MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT || KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI PRIA

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak, atau
melakukan reproduksi. Reproduksi melibatkan suatu sistem dalam tubuh, yaitu
sistem reproduksi. Sistem reproduksi melibatkan organ reproduksi. Tujuan utama
makhluk hidup melakukan reproduksi adalah untuk melestarikan jenisnya agar
tidak punah. Apa yang akan terjadi dengan manusia misalnya, jika tidak bisa
melakukan reproduksi? Tentu lama kelamaan manusia akan punah.
Kemampuan reproduksi tergantung pada hubungan antara
hypothalamus, hipofisis bagian anterior, organ reproduksi, dan sel target
hormon. Proses biologis dasar termasuk perilaku seksual dipengaruhi oleh faktor
emosi dan sosiokultural masyarakat. Di sini, yang akan difokuskan adalah fungsi
dasar seksual sistem reproduksi di bawah kontrol syaraf dan hormon.
Sistem reproduksi meliputi kelenjar (gonad) dan saluran
reproduksi. Organ reproduksi primer atau gonad terdiri dari sepasang testes
pada pria dan sepasang ovarium pada wanita. Gonad yang matang berfungsi
menghasilkan gamet (gametogenesis) dan menghasilkan hormon seks, khususnya
testosteron pada pria dan estrogen & progesteron pada wanita. Setelah gamet
diproduksi oleh gonad, ia akan melalui saluran reproduksi (sistem duktus). Pada
wanita juga terdapat payudara yang termasuk organ pelengkap reproduksi. Bagian
eksternal sistem reproduksi sering juga disebut genitalia eksternal.
Seiring perkembangan teknologi dan zaman, reproduksi juga
merupakan objek utama untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sebagai contoh, manusia
mengembangkan teknologi reproduksi berupa bayi tabung untuk mengatasi masalah
pasangan suami istri yang tidak memiliki anak dan juga inseminasi buatan pada
hewan untuk memperoleh keturunan hewan yang diinginkan. Selain perkembangan
teknologi, kita juga sering mendengar atau membaca informasi mengenai berbagai
penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi. Berbagai penyakit sistem
reproduksi ini tentunya harus kita cegah agar manusia tetap dapat memperoleh
keturunan. Satu hal yang penting bagi generasi muda adalah menjaga kesehatan
reproduksi agar tidak terkena penyakit pada sistem reproduksi.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana sistem dan kelenjar pada reproduksi pria?
b. Apa saja hormon yang mempengaruhi
reproduksi pria?
c.
Apa saja gangguan penyakit yang bisa menyerang reproduksi
pria?
d. Bagaimana pencegahan penyakit yang
menyerang sistem reproduksi pria?
Tujuan
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas segala tentang reproduksi
pria, baik konsep reproduksi, alat reproduksi, hormon reproduksi, penyakit
reproduksi dan cara penyembuhannya.
BAB
I
PEMBAHASAN
A.
Sistem dan Kelenjar Reproduksi Pria
Organ reproduksi luar
1.
Penis (zakar)
Penis terdiri dari:
· akar (menempel pada didnding perut)
· badan (merupakan bagian tengah dari
penis)
· glans penis (ujung penis yang
berbentuk seperti kerucut).
Lubang uretra (saluran tempat
keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung glans penis. Dasar gland penis
disebut korona. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan
(preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.
Badan penis terdiri dari 3 rongga
silindris (sinus) jaringan erektil:
· 2 rongga yang berukuran lebih besar
disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan.
· rongga yang ketiga disebut korpus
spongiosum, mengelilingi uretra. Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis
menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).
Penis pria berbentuk batang dan merupakan
organ untuk senggama bagi pria yang berfungsi untuk menyalurkan cairan mani
(semen) yang mengandung sel-sel spermatozoa ke dalam vagina wanita. Penis terdiri atas jaringan otot. Jaringan otot, jaringan spons yang
lembut, pembuluh darah dan jaringan saraf. Penis digantung
dibagian tengahnya oleh ligamen suspensorium penis ke arah simpis pubis
dan pangkalnya disebut bulbopenis melekat otot-otot
serta ligamen yang menghubungkannya
dengan otot pantat di dekat anus. Penis
yang berada diluar tubuh,
pada bagian luarnya melekat
kulit yang elastis, hanya bagian ujung
penis (gland penis ). Kulit ini tidak melekat
dan ujungnya berlubang. Sehingga
bisa dilipat ke belakang. Selubung ini di sebut
Preputium. Rangsang seksual akan
menimbulkan impuls saraf parasimfatis yang efeknya akan melebarkan ( dilatasi) arteri penis
dan pada saat yang sama
akan mengecilkan (kontriksi) vena penis. Akibatnya akan terjadi pengisian
jaringan erektil yang berada
di antara ke dua pembuluh darah tersebut dengan aliran
darah bertekanan tinggi
sampai penuh dan hal
ini menyebabkan penis
menjadi ereksi.
2.
Skrotum (kantung buah
pelir )
Merupakan dua buah kantung tempat testis disimpan yang
berada di bawah batang penis. Skrotum
merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis.
Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar
sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan suhu tubuh. Otot kremaster pada dinding skrotum akan
mengendur atau mengencang sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh
(dan suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi
lebih hangat).
Organ reproduksi dalam
1.
Testis
Lokasi testes berada pada skrotum
yang memiliki lingkungan suhu lebih rendah beberapa derajat daripada suhu
tubuh. Pada kasus cryptorchidism (testes yang masih ada di rongga peritoneum,
tidak turun ke skrotum), lingkungan testes menjadi lebih panas yang mengakibatkan
tidak dapat menghasilkan sperma yang viabilitasnya baik, karena sperma sangat
sensitif terhadap suhu. Sel Leydig di testes memproduksi hormon testosteron
dengan distimulasi oleh hormon LH.
Testis berjumlah 2 buah yang berfungsi sebagai penghasil spematozoa
dan hormon testoteron. Untuk memproduksi
sperma diperlukan suhu yang sedikit
lebih rendah dari suhu tubuh. Karena menjelang kelahiran
testis turun dari rongga
tubuh (abdomen) menuju
scrotum melalui canalis inguinalis. Scorotum dapat menjaga
testes. Jika suhu dingin scrotum akan
mengkerut sehingga testis
akan lebih hangat, dan jika suhu
terlalu panas scrotum akan mengembang. Suhu rata-rata
testes di dalam scrotum
2,2 derajat celcius. Di dalam testes
terdapat saluran halus
yang disebut saluran penghasil
sperma (tubulus seminiferus) tempat
terjadinya proses spermatogenesis. Dinding sebelah dalam saluran tersebut
terdiri dari jaringan epitelium dari jaringan ikat. Di jaringan epitelium terdapat;
·
Sel induk sperma
(spermatogonium), yaitu calon sperma
·
Sel
Sartoli yang berfungsi memberi makan pada sperma
·
Sel Leydig yang
berfungsi menghasilkan hormon
testoteron
2.
Vas eferentia
Saluran ini berjumlah 10-15 buah yang akan membawa spermatozoa dari
testes menuju epididimis
3.
Epididimis
Berjumlah 2 buah,
di dalam scrotum kiri dan kanan. Saluran ini
berfungsi untuk proses
pematangan spermatozoa, sehingga
dapat bergerak dengan flagelnya (bersifat motil), serta memberikan
nutrisi pada spematozoa dalam perjalannya menuju
vas diferentia. Saluran
epididimis bentuknya berkelok-kelok rapat sekali
yang panjangnya 20 kaki ( ± 6 meter).
4.
Vas diferentia
Berjumlah 2 buah
di sebelah kiri dan kanan. Panjangnya ± 45 cm,
seperempatnya berada dalam scrotum. Vas diferentia ke luar dari
scrotum bersama-sama pembuluh
darah, pembuluh limfe dan serabur
saraf membentruk satu berkas
yang disebut funiculus spermaticus
(talimani), dan melalui canalis inguinalis masuk ke rongga
tubuh (abdomen). Spermatozoa yang telah matang mampu bergerak 2-4 mm per menit, dan sepanjang vas eferentia
ditempuhnya dalam waktu 21 hari barulah
sampai di ampula yang telah matang
mampu bergerak 2-4 mm
per menit, dan sepanjang vas eferentia ditempuhnya
dalam waktu 21 hari barulah sampai di amula di dalam
ampula yang merupakan
pelebaran dari vas eferentia,
spermatozoa beristirahat serta memulihkan tenaganya
dengan nutrisi fruktosa daan zat gisi lain yang terkandung dalam sekrit
kelenjar vesica seminalis yang ductusnya bermuara dalam ampula.
5.
Ductus Ejukulatus
Berjumlah 2 buah. Berfungsi untuk
menyalurkan sperma saat ejakulasi ke
dalam saluran uretra. Ke dua
saluran ini ujung bersatu dan bermuara di uretra tepat dibawah
kelenjar prostat.
6.
Saluran Uretra
Berjumlah 1 buah. Berfungsi untuk
menyalurkan semen dan saluran urine. Saluran ini terletak dalam batang
penis di bagain bawah di kelilingi oleh korpus spogiosum.
Kelenjar kelamin pria
1.
Vesicula Seminalis
Merupakan
sepasang kelenjar yang terletak diantara kantong kemik dengan rectum.
Masing-masing kelenjar ini panjangnya 5
cm. Komposisi sekrit kelenjar ini terdiri dari fruktosa dan zat gizi lain
khususnya vitamin C, Prostagladin, flavinx, fosforilkolin dan ergotionein.
Prostagladin memiliki fungsi membantu mengencerkan lendir
pekat yang menutupi lubang
di leher rahim, agar mudah
diterobos oleh gerakan spermatozoa, menyebabkan kontraksi otot secara
ritmis dan serentak dalam vagina, uterus, serta tuba fallopi ke
arah dalam (menimbulkan daya sedot). Keadaan ini terjadi pada waktu wanita mengalami orgamus, yang mampu meningkatkan pergerakan
spermatozoa beberapa kali
lipat. Fibrinogen berfungsi untuk mengumpulkan cairan semen sehingga dapat disemprotkan lebih jauh
pada waktu ejakulasi. Sekrit kelenjar
ini menyumbangkan ± 60 % dari
keseluruhan cairan semen. Sedangkan
sisanya 5 % sekrit kelenjar Litteri dan kelenjar Cowper, dan 5 % lagi
disumbangkan oleh sekrit testes (berupa spermatozoa) serta sekrit epididimis.
2.
Kelenjar Prostat
Berjumlah
sebuah yang ukurannya 4x2x3 cm terletak dibawah
vesica urinaria (kantung kemih). Sekret
kelenjar ini menyumbang 30 % dari seluruh
cairan semen. Komposisi sekret
kelenjar prostat terdiri dari NaHCO3, asam fosfat, asam
sitrat, kolesterol, Ca, Zn, Mg, Spermin, Inositol, Fosfolipid dan enzim.
Enzim seminim dan fibrinolisin ejakulasi
di dalam vagina wanita sehingga spermatozoa
bebas bergerak. Warna sekret
kelenjar prostat keputihan seperti air susu, dan baunya seperti air jeruk (asam sitrat).
3.
Kelenjar
Cowperi (kelenjar Bulfouretra)
Bermuara 2 buah,
terletak di kiri dan kanan bulbo
penis serta bermuara
di uretra. Kelenjar ini
berfungsi menghasilkan secret seromucous
(lendir agak kental) yang alkalis (NaHCO3) untuk menetralkan asam
yang ada dalam saluran
uretra pria atau vagina wanita.
4.
Kelenjar
litteri
Terletak
pada dinding saluran uretra,
berukuran kecil-kecil dan menghasilkan cairan
serous (lendir cair) yang
berfungsi untuk melumasi gland penis pada saat
ereksi yang disebabkan oleh rangsangan yang kuat.
Spermatogenesis
Sperma dihasilkan oleh tubulus
seminiferus yang memiliki panjang 250 cm dalam testes. Sel-sel yang berada di
tubulus seminiferus berupa sel germinal dengan bermacam-macam tahap
perkembangan dan sel Sertoli yang memberikan dukungan penting pada
spermatogenesis. Spermatogenesis adalah proses kompleks sel germinal prmordial
spermatogonia (46 kromosom) berproliferasi dan dikonversi menjadi spermatozoa
motil (23 kromosom). Prosesnya memerlukan waktu 64 hari dengan 3 tahap: mitosis,
meiosis, dan spermiogenesis. Spermatozoa memiliki 4 bagian, yaitu kepala,
akrosom, midpiece, dan ekor. Kepala terdiri dari nukleus yang terdapat
informasi genetik. Akrosom adalah vesikel pada kepala yang terdapat enzim yang
digunakan untuk penetrasi sperma. Akrosom dibentuk dengan agregasi vesikel
dihasilkan oleh retikulum endoplasmik/ kompleks golgi. Mobilitas spermatozoa
dapat terjadi karena adanya ekor yang panjang yang tumbuh dari sentriol.
Pergerakan ekor terjadi hasil dari pergerakan mikrotubul yang menggunakan
energi (ATP) dari mitokondria yang berada pada bagian midpiece sperma.
Proses spermatogenesis ini dapat
terjadi karena dukungan dari sel Sertoli. Fungsi penting sel Sertoli selama
proses spermatogenesis antara lain:
1.
sel Sertoli membentuk
tight junction sebagai barrier spermatozoa dengan darah sehingga dapat mencegah
pembentukan antibodi yang dapat menyerang sel spermatozoa (dianggap sebagai zat
asing karena haploid, sel tubuh bersifat diploid).
2.
memberikan
makanan.
3.
sel Sertoli
berfungsi untuk memfagosit sitoplasma dari spermatid yang berubah menjadi
spermatozoa dan menghancurkan sel germinal yang rusak.
4.
sel Sertoli
membentuk lumen cairan tubulus seminiferus sehingga sperma dapat dilepaskan
dari tubulus ke epididimis untuk disimpan dan diproses lebih lanjut.
5.
sel Sertoli
mensekresi androgen-binding protein (ABP). ABP berfungsi untuk mempertahankan
testosteron tetap berada dalam tubulus seminiferus, karena testosteron berupa
lipid yang mudah keluar dari membran plasma dan meninggalkan lumen.
6.
menghasilkan
hormon inhibin sebagai umpan balik negatif yang mengontrol sekresi FSH.
Meskipun testosteron merupakan
hormon pada pria dan estrogen merupakan hormon pada wanita, namun ditemukan
sejumlah kecil estrogen yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Sejumlah kecil
testosteron dikonversi menjadi estrogen di testes oleh enzim aromatase, yang
terdistribusi dalam saluran reproduksi. Estrogen juga berada pada jaringan
adiposa. Reseptor estrogen diidentifikasi berada di testes, prostat, tulang,
dan bagian lain pada pria. Penelitian terbaru membuktikan bahwa estrogen
berperan penting dalam spermatogenesis, berkontribusi pada seksualitas normal,
dan homeostasis tulang. Mekanisme kerja estrogen belum banyak terungkap.
Demikian juga pada wanita, terdapat hormon DHEA (androgen lemah) yang
dihasilkan oleh korteks adrenal. Selain itu, sejumlah kecil testosteron
dihasilkan pada ovarium wanita.
Prostaglandin pertama kali
diidentifikasi berada di semen. Produksi dan aktifitasnya tidak hanya terdapat
di sistem reproduksi. Protaglandin berbentuk derivat 20 karbon asam lemak.
Mereka dihasilkan pada semua jaringan dari asam arakhidonat, suatu asam lemak
bagian phospholipid dalam membran plasma. Derivat asam arakhidonat yang lain
yang termasuk kategori prostaglandin antara lain: prostacyclins, thromboxanes,
dan leukotriens. Prostaglandin didesain membentuk 3 kelompok: PGA, PGE, dan PGF
dengan struktur yang bervariasi pada cincin 5 karbon pada bagian akhir. Pada sistem
reproduksi, prostaglandin berfungsi untuk meningkatkan trasnsport sperma dengan
aktifitasnya pada otot polos saluran reproduksi pria dan wanita, berperan pada
menstruasi, ovulasi, berkontribusi pada persiapan bagian plasenta ibu, dan
berkontribusi pada saat melahirkan (partus).
B.
Hormon pada Sistem Reproduksi Pria
Proses
spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu testoteron, LH
(Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon
pertumbuhan.
1.
Testoteron
Testoteron
disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus.
Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk
sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
Testosteron adalah zat androgen
utama yang disintesis dalam testis, ovarium, dan anak ginjal. Testosteron (C19H28O2)
adalah molekul yang dibentuk dari atom-atom karbon, hidrogen dan oksigen.
Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen. Penghasil utamanya
adalah testis pada jantan dan indung telur pada wanita. Sel-sel Leydig dari
testis distimulasi oleh LH untuk menghasilkan testosteron sbanyak 2,5-11 mg
sehari. Produksi testosteron mencapai puncaknya sekitar usia 25 tahun, lalu
menurun drastic pada usia 40 tahun . DHEA (dehidro-epi-androsteron) dan
androstendion merupakan prekursor testosteron yang dibentuk oleh anak ginjal.
Testosteron dihasilkan oleh hormon
LH yang dilepaskan kelenjar pituitari. Tetapi, hormon LH dikendalikan oleh testosteron
sebagaimana testosteron dikendalikan oleh LH. Saat jumlahnya di dalam darah
meningkat, molekul testosteron melakukan tekanan pada kelenjar pituitari yang
menyebabkan kelenjar itu menghentikan produksi LH. Hanya ketika jumlah
testosteron menurun produksi LH dimulai lagi. LH yang dihasilkan mengaktifkan
zakar dan memerintahkan produksi tambahan agar menaikkan jumlah testosteron.
Testosteron memiliki sejumlah
khasiat fisiologi yang penting sebagai berikut :
1. efek virilisasi. Testosteron bertanggung jawab atas ciri
kelamin pria primer dan sekunder serta memegang peranan penting dalam
spermatogenesis. Hormon ini juga berperan dalam mempenagruhi hasrat seks
(libido) dan daya ereksi (potensi).
2. efek anabol. Testosteron membnatu
meningkatkan pembentukan protein dan pertumbuhan sel-sel otot.
3.
efek tulang.
Pada anak laki-laki, selama pubertas produksi terstosteron meningkat dengan
kuat yang mengakibatkan mereka tumbuh lebih panjang dalam beberapa waktu.
Fungsi hormon testosteron antara lain:
· sebelum lahir:
maskulinisasi saluran reproduksi dan
genitalia eksterna
meningkatkan turunnya testes ke
skrotum
· pada jaringan seks spesifik:
meningkatkan pertumbuhan dan
maturasi sistem reproduksi pada saat puber
penting untuk spermatogenesis
mempertahankan saluran reproduksi remaja seluruhnya
· bagian reproduksi lain:
mengontrol perkembangan seks pada pubertas
mengontrol sekresi hormon gonadotropin.
· dampak pada karakteristik seksual
sekunder:
menginduksi
pola pertumbuhan rambut pria (seperti: jenggot)
menyebabkan suara menjadi lebih
dalam karena mengecilnya tali vokal
meningkatkan pertumbuhan otot yang
bertanggung jawab pada konfigurasi tubuh pria
· pada organ non reproduksi:
menghasilkan efek anabolik protein
meningkatkan pertumbuhan tulang pada
pubertas dan kemudian menutup lempeng epifisis
menginduksi perilaku agresif.
2.
LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi
oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig
untuk mensekresi testoteron.
3.
FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga
disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi
sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma
(spermiasi) tidak akan terjadi.
4.
Estrogen
Estrogen
dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga
mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan
estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua
hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
5.
Hormon Pertumbuhan
Hormon
pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon
pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
6.
DHEA
Disekresi dari retikularis kelenjar
adrenal. Sinyal pensekresi berupa ACTH. Dehidroepiandrosteron mempunyai bebrapa
fungsi yaitu dalam berbagai efek protektif, merupakan androgen lemah, dapat dikonversi
menjadi estreogen, menghambat enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6-PDH),
dan juga mengatur koenzim NAD+.
7.
17-estradiol
Disekresi dari folikel ovarium,
korpus luteum (sel sertoli). Sinyal pensekresi berupa FSH. Estradiol berfungsi
pada wanita untuk mengatur sekresi gonadotropin pada siklus ovarian dan pada
laki-laki untuk umpan balik negatif pada sintesis testesteron oleh sel Leydig.
Penentuan Jenis Kelamin Anak Hasil
Fertilisasi
Pembentukan jenis kelamin anak hasil
fertilisasi tergantung ada atau tidak adanya determinan maskulin selama periode
kritis perkembangan embrio. Perbedaan terbentuknya anak dengan jenis kelamin
pria atau wanita dapat terjadi setelah melalui 3 tahap, yaitu tahap genetik,
gonad, dan fenotip (anatomi) seks. Tahap genetik tergantung kombinasi genetik
pada tahap konsepsi. Jika sperma yang membawa kromosom Y bertemu dengan oosit,
terbentuklah anak laki-laki, sedangkan jika sperma yang membawa kromosom X yang
bertemu dengan oosit, maka yang terbentuk anak perempuan. Selanjutnya tahap
gonad, yaitu perkembangan testes atau ovarium. Selama bulan pertama gestasi,
semua embrio berpotensi untuk menjadi pria atau wanita, karena perkembangan
jaringan reproduksi keduanya identik dan tidak berbeda. Penampakan khusus gonad
terlihat selama usia 7 minggu di dalam uterus, ketika jaringan gonad pria
membentuk testes di bawah pengaruh sex-determining region kromosom Y (SRY),
sebuah gen yang bertanggung jawab pada seks determination. SRY menstimulasi
produksi antigen H-Y oleh sel kelenjar primitif. Antigen H-Y adalah protein
membran plasma spesifik yang ditemukan hanya pada pria yang secara langsung
membentuk testes dari gonad. Pada wanita tidak terdapat SRY, sehingga tidak ada
antigen H-Y, sehingga jaringan gonad baru mulai berkembang setelah 9 minggu
kehamilan membentuk ovarium.
Tahap fenotip tergantung pada tahap genetik dan gonad.
Diferensiasi membentuk sistem reproduksi pria diinduksi oleh androgen, hormon
maskulin yang disekresi oleh testes. Usia 10-12 minggu kehamilan, jenis kelamin
secara mudah dapa dibedakan secara anatomi pada genitalia eksternal.
Meskipun perkembangan genitalia
eksterna pria dan wanita tidak berbeda pada jaringan embrio, tetapi tidak pada
saluran reproduksi. Dua sistem duktus primitif, yaitu duktus Wolffian dan
Mullerian menentukan terbentuknya pria atau wanita. Pada pria duktus Wolffian
berkembang dan duktus Mullerian berdegenerasi, sedangkan pada wanita duktus
Mullerian yang berkembang dan duktus Wolffian berdegenerasi. Perkembangannya
tergantung ada atau tidak adanya dua hormon yang diproduksi oleh testes fetus
yaitu testosteron dan Mullerian-inhibiting factor. Testosteron mengiduksi
duktus Wolffian menjadi saluran reproduksi pria (epididimis, duktus deference,
duktus ejakulatorius, dan vesika seminalis). Testosteron diubah menjadi
dihydrotestosteron (DHT) yang bertanggung jawab membentuk penis dan skrotum.
Pada wanita, duktus Mullerian berkembang menjadi saluran reproduksi wanita
(oviduct, uterus, dan vagina), dan genitalia eksterna membentuk klitoris dan
labia.
Kadang-kadang terjadi ketidakcocokan
antara genetik seks dengan penampakan seks setelah pubertas yang menghasilkan
dampak psikologis traumatik gender krisis identitas. Contoh: Maskulinisasi
genetik wanita dengan ovarium, tetapi memiliki genitalia eksterna pria, yang
pada masa pubernya terjadi pembesaran payudara. Dengan demikian penting sekali
diagnosis jenis kelamin pada bayi baru lahir.
C.
Kesehatan Reproduksi Pria
Kesehatan reproduksi secara umum didefinisikan sebagai kondisi
sehat dari sistem. Dengan pengetahuan
yang cukup tentang kesehatan reproduksi, diharapkan remaja dapat memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung mengenai proses
reproduksi pada dirinya
Pengetahuan dasar yang harus
dimiliki agar seseorang,
khususnya remaja memiliki kesehatan reproduksi
adalah ;
1. mengenal
sistem, proses dan fungsi organ reproduksi
2. bahaya narkoba
dan miras pada kesehatan reproduksi
3. penyakit menular seksual/HIV
4. perlu
mendewasakan usia perkawinan, merencanakan
dan mengatur kehamilan
5. memperkuat
keyakinan dan kepercayaan pada ajaran
agama serta terbuka dalam hal
berkomunikasi dalam masalah kesehatan
reproduksi.
Andrologi Klinik
Andrologi Klinik adalah
proses pemeriksaan dalam labolatorium
untuk mengetahu seorang proa dalam
keadaan fertil atau steril yang dilakukan dengan menyelidiki cairan semen. Semen yang dikeluarkan pria pada waktu ejakulasi terdiri
atas spermatozoa dan plasma
semen.
Plasma semen merupakan gabungan sekrit beberapa
kelenjar epididimis, vas diferentia. Vesica seminalis, kelenjar prostat,
kelenjar cowper dan kelenjar listteri.
Plasma ini penting artinya dalam
menentukan semen pria yang sufertil (kurang subur).
Spermatozoa manusia
panjangnya sekitar 50 mikron, terdiri
atas kepala, leher dan ekor (flagelum). Bentuk kepala lonjong dan mengandung inti, ujungnya mengandung
(corona penetraling Enzyme). Semua enzim tersebut berguna dalam penetrasi spermatozoa ke dalam sel telur. Bagian tengah/leher
terdapat mitokondria tempat
berlangsungnya aksodasi sel untuk membentuk energi sehingga sperma dapat bergerak aktif. Sedangkan ekor sebagai alat gerak sperma agar mencapai
ovum.
Analisis semen yang normal
biasanya mempunyai komposisi sebagai berikut:
1.
volume
semen sekali ejakulasi : 2-5 ml
2.
konsentrasi sel spermatozoa : 20 Juta/ml
3.
jumlah sel
spermatozoa : 50-400 juta
per ejakulasi
4.
persentase
sel spermatozoa motil :
50 %
5.
persentase
bentuk sel spermatozoa yang : 60 %
Selain itu
perlu juga dilakukan pemeriksaan terhadap hal-hal lain untuk menentukan
fertilasi seorang pria sebagai berikut:
1. keadaan penis
harus dapat berereksi secara
penuh
2. keadaan konsentrasi hormon testoren harus normal, sebab libido
seksualitas pria terhadap wanita ditentukan oleh hormon ini
3. tidak menderita penyakit kelamin
4.
pada ejakulasi ereksi minimal 5 cm dari ujung penis.
Andropause pada pria
Male menopause atau late-onset
hypogonadism dialami 2% pria setengah baya. Pria yang mengalami menopause
biasanya mempunyai kadar testosteron rendah yang dikaitkan dengan ereksi pagi
yang buruk, gairah seks rendah dan disfungsi ereksi.
Hormon testosteron pria menurun
sekitar 1-15 % per tahun, dimulai pada usia 45 tahun. Meski menopause pada pria
bisa terjadi, menopause pada pria bisa dibilang langka. Kadar testosteron
rendah ini juga terkait dengan simptom lain seperti depresi, lelah, dan tak
bisa berhubungan intim. Selain itu juga terdapat simptom yang tidak terkait
dengan testosteron rendah. Simptom antara lain terdiri dari gangguan pola
tidur, konsentrasi buruk, merasa tidak berharga dan merasa sangat cemas.
Namun jangan salah mengistilahkan
male menopause, karena artinya bisa menyesatkan, menganggap bahwa semua pria
akan mengalaminya. Penurunan testosteron pada pria tua benar-benar alamiah dan
proses normal yang akan dialami pria ketika menua.
1.
Penyebab
menopause pada pria / andropause adalah :
a. Faktor lingkungan. Bisa berupa
pencemaran/ polusi lingkungan, pengaruh bahan kimia (termasuk bahan pengawet
makanan, limbah), kurang tersedianya air bersih, suasana lingkungan,
kebisingan, ketidaknyamanan tempat tinggal, diet, dan pola makan.
b.
Faktor
organik. Perubahan hormon, seperti testosteron, DHEA (dehydroepiandrosteron),
DHEA-S (Dehydroepiandrosteron Sulfat), melatonin, GH (Growth Hormone), IGF-1
(Insulin-like Growth Factor-1), prolaktin.
c.
Faktor
psikogenik. Misalnya: stres psikis dan fisik, pensiun, tujuan hidup yang tak
realistis, penolakan terhadap kemunduran tubuh, kemampuan berpikir, disertai
perasaan takut (takut: tua, ditinggalkan istri, pendapatan berkurang, sakit,
mati).
d.
Terlalu
banyak lemak meningkatkan kadar estrogen yang menurunkan kadar testosteron,
sebagai hasilnya hubungan seksual Anda akan menderita kinerja rendah dan
dorongan seks dan libido berkurang.
2.
Gejala pria
yang akan mengalami menopause adalah:
a.
Produksi
testosteron melemah
Produksi testosteron semakin melemah seiring dengan berbagai
penyakit yang menemani masa andropause pada pria. Penyakit seperti depresi,
obesitas, atau kondisi lain mempengaruhi produksi testosteron. Bedanya, saat
menopause wanita kehilangan hormon estrogen secara total, dan kesempatan
mendapati anak mulai berkurang. Andropause pada pria tidak lantas berarti
produksi testosteron berhenti total. Meski menunjukkan gejala endropause, saat
usia semakin menua pria masih bisa memiliki anak.
b.
Tubuh panas
dingin
Sama seperti gejala pada wanita, pria juga mengalami
panas-dingin. Tubuh panas dan berkeringat secara esktrem, lalu mulai dingin.
Gejala ini diikuti dengan pusing dan mual. Gejala seperti ini hanya bertahan
beberapa menit, dan terjadi dalam 2 hingga 4 jam.
c.
Perubahan
mood
Perubahan mood merupakan hasil dari fluktuasi pada hormon
saat menopause. Hormon mempengaruhi level serotonin dalam otak, yang kemudian
mempengaruhi mood. Mood akan positif dengan jumlah serotonin yang tinggi, dan
menjadi negatif jika levelnya sedikit. Perubahan mood pada pria memang tidak
terlalu intens seperti pada wanita. Meski begitu, mood pada pria bisa terlihat
berubah saat merespons kondisi tertentu. Bahkan gejala seperti ini jika
bertahan lama akan menjadi depresi.
d.
Mudah lupa
Kemampuan konsentrasi dan mengingat akan berkurang saat pria
memasuki masa andropause, meskipun tidak ada hubungan yang jelas antara tingkat
hormon dengan penurunan memori.
Kombinasi gejala panas-dingin, perubahan mood, penurunan
libido dan berat badan, merupakan gejala andropause yang mengarah kepada stres
dan penurunan kemampuan mentalitas. Cepat lupa, misalnya, namun ini juga
terkait dengan usia. Namun hanya karena lupa menyimpan kunci, misalnya, bukan
berarti lantas dikatakan andropause.
e.
Gairah seks
menurun
Gejala paling umum dari andropause adalah penurunan libido.
Hampir 80 persen pria mengalami gejala ini. Perawatan medis bisa mengatasi
disfungsi ereksi yang disebabkan andropause ini.
Penyakit pada organ reproduksi pria
a. Hipogonadisme, merupakan penurunan fungsi testis
yang disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan
estrogen. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi, dan tidak adanya
tanda-tanda kepriaan. Penanganannya dapat dilakukan dengan terapi hormon.
b. Kriptorkidisme, merupakan kegagalan dari satu atau
kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam scrotum pada waktu bayi.
Penangannya dapat dilakukan dengan pemberian hormon human chorionic
gonadotropin untuk merangsang testoteron.
c. Uretritis, peradangan uretra dengan gejala
rasa gatal pada penis dan sering buang air kecil. Penyebabnya adalah Chlamydia
trachomatis, Ureplasma urealyticum, atau
virus herpes.
d. Prostatitis, merupakan peradangan prostat.
Penyebabnya adalah bakteri Escherichia coliataupun bukan bakteri.
e. Epididimitis, merupakan infeksi yang sering
terjadi pada saluran reproduksi pria. Penyebabnya adalah E. coli dan Chlamydia.
f. Anorkidisme adalah penyakit dimana testis hanya
bejumlah satu atau tidak ada sama sekali.
g. Hyperthropic prostat adalah pembesaran kelenjar prostat
yang biasanya terjadi pada usia-usia lebih dari 50 tahun. Penyebabnya belum
jelas diketahui.
h. Hernia inguinalis merupakan protusi/penonjolan isi
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.
i. Kanker testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di
dalam testis (buah zakar), yang bisa menyebabkan testis membesar atau
menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung zakar).
j. Impotensi yaitu ketidakmampuan ereksi ataupun
mempertahankan ereksi penis pada pada hubungan kelamin yang normal.
k. Infertilitas (kemandulan) Yaitu ketidakmampuan menghasilkan
ketururan. Infertilitas dapat disebabkan faktor di pihak pria maupun pihak
wanita. Pada pria infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan
mengfertilisasi ovum. Hal ini dapat disebabkan oleh:
Ø Gangguan spermatogenesis, misalnya karena testis terkena
sinar radio aktif, terkena racun, infeksi, atau gangguan hormon
Ø Tersumbatnya saluran sperma
Ø Jumlah sperma yang disalurkan terlalu sedikit
l. Orkitis, merupakan peradangan pada testis
yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan
infertilitas. Kelainan ini dialami oleh laki-laki, yaitu suatu keadaan penis
yang tidak dapat melakukanereksi (tegang), sehingga sulit untuk
melakukan kopulasi (fertilisasi). Biasanya impotensi disebabkan oleh
faktor hormonal, yaitu terhambatnya fungsi hormon reproduksi, bisa juga
disebabkan oleh faktor psikologis atau
emosional seseorang.
m. Gonorhoe (kencing nanah) Penyakit gonorhoe adalah penyakit
kelamin yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit
kelamin ini bisa menular melalui seks bebas. Gejalanya adalah keluar cairan
berwarna putih, rasa nyeri pada saat buang air kecil, pada pria mulut uretra
bengkak dan agak merah.
n. Sifilis (Raja singa) Penyakit sifilis disebabkan oleh
bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini menular melalui hubungan
seksual. Gejala yang timbul adalah luka pada kemaluan, bintik atau bercak merah
di tubuh, kelainan saraf, jantung, pembuluh saraf, dan kulit.
o. Kanker Prostat Kanker prostat adalah kanker yang
menyerang kelenjar prostat pada pria. Kanker ini menyebabkan sel-sel dalam
kelenjar prostat tumbuh abnormal dan tidak terkendali. Kanker prostat biasanya
menyerang pria usia 60 tahun ke atas.
p. Herpes
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
herpes. Gejalanya tidak tampak secara langsung. Umumnya, ditandai dengan
timbulnya bintik-bintik merah, rasa sakit ketika urinasi, clan (buang air
kecil) gatal-gatal di sekitar alai kelamin. Lama-kelamaan, penyakit ini dapat
membuat kelelahan pada otot dan menyerang jaringan saraf pusat.
q. HIV/AIDS Tentu Anda sudah tidak asing lagi
dengan penyakit AIDS. Banyak orang menghubungkan penyakit AIDS dengan kondisi
tubuh yang menjadi kurus dan bercak-bercak merah, padahal hal tersebut belum
tentu benar, penyakit AIDS hanya dapat menyebar melalui kontak cairan tubuh
secara langsung, seperti transfusi darah dan hubungan seksual. AIDS akan
menyerang sistem kekebalan tubuhsehingga dalam waktu yang lama, penderita tidak
memiliki sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, penderita dapat terbunuh oleh infeksi
penyakit ringan, seperti flu atau tifus.
Pencegahan untuk mencegah penyakit
pada reproduksi pria
Sistem reproduksi pria juga perlu
dijaga untuk mencegah infertilitas (ketidaksuburan). Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk menjaga kesehatan pada sistem reproduksi pria adalah sebagai
berikut:
1. melakukan pemeriksaan organ
reproduksi secara rutin agar kelainan dapat segera ditangani lebih awal.
2. melindungi testis selama
beraktifitas, misalnya dengan tidak menggunakan pakaian teralu ketat sehingga
testis tidak kepanasan.
3. mengurangi kebiasaan mandi dengan
air panas. Temperatur yang sejuk diperlukan untuk perkembangan sperma.
4. menjalankan pola hidup sehat,
seperti mengkonsumsi makanan bergizi, cukup olahraga, menghindari penyakit
menular seksual, dan menciptakan ketenangan psikis.
5. menghindari minuman berakohol dan
rokok.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem
reproduksi pria terdiri dari organ reproduksi luar dan reproduksi dalam. Organ
reproduksi luar terdiri dari penis (zakar) dan skrotum. Organ reproduksi dalam
terdiri dari testis, vas eferentia, epididimis, vas diferentia, ductus
ejaculatorius, dan saluran uretra. Kelenjar pada reproduksi pria antara lain
vesicula seminalis, kelenjar prostat, kelenjar cowperi, dan kelenjar litteri.
Hormon pada reproduksi pria yakni testeron, LH, FSH, estrogen, hormon
pertumbuhan, DHEA, dan 17-estradiol. Gangguan penyakit yang dapat menyerang
sistem reproduksi pria antara lain Hipogonadisme,
Kriptorkidisme, Uretritis, Prostatitis,
Epididimitis, Anorkidisme, Hyperthropic prostat, Hernia inguinalis, Kanker testis, Impotensi, Infertilitas (kemandulan), Orkitis,
Sifilis (Raja Singa), Gonorhoe (kencing
nanah) , Kanker Prostat ,
Herpes, HIV/AIDS
Saran
Pengetahuan mengenai seks &
seksualitas hendaknya dimiliki oleh semua orang. Dengan pengetahuan yang
dimiliki diharapkan orang tersebut akan dapat menjaga alat reproduksinya untuk
tidak digunakan secara bebas tanpa mengatahui dampaknya, Pengetahuan yang
diberikan harus mudah dipahami, tepat sasaran, dan tidak menyesatkan. Dengan
demikian orang tersebut akan dapat menghadapi rangsangan dari luar dengan cara
yang sehat, matang dan bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Harper, Rodwell, Mayes, 1977, Review
of Physiological Chemistry www.organreproduksipria.com
http://www.organ+reproduksi.com http://organreproduksipadapria.com
Kadaryanto et al. 2006.20. Biologi
2. Yudhistira, Jakarta
Saktiyono. 2004. 86-93, 96, 98.Sains
: Biologi SMP 3. Esis-Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tim IPA SMP/MTs. 2007.14. Ilmu
Pengetahuan Alam 3. 15-18. Galaxy Puspa Mega, Jakarta.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment