini
ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare atau yang terancam akan
menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip
pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi)
dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti
salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan
dengan klinis pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika
yang memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk
menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang
perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan
kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang
disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian
kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk
dokter (Fahrial Syam, 2006).
2.3.3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah
penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan dan kematian akibat
dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi
fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha
rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare.
Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan
menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental
penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan
secara mental kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan
kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial
dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.
2.4. Penangan Diare
Cara pengobatan diare di rumah :
1.
Tingkatkan pemberian cairan
·
Pemberian susu buatan (campuran sama banyaknya
dengan air masak).
·
Pemberian cairan lain, seperti : air teh, sop,
air tajin dari pemasakan nasi, LGG (Larutan Gula Garam), air kelapa, larutan
oralit).
2.
Teruskan makanan
·
Berikan makanan yang mudah dicerna, yang
mengandung kalium (sari buah, sayur).
·
Jangan berikan makanan yang pedas.
3.
Berikan makanan yang sering.
4.
Bila diare tidak dapat diatasi dengan pemberian oralit atau LGG, bahkan
tambah berat, segera bawa penderita ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare adalah
suatu keadaan dimana tinja menjadi lunak hingga cair dan terjadi berulang-ulang
(lebih dari 3x dalam sehari-hari). Diare dapat terjadi pada siapa saja, baik
dewasa maupun anak-anak. Penyakit diare ini tidak tidak boleh dianggap sepele.
Jika tidak diatasi dengan baik akibatnya sangat berbahaya bagi tubuh, bahkan
bisa menyebabkan kematian. Menurut WHO, Diare menyebabkan kematian hingga 2
juta anak didunia setiap tahunnya. Begitu berbahayanya penyakit ini sehingga
orang tua harus waspada.
3.2 Saran
Diharapkan
kepada seluruh masyarakat desa x agar lebih memperhatikan kesehatan nya serta
didukung oleh pelayanan dan penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan di
puskesmas jeuram sehingga mampu merubah kebiasaan prilaku yang tidak baik, dan
lebih memperhatikan sanitasi lingkungan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Najwa,
Helwatin. 2012. Makalah penyakit Diare
(http://helwatinnajwa93.blogspot.com/2012/03/makalah-penyakit-diare.html) diakses pada 17 Oktober 2014
Rahmawati,
Rizki Aulia. 2012.Makalah Diare (http://rizkiauliarahmawati2012.blogspot.com/2013/10/makalah-diare.html) diakses pada 17 oktober 2014
Sugeng, Mas.
2014. Contoh Makalah Diare. (http://dilihatya.blogspot.com/2014/05/ini-dia-contoh-makalah-diare.html) diakses pada 17 Oktober 2014
Supriatna, Agus. 2013. Cara Mengatasi dan Mencegah Penyakit
Diare
(http://gejalapenyakitlo.blogspot.com/2013/11/cara-mengatasi-dan-mencegah-penyakit_21.html) diakses
pada 18 Oktober 2014
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment