MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA
MAKALAH PEREKONOMIAN
INDONESIA
“Sejarah Perkembangan
Perekonomian Indonesia”
DOSEN MK : Akbar Sabani., ME.I.
Disusun Oleh :
Kelompok II
Nirmalasari N. : 15 0401 0112
Nursari :
15 0401 0104
Masdar :
15 0401 0129
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN
AKADEMIK 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Perlu diketahui bahwa pola dan proses
dinamika pembangunan ekonomi di suatu Negara sangat ditentukan oleh banyak
factor, baik internal (domestik) maupun eksternal (global). Faktor-faktor
internal, diantaranya adalah kondisi fisik (termasuk iklim), lokasi geografi,
jumlah dan kualitas sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang
dimiliki, kondisi awal ekonomi, social dan budaya, sistem politik serta peran
pemerintah di dalam ekonomi. Sedangkan, faktor-faktor eksternal di antaranya
adalah perkembangan teknologi, kondisi perekonomian dan politik dunia, serta
keamanan global.
Akan tetapi, untuk dapat memahami
sepenuhnya sifat proses dan pola pembangunan ekonomi di suatu Negara serta
kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya selama kurun waktu tertentu atau untuk
memahami kenapa pengalaman suatu Negara dalam membangun ekonominya berbeda
dengan Negara lain, maka perlu juga diketahui sejarah ekonomi dari Negara itu
sendiri. Maka melalui tugas ini kami ingin mengetahui tentang “Perekonomian
Indonesia Pada Masa Transisi dan Reformasi”.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
system perekonomian Indonesia pada masa transisi?
2. Bagaimana
system perekonomian Indonesia pada masa reformasi?
C.
Tujuan
Dengan
adanya makalah ini, diharapkan agar bisa memberikan penjelasan mengenai system
perekonomian baik pada masa transisi maupun pada masa reformasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sistem
Perekonomian Masa Transisi
1. Perekonomian Indonesia Masa Transisi
Pada
awalnya, pemerintahan yang dipimpin Presiden Soeharto akhirnya digantikan oleh
wakilnya, yakni B.J. Habibie. Walaupun, Soeharto sudah turun dari jabatannya
tetap saja tidak terjadi perubahan-perubahan nyata karena masih adanya
korupsi,kolusi dan nepotisme (KKN) sehingga pada masa Presiden Habibie
masyarakat menyebutnya pemerintahan transisi. Keadaan sistem ekonomi Indonesia
pada masa pemerintahan transisi memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Kegoncangan terhadap rupiah terjadi
pada pertengahan 1997, pada saat itu dari Rp 2500 menjadi Rp 2650 per dollar
AS. Sejak masa itu keadaan rupiah menjadi tidak stabil.
b. Krisis rupiah akhirnya menjadi
semakin parah dan menjadi krisis ekonomi yang kemudian memuncuilkan krisis politik
terbesar sepanjang sejarah Indonesia.
Pada awal pemerintahan yang dipimpin oleh Habibie disebut pemerintahan
reformasi. Namun, ternyata pemerintahan baru ini tidak jauh berbeda dengan
sebelumnya, sehingga kalangan masyarakat lebih suka menyebutnya sebagai masa
transisi karena KKN semakin menjadi, banyak kerusuhan.
2. Tujuan Ekonomi Pada Masa Transisi
Kebijakan
ekonomi tentunya mengacu pada tindakan sebuah kebijakan pemerintah dalam
mengambil kebijakan atau keputusan di bidang ekonomi, kebijakan ini dapat pula
mencakup di dalamnya sistem untuk menetapkan sistem perpajakan, suku bunga dan
anggaran pemerintah serta pasar tenaga kerja, kepemilikan nasional, dan otonomi
daerah dari intervensi pemerintah ke dalam perekonomian.
Kebijakan
ekonomi merupakan seperangkat perencanaan yang mengacu pada tindakan,
pernyataan, dan pengaturan yang dibuat oleh pemerintah dalam mengambil
keputusan di bidang ekonomi dan menyangkut kepentingan umum. Semua kebijakan
ekonomi yang dibuat oleh pemerintah pasti memiliki tujuannya masing-masing,
diantaranya:
a.
Untuk mengontrol lajunya pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan;
b.
Untuk meningkatkan kenaikan standar hidup rata-rata dan;
c.
Inflasi rendah.
Terkadang
kebijakan semacam ini sering dipengaruhi juga oleh lembaga-lembaga
internasional seperti International Monetary Fund atau Bank Dunia serta
keyakinan politik dari pihak-pihak yang memegang kekuasaan Negara saat itu.
Tujuan
Kebijakan Ekonomi, yaitu:
a.
Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Tujuan ini dapat dicapai dengan
bertambahnya kuantitas dan kualitas factor-faktor produksi dalam jangka panjang
seperti tenaga kerja, modal dan teknologi, sehingga kapasitas produksi nasional
terus dapat ditingkatkan.
b.
Mewujudkan keadaan ekonomi yang stabil.
Keadaan
ekonomi yang stabil dapat dicapai dengan kestabilan tingkat pendapatan dan
penggunaan tenaga kerja yang penuh. Kekurangan pengeluaran agregat merupakan
faktor yang terpenting yang menimbulkan keadaan tersebut. Kebijakan-kebijakan
pemerintah yang berusaha menambah pengeluaran agregat biasanya hanya mampu
mengurangi pengangguran tetapi tidak selalu dapat mencapai kegiatan
perekonomian pada penggunaan tenaga kerja.
c.
Menghindari inflasi.
Tingkat inflasi dapat dikendalikan
dengan menjaga kestabilan dalam tingkat harga, kestabilan ekspor dan impor yang
menjamin keamanan neraca pembayaran.
d. Penggunaan tenaga kerja penuh tanpa
inflasi.
Dua tujuan ini sulit diciptakan
sekaligus karena bagaikan dua sisi mata uang, apabila kebijakan pemerintah
meningkatkan pengeluaran mungkin dapat meningkatkan kesempatan kerja tetapi
tidak dapat menjamin stabilnya harga-harga. Sebaliknya, jika kebijakan
pemerintah mengurangi pengeluaran memang dapat menekan inflasi tetapi tidak
dapat mengatasi masalah pengangguran.
e.
Neraca pembayaran yang tidak defisit.
Sumber defisit neraca pembayaran
Indonesia adalah pada neraca transaksi berjalan dari jasa dan lalu lintas
modalnya minus. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan pemerintah di sektor
keuangan dan perdagangan yang dapat menggairahkan ekspor dan investasi luar
negeri.
f.
Mewujudkan pemerataan dan keadilan pembangunan.
Jika pembangunan ekonomi dan
hasil-hasilnya terdistribusi secara adil ke semua golongan masyarakat maka
kemakmuran dapat dicapai. Namun jika tidak tercapai keadilan, maka akan muncul
berbagai gejolak seperti tuntutan pelaksanaan otonomi khusus dan keinginan
sebagian daerah untuk merdeka.
3. Peran Pemerintah Dalam Menghadapi Kebijakan
Ekonomi Masa Transisi
Adapun
peran pemerintah dalam menghadapi masa transisi yaitu, pemerintah mempunyai
peranan untuk mengatur, memperbaiki atau mengarahkan aktivitas ekonomi dari
pemerintah maupun sektor swasta. Seperti yang tercantum dalam UUD Pasal 33 Ayat
1,2 dan 3. Oleh karena itu perkembangan dan kemajuan pembangunan suatu Negara
tergantung kepada peranan pemerintah dalam mengatur negaranya termasuk di
dalamnya adalah perekonomian. Dalam perekonomian masa transisi, peranan pemerintah
dapat diklasifikasikan dalam fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi
stabilitas.
B.
Sistem
Perekonomian Masa Reformasi
Reformasi dapat diartikan sebagai
pembaharuan ajaran agama Nasrani. Dalam bahasa Inggris disebut “Reformation”.
Pembaharuan ini dipelopori oleh Martin Luther, lahir di kota Eisleben, Jerman
pada tanggal 10 Nopember 1483. Atau dapat diartikan sebagai Reformasi merupakan
suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional.
Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum,
sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan,
persamaan, dan persaudaraan.
Gerakan reformasi lahir sebagai
jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi kehidupan. Krisis politik,
ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktorfaktor yang mendorong
lahirnya gerakan reformasi. Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu
indikator yang menentukan. Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh
ditawar- tawar lagi dan karena itu, hampir seluruh rakyat Indonesia mendukung
sepenuhnya gerakan reformasi tersebut.
Dengan semangat reformasi, rakyat
Indonesia menghendaki adanya pergantian kepemimpinan nasional sebagai langkah
awal menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Pergantian
kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki kehidupan politik, ekonomi,
hukum, sosial, dan budaya. Indoenesia harus dipimpin oleh orang yang memiliki
kepedulian terhadap kesulitan dan penderitaan rakyat. Pasca runtuhnya rezim
politik Orde Baru-nya Suharto yang otoriter di tahun 1998. Indonesia, kemudian
memasuki masa Reformasi, yang lantas disebut juga Orde Reformasi.
Keadaan bersejarah bangsa Indonesia ini
membawa dampak perubahan yang besar pada bidang politik, sosial, ekonomi
Indonesia. Masa pasca ekonomi merupakan jaman yang menantang dan menguji
masyarakat bangsa Indonesia.
1. Keadaan Ekonomi Pada Zaman B.J. Habiebie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
a.
Keadaan
ekonomi pada zaman B.J. Habiebie
Presiden BJ Habibie adalah presiden pertama di era
reformasi. Dalam periode awal menjabat presiden beliau masing dianggap berbau
rezim Orde Baru dan kepanjangan dari tangan Soeharto, maklum dia adalah salah
satu orang yang paling dekat dan di percaya oleh Soeharto. Sejak krisis moneter
yang melanda Indonesia pada pertengahan tahgun 1997, perusahaan perusahaan
swasta mengalami kerugaian yang tidak sedikit, bahkan pihak perusahaan
mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya untuk membayar gaji dan upah pekerjanya.
Keadaan seperti ini menjadi masalah yang cukup berat karena disatu sisi
perusahaan mengalami kerugaian yang cukup besar dan disisi lain para pekerja
menuntut kenaikan gaji. Tuntutan para pekerja untuk menaikkan gaji sangat sulit
dipenuhi oleh pihak perusahaan, akhirnya banyak perusahaan yang mengambil
tindakan untuk mengurangi tenaga kerja dan terjadilah PHK.
Kondisi perekonomian semakin memburuk, karena pada
akhir tahun 1997 persedian sembilan bahan pokok sembako di pasaran mulai
menipis. Hal ini menyebabkan harga-harga barang naik tidak terkendali.
Kelaparan dan kekurangan makanan mulai melanda masyarakat. Ini adalah kesalahan
Pemerintah Orde Baru yang mempunyai tujuan menjadikan Negara
Republik Indonesia sebagai negara industri, namun tidak mempertimbangkan
kondisi riil di Masyarakat Indonesia yang merupakan sebuah masyarakat agrasis
dan tingkat pendidikan yang tergolong masih rendah. Dan ujung-ujungnya
masyarakat miskin Indonesia menjadi bertambah dan bertambah pula beban
pemerintah dalam mendongkrak perekonomian guna meningkatkan kesejehteraan
rakyat.
b. Kebijakan yang dilakukan pada zaman B.J. Habiebie
Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan
ekonomi Indonesia, BJ Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Merekapitulasi
perbankan dan menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi
perekonomian.
2) Melikuidasi
beberapa bank bermasalah.
3) Menaikan
nilai tukar rupiah.
4) Mengimplementasikan
reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.
5) Mengesahkan
UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang
Tidak Sehat.
6) Mengesahkan
UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
2. Keadaan Ekonomi Pada Zaman Gusdur (20 Oktober 1999-23 Juli 2001)
a.
Keadaan ekonomi
pada zaman Gusdur
Pada pertengahan tahun 1999 di lakukan pemilihan
umum, yang akhirnya di menangi oleh partai demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDI-P). Partai Golkar mendapat posisi ke dua, yang sebenarnya
cukup mengejutkan banyak kalangan di masyarakat. Bulan Oktober 1999 dilakukan
SU MPR dan pemilihan presiden di selenggarakan pada tanggal 20 oktober 1999. KH
abdurrahman wahid atau di kenal dengan sebutan gus dur terpilih sebagai
presiden RI ke empat dan mega wati sebagai wakil presiden. Tanggal 20 oktober
menjadi akhir akhir dari pemerintahan transisi, dan awal dari pemerintahan Gus
Dur yang sering di sebut juga pemerintah reformasi.
Dalam hal ekonomi, dibandingkan tahun sebelumnya
(1999) kondisi perekonomian Indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan. Laju
pertumbuhan PDB mulai positif walaupun tidak jauh dari 0% dan pada tahun
2000 proses pemilihan perekonomian Indonesia jauh lebih baik lagi, dengan laju
pertumbuhan hampir mencapai 5%. Selain pertumbuhan PDB, laju inflasi dan
tingkat suku bunga (SBI) juga rendah, mencerminkan bahwa kondisi moneter di
dalam mengerti sudah mulai stabil.
b. Kebijakan yang dilakukan pada zaman Gusdur
Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman wahid pun
belum ada tindakan yang cukup berati untuk menyelamatkan Indonesia dari
keterpurukan. Kepemimpinan Abdurraman Wahid berakhir karena pemerintahannya
mengahadapi masalah konflik antar etnis dan antar agama.
3. Keadaan Ekonomi Pada Masa Megawati (23 Juli 2001-20 Oktober 2004)
a.
Keadaan ekonomi
pada masa Megawati
Pemerintahan Megawati mewarisi kondisi perekonomian
Indonesia yang jauh lebih buruk daripada masa pemerintahan Gusdur. Inflasi yang
dihadapi Kabinet Gotong Royong pimpinan Megawati juga sangat berat. Rendahnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan Megawati disebabkan antara
lain masih kurang berkembangnya investor swasta, baik dalam negeri mauoun
swasta. Melihat indikator lainnya, yakni nilai tukar rupiah, memang kondisi
perekonomian Indonesia pada pemerintahan Megawati lebih baik. Namun tahun 1999
IHSG cenderung menurun, ini disebabkan kurang menariknya perekonomian Indonesia
bagi investor, kedua disebabkanoleh tingginya suku bunga deposito.
b. Kebijakan yang dilakukan pada zaman Megawati
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasai
persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
1) Meminta
penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club
ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
2) Kebijakan
privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam periode
krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi
kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu
berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan
ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke
perusahaan asing. Megawati bermaksud mengambil jalan tengah dengan menjual
beberapa asset Negara untuk membayar hutang luar negeri. Akan tetapi, hutang
Negara tetap saja menggelembung karena pemasukan Negara dari berbagai asset
telah hilang dan pendapatan Negara menjadi sangat berkurang.
4. Keadaan Ekonomi Pada Masa SBY (20 Oktober 2004-20 Oktober 2014)
a.
Keadaan ekonomi
pada masa SBY
Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan
adalah mengurangi subsidi Negara Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan
Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat miskin akan tetapi
bantuan tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau masyarakat yang
membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana pendidikan
yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus
Bank Century yang sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai
mengeluarkan biaya 93 miliar untuk menyelesaikan kasus Bank Century ini.
Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY
mengalami perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh
pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang
terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.
Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian
Indonesia adalah efektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin
fiskal yang tinggi dan pengurangan utang Negara.Perkembangan yang terjadi dalam
lima tahun terakhir membawa perubahan yang signifikan terhadap persepsi dunia
mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain masih tetap ada.
Pertama, pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh lapisan
masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas
ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki
pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia yang hidup di bawah
garis kemiskinan.
Berikut
ini kondisi perekonomian Indonesia pada masa pemerintahan SBY dari
berbagai bidang :
1)
Politik
Di
Indonesia sendiri, selama masa pemerintahan SBY di tahun 2004-2009, sistem
kepartaian mengalami perubahan yang signifikan, dimana partai politik bebas
untuk didirikan asalkan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku,
serta tidak menyimpang dari hakikat pancasila secara universal. Masyarakat
Indonesia pun dapat memilih calon wakil rakyat pilihan mereka secara langsung,
hal tersebut tentu menunjukan apresiasi negara terhadap hak dasar bangsa secara
universal dalam konteks pembentukan negara yang demokratis.
2)
Hukum
Masalah
penegakan hukum merupakan masalah yang selama ini dianggap paling krusial.
Masalah-masalah hukum yang mulai dihadapi SBY terkait dengan bencana alam
maupun bencana akibat kesalahan manusia yang terjadi pada awal pemerintahannya,
mulai bencana tsunami di Aceh, gempa di Yogyakarta, jatuhnya pesawat Adam Air,
sampai lumpur Lapindo di Sidoarjo dan bencana akibat pembagian BLT (bantuan
langsung tunai) sebagai kompensasi BBM (bahan bakar minyak).
Kepemimpinan
SBY yang selama ini dikritik sebagai kepemimpinan yang lamban dan lemah juga
terlihat dalam beberapa kasus bertindak gamang dan terkesan mendua, bahkan satu
kasus yang sampai saat ini belum terselesaikan, yaitu kasus pembunuhan Munir,
SBY mulai bertindak kritis karena dipengaruhi oleh kegigihan dari Suciwati,
istri almarhum, yang berhasil menarik perhatian kalangan internasional.
3)
Ekonomi
Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan adalah
mengurangi subsidi Negara Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak
(BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat miskin akan tetapi
bantuan tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau masyarakat yang
membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana pendidikan
yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus Bank
Century yang sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan
biaya 93 miliar untuk menyelesaikan kasus Bank Century ini.
Tingkat
pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola pemerintahan SBY-JK relatif
lebih baik dibanding pemerintahan selama era reformasi dan rata-rata
pemerintahan Soeharto (1990-1997) yang pertumbuhan ekonominya sekitar 5%.
Tetapi, dibanding kinerja Soeharto selama 32 tahun yang pertumbuhan ekonominya
sekitar 7%, kinerja pertumbuhan ekonomi SBY-JK masih perlu peningkatan.
Pertumbuhan ekonomi era Soeharto tertinggi terjadi pada tahun 1980 dengan angka
9,9%. Rata-rata pertumbuhan ekonomi pemerintahan SBY-JK selama lima tahun
menjadi 6,4%, angka yang mendekati target 6,6%.
4)
Pendidikan
Pendidikan
merupakan hal mendasar. Pendidikanlah yang menentukan kualitas sumber daya
manusia. Kebijakan dalam bidang pendidikan diterapkan oleh kepemimpinan SBY.
Beberapa diantaranya adalah meningkatkan anggaran pendidikan menjadi 20% dari
keseluruhan APBN. Meneruskan dan mengefektifkan program rehabilitasi gedung sekolah
yang sudah dimulai pada periode 2004-2009, sehingga terbangun fasilitas
pendidikan yang memadai dan bermutu dengan memperbaiki dan menambah prasarana
fisik sekolah, serta penggunaan teknologi informatika dalam proses pengajaran
yang akan menunjang proses belajar dan mengajar agar lebih efektif dan
berkualitas.
5)
Sosial
Presiden
SBY berhasil meredam berbagai konflik di Ambon, Sampit dan juga di Aceh. Pada masa pemerintahan ini, kehidupan masyarakat mulai
menuju kepada kehidupan individualis yang mengutamakan kepentingan individu.
Hal ini dapat dilihat dengan kurangnya sosialisasi antarwarga di perkotaan.Arus
urbanisasi juga semakin marak. Namun pemerintah tidak lagi mencanangkan
transmigrasi.
Di
pemerintahan SBY juga telah dibuat undang-undang mengenai pornografi dan
pornoaksi. Namun usaha ini tidak disertai dengan penegakan hukum yang baik
sehingga tidak terealisasi.
Meski
konflik di beberapa daerah telah diredam, namun kembali muncul berbagai konflik
lagi seperti di Makassar. Bahkan baru-baru ini terjadi tawuran antar-SMA di
Jakarta yang membawa korban para pejuang jurnalistik.
6)
Budaya
Dalam
hal pelestarian budaya, di masa pemerintahan SBY terlihat jelas kemundurannya.
Terutama dengan banyaknya warisan budaya asli Indonesia yang diklaim oleh
pemerintah negara lain.
b. Kebijakan Yang Dilakukan Pada Zaman SBY
Masa kepemimpinan SBY terdapat
kebijakan yang sikapnya kontroversial yaitu:
1)
Mengurangi subsidi BBM atau dengan
kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh naiknya
harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke sektor pendidikan dan
kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
2)
Kebijakan kontroversial pertama itu
menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT)
bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan
pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.
3)
Mengandalkan pembangunan infrastruktur
massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing
dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya
Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang
mempertemukan para investor dengan kepala-kepaladaerah. Investasi merupakan
faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan
pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor,
terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi undang-undang
ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan
jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
4)
Lembaga kenegaraan KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) yang dijalankan pada pemerintahan SBY mampu memberantas
para koruptor tetapi masih tertinggal jauh dari jangkauan sebelumnya karena SBY
menerapkan sistem Soft Law bukan Hard Law. Artinya SBY tidak menindak tegas
orang-orang yang melakukan KKN sehingga banyak terjadi money politic dan
koruptor-koruptor tidak akan jera dan banyak yang mengulanginya. Dilihat dari
semua itu Negara dapat dirugikan secara besar-besaran dan sampai saat ini
perekonomian Negara tidak stabil.
5)
Program konversi bahan bakar minyak
ke bahan bakar gas dikarenakan persediaan bahan bakar minyak semakin menipis
dan harga di pasaran tinggi.
6)
Kebijakan impor beras, tetapi
kebijakan ini membuat para petani menjerit karena harga gabah menjadi anjlok
atau turun drastis.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah
menyusun makalah ini, penulis dapat menarik kesimpulan yaitu ketika Soeharto
turun dari jabatannya tetap saja tidak terjadi perubahan-perubahan nyata karena
masih adanya korupsi,kolusi dan nepotisme (KKN) sehingga pada masa Presiden
Habibie masyarakat menyebutnya pemerintahan transisi.Tujuan Kebijakan Ekonomi,
yaitu:
a. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi.
b. Mewujudkan keadaan ekonomi yang
stabil.
c. Menghindari inflasi.
d. Penggunaan tenaga kerja penuh tanpa
inflasi.
e. Neraca pembayaran yang tidak defisit.
f.
Mewujudkan pemerataan dan keadilan pembangunan.
Sedangkan pada masa pasca reformasi
menunjukkan betapa kondisi sosial, ekonomi, politik kian masuk ke dalam suatu
krisis multi-dimensional. Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa banyak
masyarakat semakin kehilangan makna atas proses demokratisasi di Indonesia, dan
karenanya semakin tidak percaya dengan proses-proses politik yang sedang
berjalan atau mengalami distrust terhadap sistem politik, kepemimpinan politik,
organisasi politik serta lembaga-lembaga politik (formal mau pun non-formal).
Kondisi ini paling tidak oleh sebagian kalangan dikuatirkan akan menuju
stagnasi politik, dengan demikian projek reformasi pun akan gagal, yang
ujungnya akan bisa menimbulkan krisis politik dan ekonomi yang jauh lebih parah
dari yang sebelumnya pernah dialami.
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran demi penyempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://blogdarisaya.blogspot.co.id/2015/03/kondisi-indonesia-pasca-reformasi-dalam_2.html,
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2017, pukul
22.13 WITA.
https://candygloria.wordpress.com/2011/02/18/sejarah-sistem-perekonomian-indonesia/.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2017, pukul
22.17 WITA.
http://adimo22.blogspot.co.id/2012/03/sistem-perekonomian-indonesia.html.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2017, pukul
22.23 WITA.
http://romifachruddin.blogspot.co.id/2015/04/sejarah-perekonomian-indonesia-pada.html.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2017, pukul
22.28 WITA.
https://www.slideshare.net/ily_sugli/makalah-perekonomian-indonesia-39646063.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2017, pukul
22.37 WITA.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment